Bagikan:

JAKARTA - Pada 30 Desember 2006, KM Senopati Nusantara dinyatakan hilang. Kapal feri tersebut melakukan pelayaran dari Teluk Kumai, Kalimantan Tengah untuk menuju Semarang, Jawa Tengah, pada 28 Desember pukul 20.00 WIB.

Hingga jadwal sampai yang ditentukan pada 32 Desember 2006, kapal tersebut tak kunjung tiba. Saat itu KM Senopati Nusantara memang tengah menghadapi badai yang begitu kencang di Laut Jawa. Hingga akhirnya pada 30 Desember pukul 03.00 WIB, KM Senopati Nusantara dinyatakan hilang. Kapal diperkirakan tenggelam di periran Mandalika. 

Selain karena cuaca buruk, kelebihan penumpang dalam kapal yang membuat keadaan semakin buruk. Banyak penumpang yang membeli tiket di atas kapal alias penumpang gelap.

Mengutip Liputan 6, untuk pencarian korban, Badan SAR Nasional, TNI, dan Polri mengerahkan enam pesawat dan helikopter. Pesawat-pesawat tersebut menyelamatkan korban selamat yang terapung di laut lepas.

Selain itu, ban-ban penyelamat dan makanan instan dilemparkan sebagai pertolongan pertama. Lokasi korban segera diinformasikan ke kapal-kapal lain.

Tim SAR TNI Angkatan Laut juga melakukan pencarian hingga ke perairan Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Selain menggunakan pesawat perang, tim penyelamat juga menggunakan pesawat Nomad untuk pencarian.

Mengutip Tirto, para korban yang selamat berkisah bahwa selama mereka terombang-ambing, mereka bergantian untuk meniup sekoci yang terus mengempis. Banyak kapal yang melintas namun jaraknya terlalu jauh dari mereka. Mereka kemudian terdampar di Pulau Kangean pada hari keenam.

Ilustrasi (Unsplash/Torsten Dederic)

Cerita lainnya dari korban selamat bernama Yanti, mengatakan bahwa teringat anak-anak dan orang tua yang panik saat berada di kapal dan tidak bisa berbuat banyak.

"Banyak orang tua pasrah ketika kapal mulai tenggelam karena tidak bisa meloncat ke dalam sekoci," kata Yanti, mengutip Antara.

Yanti naik sekoci bersama lima orang, menghadapi hujan badai dan ombak setinggi enam meter di perairan Mandalika. Saat menaiki sekoci, ia langsung melepas celana jins dan membuangnya. Hal tersebut ia lakukan karena takut sekoci kelebihan beban.

"Saya hanya memakai pakaian dalam karena kalau tidak lepas celana jins, maka saya tidak bisa naik ke sekoci, sebab terlalu berat," tambahnya.

Sementara itu, pencarian korban berlangsung selama 45 hari. Waktu tersebut lebih lama dari aturan yang ditetapkan undang-undang, yaitu selama 7 hari. Pencarian korban menelan biaya sampai Rp1 miliar, menurut Syahrin, Ketua SAR Mission Coordinator (SMC). Dari 628 penumpang yang berada di kapal, sebanyak 347 penumpang meninggal, termasuk dua orang tak ditemukan jenazahnya.

Peristiwa lain

Saat pencarian korban tenggelamnya KM Senopati Nusantara, peristiwa lainnya terjadi yaitu hilangnya pesawat Adam Air penerbangan 574. Penerbangan tersebut berangkat pada 1 Januari 2007 dengan jurusan Jakarta-Surabaya-Manado. Pesawat hilang setelah transit di Surabaya.

Pesawat tersebut berpenumpang 96 orang, yang terdiri dari 85 dewasa, 7 anak-anak dan 4 bayi. Pesawat tersebut juga dipiloti oleh Kapten Refri Agustian Widodo dan co-pilot Yoga Susanto dan pramugari Verawati Chatarina, Dina Oktarina, Nining Iriyani dan Ratih Sekar Sari. Pesawat tersebut juga membawa 3 warga Amerika Serikat.

Pesawat Adam Air (Foto: Wikimedia Commons)

Saat putus kontak, pesawat berada di 85 mil laut barat laut Kota Makassra pada ketinggian 35.000 kaki. Saat itu cuaca daerah tersebut badai. Meskipun operator Bandara Juanda telah memberikan peringatan kepada pilot terkait cuaca, pesawat itu berangkat sesuai jadwal.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya