JAKARTA - Pasar Tanah Abang adalah salah satu pusat perdagangan besar di Jakarta. Tingginya transaksi ekonomi di Tanah Abang jadi muaranya. Perihal itu tak saja mendorong pedagang datang, tapi juga jadi tempat para jagoan (preman) cari makan. Rosario de Marshall, misalnya. Pria yang akrab disapa Hercules pernah menguasai Pasar Tanah Abang di era 1990-an. Ia dijuluki Preman Tanah Abang. Gengnya sempat tiada tandingan. Sampai akhirnya kuasa Hercules di Tanah Abang takluk oleh jawara Betawi, Bang Ucu.
Masa muda Rosario de Marshall penuh duka. Orang tuanya meninggal dunia ketika Rosario masih belia. Namun, operasi militer Indonesia di Timor Timur era 1980-an mengubah segalanya. Ia termasuk dalam warga Timor Timur yang mendukung Indonesia. Pun ia banyak dekat dengan anggota militer Indonesia yang berdinas di sana.
Mereka pun melihat sosok Rosario sebagai pribadi yang rajin dan setia. Oleh mereka, Rosario dijadikan sebagai Tenaga Bantuan Operasi (TBO). Ia mengerjakan tugasnya menjaga logistik dengan penuh dedikasi. Orang-orang lalu memberinya nama baru: Hercules.
Bukan tak sengaja. Ia termasuk anak yang bertubuh kerempeng, tapi kekuatan cukup besar. itulah muasal nama Hercules. Ia bahkan mampu mengangkat 100 kg beras seorang diri. Ketekunannya membuat Hercules disukai militer Indonesia.
Ia pun diberi wewenang sebagai penjaga gudang pasokan milik militer Indonesia. Kepercayaan besar terhadap Hercules makin hari, makin tinggi. Hercules sampai diperbolehkan ikut gerilya melawan pasukan musuh. Nasibnya kurang mujur. Dalam suatu kecelakaan salah satu tangannya putus. Militer Indonesia melakukan tindakan cepat dengan membawa Hercules ke Jakarta.
“Namun, Hercules merahasiakan mengapa dan latar belakang peristiwa apa yang menyebabkan tangan kanannya sampai terluka dan terpaksa diterbangkan ke Jakarta dan dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto. Jakarta. Tangan yang terluka itu bahkan akhirnya harus diamputasi.”
“Hercules berkata: Nggak perlulah saya ceritakan. Timtim ibarat nasi sudah menjadi bubur. Kalau saya ceritakan nanti ada pihak-pihak yang tidak suka. Tidak tahan dalam perawatan di RSPAD. Hercules kabur dari rumah sakit dan hidup menggelandang. Akhirnya terdampar di Tanah Abang. Saya mau mandiri. Tiba di Tanah Abang, saya tinggal di kolong jembatan,” ungkap Gantyo Koespradono dalam buku Kick Andy: Kumpulan Kisah Inspiratif Volume 1 (2008).
Modal Nekat dan Golok
Hercules pertama hidup di Tanah Abang 1989. Berjualan rokok jadi caranya menyambung hidup. Tapi, pekerjaannya sebagai pedagang acap kali diganggu oleh kelompok preman setempat. Hercules tak tinggal diam. Ia selalu balik melawan. Perlawanannya membuat Hercules disegani di seantero Tanah Abang. Apalagi Hercules tetap membawa goloknya ke mana-mana.
Upaya itu dilakukan Hercules karena dirinya tidur di bawah kolong jembatan. Lokasi itu sangat rawan diserang oleh preman yang benci kepadanya. Alias hidupnya menjadi tak tenang. Tidur bawa golok, makan bawa golok, sampai mandi harus bawa golok. Keberaniannya pun membuahkan hasil. Banyak kelompok yang mulai merapat kepadanya.
“Pengikutnya meluas seiring dengan namanya yang makin santer terdengar. Pada 1993 gengnya yang kebanyakan berisi pemuda-pemuda Indonesia Timur konon mendekati angka 400 orang. Pada 1994 geng Hercules mampu merebut kendali atas kelurahan Jatibunder di Tanah Abang.”
“Perebutan dari dominasi geng-geng etnis Betawi dan Madura. Mereka menguasai jatah setoran di gedung pasar utama yang lukratif, serta mengendalikan pelacuran di Bongkaran, tempat mereka mendirikan markas besar,” tulis Ian Douglas Wilson dalam buku Politik Jatah Preman (2018).
Kelompok yang bergabung dengan Hercules makin banyak. Belakangan rekan-rekannya dari Timor Timur ikut datang membantu Hercules. Mereka adalah Alfredo Monteiro Pires, Logo Vallenberg, Germano, Luis, Jimmy, dan Anis.
Geng Hercules yang awalnya mengelola pelacuran dan perjudian kemudian melebarkan sayap. Mereka ikut mengelola pedagang-pedagang kaki lima. Karenanya, mereka mendapatkan uang setoran dari pedagang. Dari harian, bulanan, hingga bonus tahunan.
Tergusur Lalu Kembali Lagi
Kekuasaan Hercules atas Pasar Tanah Abang memunculkan banyak kelompok yang tak suka. Termasuk kelompok Betawi. Sebab, narasi kekuasaan atas Tanah Abang sedari dipegang jago-jago Betawi. Geng Hercules disebut Panglima Perang Kelompok Betawi, Muhammad Yusuf Muhi (Bang Ucu) sebagai pendatang yang bikin ulah. Agamanya beda pula dari mayoritas kelompok Bang Ucu yang Islam.
Tiada cara lain bagi Bang Ucu selain menyingkirkan kelompok tersebut dari Tanah Abang. Pekerlahian antara kedua kelompok pun meletus pada 1996. Hasilnya kelompok Bang Ucu berhasil menyingkirkan Geng Hercules dari Tanah Abang.
“Belasan tahun silam, jangan main-main dengan Bang Ucu. Pada 1996, ia memimpin kelompok Betawi menyingkirkan kelompok Hercules di Tanah Abang. Bentrokan dua kelompok itu menumpahkan darah, dibumbui isu agama pula.”
“Berhasil menguasai Tanah Abang, kelompok Bang Ucu memegang keamanan di pusat hiburan Jakarta. Hampir semuanya saya pegang, katanya. Saya bebas keluar-masuk pusat hiburan. la lalu menunjukkan kartu anggota Klub Manhattan di Hotel Borobudur, yang masa berlakunya tamat pada 2004,” tertulis dalam laporan Majalah Tempo berjudul Jatuh-Bangun Jawara Tenabang (2010).
Setelah puluhan tahun malang melintang dalam dunia preman, Hercules kini mempunyai posisi baru sebagai Tenaga Ahli di Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya. Dia dikontrak selama enam bulan, dan saat ini sudah menjalani selama lima bulan.
Seperti yang sudah-sudah sepanjang keberadaanya di dunia preman yang keras, pengangkatan Hercules sebagai Tenaga Ahli Perumda Pasar Jaya pun memantik kontroversi. Dia dianggap kurang pantas ditempatkan dalam jabatan itu.
"Ini suatu penghargaan. Tapi kita bukan cari makan di situ. Nah kalau orang-orang yang kebakaran jenggot ini kan orang lapar. Akhirnya cuma bisanya menggonggong tapi enggak mau bilang 'Saya tidak terima kamu jadi staf ahli, kenapa harus kamu yang jadi staf ahli tidak saya aja' nah baru laki-laki," ucap Hercules dilansir dari Antara, Selasa, 22 Februari.
Begitulah Hercules, yang suatu saat kisah hidupnya bukan mustahil bakal menjadi bagian dari sejarah Jakarta.
*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.