Peran Ibu Tien Soeharto Memberdayakan Perempuan Indonesia Lewat Dharma Wanita
Presiden Soeharto didampingi Ibu Tien Soeharto bersama Kapolri Jenderal Hoegeng dan penggantinya, Komisaris Jenderal Mohammad Hasan. (Foto: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini 40 tahun yang lalu, atau tepatnya 3 Maret 1982, istri Presiden RI kedua, Soeharto, Siti Hartinah membuka konferensi Dharma Wanita III. Kehadiran wanita yang akrab disapa Ibu Tien Soeharto memberikan energi baru bagi persatuan istri-istri pegawai negeri sipil. Ibu Tien berpesan kepada mereka supaya tak melulu mengabdikan diri demi keluarga. Namun, mereka diharap aktif berkontribusi kepada negara. Menyukseskan pemilihan umum di tahun tersebut, salah satunya.

Keterlibatan Ibu Tien dalam agenda pemberdayaan wanita tak perlu diragukan. Ia aktif berbicara dalam berbagai forum yang diselenggarakan oleh pemerintah. Pada Konferensi Dharma Wanita III, misalnya. Dalam konferensi itu, Ibu Tien melantunkan harapan supaya wanita ikut berjuang sebagai agen pembangunan.

Karenanya, kaum wanita dianggap dapat mengambil peran penting dalam menyukseskan pemilihan umum. Tujuannya tak lain supaya masyarakat Indonesia dapat meraih kesejahteraan. Adil dan makmur. Semuanya sesuai dengan cita-cita Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Ibu Tien Suharto menerima kunjungan peserta pertemuan ke VII ahli2 Minyak Indonesia di Istana Merdeka Jakarta 7 Juni 1978. (Foto: Arsip Perpustakaan Nasional RI/IPPHOS)

Pengabdian itu, seperti digambarkan oleh Ibu Tien Soeharto, sebagai bukti bahwa Dharma Wanita tak melulu berperan aktif kepada urusan keluarga. Tapi juga wanita berani mengambil peran penting untuk membangun negara. Alias wanita harus mampu memperjuangkan kepentingan negara.

Apalagi Dharma Wanita dianggap sebagai wadah yang tepat untuk membimbing istri-istri PNS untuk membangun masa depan negeri. Sebab, Dharma Wanita dapat menjadi salah satu bagian penting yang mampu menjembatani kepentingan masyarakat ke pemerintah.

“Dalam pada itu, betapa pun kita sibuk dengan urusan organisasi, maka kita tidak boleh sekali-kali melalaikan tugas kita sebagal istri yang baik dan sebagai ibu dari anak-anak kita, Sesungguhnya, kekokohan dan kesejahteraan yang bisa terbangun dari kekokohan dan kesejahteraan keluarga. Di samping itu hal lain yang saya perlu kita perhatikan bersama adalah, jangan kita melupakan tugas-tugas kita sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan sekitar kita,” kata Ibu Tien.

“Di samping itu hal lain yang saya rasa perlu kita perhatikan bersama adaiah, jangan kita melupakan tugas-tugas kita sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan di sekitar kira sendiri. Dengan para anggota Dharma Wanita yang tetap akrab dengan masyarakat sekitarnya, maka Dharma Wanita akan makin berakar dan mendapat tempat di hati masyarakat,” tutup Ibu Tien Soeharto dalam pidatonya, 3 Maret 1982.