JAKARTA - Lebih dari 5.000 atlet dari 51 negara pernah memenuhi Stadion Berlin, Jerman. Kala itu, pemimpin Nazi Adolf Hitler membuka perhelatan olahraga Olimpiade pada 1 Agustus 1936.
Melansir laman History, Berlin terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade 1936 dalam Sidang Komite Olimpiade Internasional (IOC) ke-29 di Barcelona pada 1931. Kepastian tersebut terjadi dua tahun sebelum kejayaan Hitler dan Partai Nazi di Jerman.
Pesta olahraga paling bergengsi di dunia tersebut dibuka di Stadion Berlin. Pesawat-pesawat Hidenburg Jerman terbang di atas stadion sembari membawa bendera-bendera peserta olimpiade.
BACA JUGA:
Alunan lagu kebangsaan Jerman Deutschland Uber Alles dan lagu Nazi Horst Wessel Lied, mengiringi rombongan Hitler masuk ke dalam stadion. Aubade dan parade dari masing-masing negara masuk ke stadion.
Acara dimulai dengan pelari dari Yunani yang memasuki stadion sembari membawa obor Olimpiade. Ini menjadi kali pertama seremonial Obor Olimpiade diadakan secara estafet yang dimulai dari Yunani, Bulgaria, Yugoslavia, Hungaria, Ceko, Austria, sampai tiba di Jerman.
Setelah upacara seremonial beberapa atlet dari berbagai negara masuk diiringi alunan musik dari Hyme Olimpic. Tak sedikit atlet yang memberi hormat kepada Nazi ketika mereka melewati Hitler. Sementara sebagian lain seperti rombongan Amerika Serikat (AS) hanya memberi hormat dengan cara meletakkan topi di dada.
Sejatinya, AS maupun Inggris Raya, Swedia hingga Cekoslowakia sempat mengancam untuk memboikot acara tersebut. Lantaran tindakan Jerman yang semakin rasis dengan tindakan-tindakan pembantaian kaum Yahudi.
Untuk menghilangkan pandangan tersebut, Partai Nazi menggunakan propaganda dan menghapus tanda anti-Semit untuk mempromosikan apa yang disebut sebagai "Jerman yang bertoleransi" selama Olimpiade berlangsung.
Hitler yang Masih "Bersihkan" Yahudi
Ajang olahraga internasional seharusnya menjadi momen pembuktian bagi setiap atlet yang mewakili negaranya. Namun perhelatan olahraga ini justru dinodai dengan ambisi Hitler.
Sang diktator Jerman itu secara sengaja mengeluarkan kebijakan "khusus Arya" di seluruh organisasi atlet Jerman, pada tahun 1933. Hal tersebut memicu kemarahan global, terutama di kalangan atlet AS.
Lantaran hanya memperbolehkan sedikit atlet Jerman-Yahudi yang diizinkan bertanding di Olimpiade Berlin. Melansir TIME, Komite Olimpiade Internasional AS
Charles Hitchcock Sherrill, melakukan perjalanan ke Jerman sebelum Olimpiade untuk memastikan bahwa atlet tersebut mendapatkan perlakuan yang layak.
Namun nyatanya, setelah Olimpiade Berlin tak sedikit atlet berdarah Yahudi terpaksa masuk ke kamp-kamp konsentrasi selama periode Holocaust. Beberapa di antaranya seperti Ilja Szraibman, seorang perenang Polandia dan Roman Kantor, pemain anggar Polandia yang sempat berkompetisi di Olimpiade Berlin 1936.
Satu atlet yang beruntung adalah Alfred Nakache, seorang perenang asal Prancis yang sempat berkompetisi di Olimpiade Berlin. Ia berhasil kembali ikut di ajang Olimpiade 1948 yang berlangsung di London setelah selamat dari kamp konsentrasi di Auschwitz.