JAKARTA - Pada 3 Januari 1901, Ngo Dinh Diem lahir di Provinsi Quang Binh, Vietnam. Diem lahir dalam salah satu keluarga bangsawan Vietnam. Nenek moyangnya pada abad ke-17 termasuk di antara orang-orang Vietnam pertama yang masuk Katolik Roma. Ngo Dinh Diem ini adalah Presiden Republik Vietnam (Vietnam Selatan) pertama dan menjalankan kekuasaannya secara diktator.
Mengutip Britannica, Ngo Dinh Diem mendeklarasikan Vietnam sebagai republik setelah ia menjadi presiden melalui pemilihan pada 1955. Diem mengalahkan Bao Dai dalam referendum yang dikendalikan pemerintah yang mampu menggulingkan kaisar dan menjadikan dirinya presiden.
Diem menolak untuk melaksanakan Kesepakatan Jenewa 1954, yang menyerukan pemilihan umum yang bebas diadakan di seluruh Vietnam pada 1956 untuk mendirikan pemerintahan nasional. Dengan wilayah selatan yang dikoyak oleh kelompok pembangkang dan faksi politik, Diem mendirikan rezim otokratis yang staf tertingginya merupakan anggota keluarganya sendiri.
Dibantu oleh militer dan ekonomi Amerika Serikat (AS), Diem mampu memukimkan ratusan ribu pengungsi dari Vietnam Utara di Vietnam Selatan. Meski demikian, ada hal nyata yang sangat ditunjukkan oleh Diem yaitu ia begitu memihak dengan umat Katolik. Baik bantuan, izin usaha, atau pangkat militer, lebih mudah didapatkan bagi masyarakat Vietnam yang beragama Katolik. Oleh sebab itu, banyak di antara mereka yang memilih untuk berpindah agama menjadi Katolik demi mempermudah urusan-urusan genting.
Diem pernah memberi tahu seorang perwira tinggi, yang merupakan seorang penganut Buddha, "Tempatkan perwira Katolik di tempat-tempat sensitif. Mereka dapat dipercaya." Banyak perwira yang akhirnya berpindah agama menjadi Katolik karena yakin bahwa prospek karier mereka akan lebih baik. Selain itu, banyak yang ditolak promosinya jika tidak berpindah keyakinan.
Selain itu, pembagian senjata api kepada milisi bela diri desa yang dimaksudkan untuk mengusir gerilyawan Viet Cong, diberikan hanya kepada umat Katolik. Beberapa imam Katolik menjalankan tentara pribadi sementara konversi paksa, penjarahan, penembakan dan pembongkaran pagoda terjadi di beberapa daerah. Beberapa desa Buddha berpindah agama secara massal untuk menerima bantuan dan menghindari pemukiman kembali paksa oleh rezim Diem.
Pemerintahan Diem juga seringkali melakukan pemenjaraan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang menentang rezimnya, yang dia tuduh bersekongkol dengan pemberontak. Ia juga terus mengasingkan penduduk Vietnam Selatan, terutama umat Buddha, yang semakin memprotes diskriminasi.
Masalah dengan umat Buddha mencapai puncaknya pada 1963, ketika umat Buddha mengadakan demonstrasi besar-besaran. Sebelum aksi protes tersebut, pasukan pemerintah membunuh beberapa orang pada pertemuan besar untuk merayakan hari lahir Buddha.
Peristiwa mematikan itu memicu peristiwa besar lainnya yaitu pembakaran diri seorang biksu bernama Thich Quang Duc. Mengutip artikel VOI berjudul "Aksi Bakar Diri Biksu Thich Quang Duc dan Foto Malcolm Browne Mengubah Vietnam dalam Sejarah Hari Ini, 11 Juni 1963," Duc membakar diri sebagai aksi protes ketidakadilan yang diterima oleh saudara seagamanya. Api segera melahap tubuh Duc dan kepulan asap hitam keluar dari tubuhnya yang terbakar. Selama sepuluh menit dia duduk dalam posisi meditasi sampai akhirnya terjatuh.
Sebagian besar orang yang hadir menyaksikan Duc meninggal. "Saya tidak tahu persis kapan dia (Duc) meninggal karena Anda tidak tahu dari tubuh atau suaranya atau apa pun," ungkap seorang fotografer yang turut mengabadikan momen itu, Malcolm Browne.
"Dia tidak berteriak kesakitan. Wajahnya tenang sampai begitu menghitam oleh api sehingga Anda tidak bisa keluar lagi. Akhirnya para biksuni mengatakan dia sudah mati dan mereka membawa peti mati, peti mati kayu," tambah Browne.
Runtuhnya Rezim Diem
Aksi protes umat Buddha dan aksi bakar diri Thich Quang Duc bukan hanya perjuangan melawan diskriminasi dalam praktik keagamaan dan kebebasan beragama, tetapi juga perlawanan terhadap kebijakan pembangunan yang dilakukan Diem. Sampai akhir hayatnya, Diem bersama saudara-saudaranya masih percaya bahwa pembangunan bangsa mereka berhasil dan dapat menyelesaikan krisis Buddha dengan cara sendiri.
Pihak non-komunis dan militer mulai melakukan persiapan kudeta pemerintahan Diem. Kudeta direncanakan sebagian besar oleh jenderal Vietnam.
AS yang memiliki hubungan baik dengan Diem, mengatakan bahwa mereka tidak akan ikut campur dalam segala hal. Jenderal Duong Van Minh dan rekan-rekan jenderal lainnya dengan cepat menggulingkan pemerintahan Diem.
Sementara Diem dan rombongannya melarikan diri melalui jalan bawah tanah ke Gereja Katolik Cha Tam di Cholon. Namun keesokan harinya, mereka ditangkap. Pada 2 November 1963, Diem bersama saudara-saudaranya kemudian dibunuh di sebuah pengangkut personel lapis baja M113 dengan bayonet dan revolver oleh Kapten Nguyen Van Nhung, di bawah perintah dari Jenderal Minh. Diem dimakamkan di kuburan tak bertanda di pemakaman di sebelah rumah Duta Besar AS.
*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.
SEJARAH HARI INI Lainnya
BACA JUGA: