YOGYAKARTA – Emosi yang tak terkontrol bisa meledak. Atas dorongan emosi, anak juga bisa berperilaku tak biasa. Sebagai pelajaran, kasus yang banyak diberitakan baru-baru ini, seorang anak menghilangkan nyawa orang tuanya karena stres. Ia dipacu untuk mendapat prestasi di sekolahnya.
Tentu saja seseorang memiliki batas tertentu. Namun perlu diketahui, seorang anak masih perlu belajar dalam mengontrol emosinya. Begitupun orang tua, perlu belajar membersamai anak dan membuat mereka aman serta nyaman dalam mengenyam pendidikan baik formal maupun non formal demi masa depannya yang mandiri. Dari peristiwa yang perlu jadi pembelajaran, penting orang tua mengenali tanda-tanda anak stres karena mengejar prestasi dan cara mengatasinya.
Tanda-tanda anak mengalami stres
Stres adalah respons fisik, mental dan emosional terhadap peristiwa yang menantang. Setiap orang tentu mengatasi stres, baik anak-anak maupun orang dewasa. Bagi anak-anak, rutinitas sekolah dan ambisi orang tua yang ingin anaknya berprestasi, bisa membuat mereka merasakan kehidupannya sangat menantang. Melansir Mayo Clinic Health System, Selasa, 3 Desember, anak-anak terutama remaja, cenderung tidak meminta bantuan orang tua untuk mengelola stres mereka. Terkadang, mereka bahkan tidak menyadari bahwa mereka merasa stres. Sebagai pengasuh, orang tua perlu mengenali tanda-tanda anak sedang stres berikut ini untuk membantu mereka menemukan strategi coping untuk mengatasi stresnya.
1. Mudah tersinggung
Stres menyebabkan rasa marah dan mudah tersinggung lebih kuat. Anak-anak mungkin mengalami ledakan emosi yang tidak konsisten dengan perilaku sebelumnya. Maka ketika menemukan anak Anda mengalami perubahan perilaku dan mudah marah, ambillah jeda dan pastikan mereka istirahat dari rutinitas sekolahnya yang padat.
2. Sulit tidur
Kekhawatiran dan ketakutan tampaknya muncul saat waktu tidur. Anak-anak yang stres, mungkin kesulitan tidur atau bahkan lebih panjang waktu tidurnya. Ada pula anak-anak yang sedang stres mengalami mimpi buruk saat tidur.
3. Menarik diri dari orang lain
Anak-anak yang stres mungkin ingin menghabiskan waktu sendirian. Mereka menarik diri dari interaksi dengan teman di sekolah, di rumah, maupun dengan orang tuanya.
4. Berjuang di sekolah
Perubahan signifikan mungkin terjadi di sekolah. Ketika anak mendapatkan nilai jelek atau penurunan minta untuk sekolah, bisa menjadi tanda mereka stres. Stres membuat anak-anak sulit fokus selama di sekolah atau mengerjakan pekerjaan rumah. Ledakan emosi saat anak merasa stres, juga bisa memicu masalah dengan temannya di sekolah.
5. Sering sakit kepala atau sakit perut
Stres ditandai dengan pelepasan hormon kortisol lebih banyak dalam darah. Ini juga memengaruhi kondisi kesehatan fisik anak. Kalau anak sering mengeluh sakit kepala atau sakit perut, ini bisa jadi tanda anak mengalami stres.
6. Sikap menentang
Dorongan emosi dari stres, bisa membuat seseorang marah atau kewalahan. Untuk mencari cara keluar dari rasa tidak nyaman atas dorongan emosi tersebut, anak-anak mungkin bersikap menentang atau keras kepala.
Perlu diingat, tanda-tanda stres pada setiap anak bisa bervariasi berdasarkan usia, kepribadian, dan keterampilan mengatasi masalah. Maka penting bagi orang tua mengenal betul dan memperhatikan perubahan drastis atau tiba-tiba pada buah hatinya.
Cara mengatasi anak yang merasa stres
Anak-anak pada umumnya tidak memiliki banyak kendali dalam hidup mereka. Mereka masih bergantung pada orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan orang tua masih perlu mengingatkan kapan harus makan, kapan tidur, dan bagaimana harus bertindak. Tetapi perlu diketahui, kalau anak bersikap buruk terkadang untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
Anak-anak otaknya berkembang dan berhenti sampai mereka berusia 25 tahun. Maka kemampuan anak untuk merespons secara relasional berbeda dari orang dewasa. Anak-anak cenderung merespons secara emosional dan impulsif. Berikut, kiat mengatasi anak yang stres supaya tidak berperilaku buruk dan bisa mengontrol emosinya.
1. Tetapkan harapan
Anak-anak berkembang dengan rutinitas dan harapan yang ditetapkan. Tetapi ini perlu diukur juga ya. Penting juga mengajarkan pada anak untuk berkomunikasi secara terbuka dan menjelaskan tentang perasaannya. Saat lelah, penting untuk istirahat. Orang tua juga tak bijak jika membebani pundak anak dengan ambisi-ambisi yang membuat anak-anak stres. Nah, ketika anak berperilaku buruk, koreksi dengan tegas tetapi tetap menghormati mereka sehingga anak tetap merasa aman.
2. Jaga rutinitas
Rutinitas tetap menandai konsistensi, maka penting berpegang pada hal tersebut. Ketika terjadi banyak perubahan, rutinitas bisa jadi pegangan anak-anak. Misalnya, memulai kebiasaan tidur dengan waktu yang sama setiap harinya.
3. Prioritaskan berkomunikasi dengan anak-anak
Anak-anak cenderung mengalami kesulitan memulai percakapan yang sulit atau tidak nyaman. Jadi prioritaskan atau tetapkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak setiap harinya. Ini bisa dilakukan saat sedang menyiapkan makan, makan bersama, atau saat mengantarkan mereka ke sekolah. Perlu diketahui, Anak-anak cenderung lebih banyak berbagi saat mereka tidak harus menatap Anda atau merasa tertekan untuk membicarakan perasaan atau pengalaman mereka.
BACA JUGA:
4. Memberikan pilihan
Anak-anak memiliki sedikit pilihan. Tetapi sebisa mungkin, beri kesempatan mereka memilih. Misalnya menu makan malam, acara apa yang menarik, film apa yang ingin mereka tonton, permainan apa yang mereka sukai, dan lainnya.
5. Bertindak, jangan bereaksi
Saat emosi sedang naik, jika dilawan dengan emosi yang lebih tinggi, bisa meledak. Maka saat anak-anak sedang stres dan mudah tersinggung atau marah, ambillah napas dalam-dalam. Tetap tenang dan tetapkan harapan yang jelas pada mereka. Jangan sampai harapan orang tua memberatkan anak, dan membuat anak semakin merasa tertekan. Apabila perlu mengoreksi sikap tertentu, orang tua perlu fokus pada satu atau dua perilaku saja. Ini dilakukan supaya anak-anak tidak kewalahan dan mampu belajar lebih baik lagi.
Itulah penjelasan mengenai tanda anak merasa stres dan cara mengatasinya. Penting juga bagi orang tua untuk mengelola kesehatan mental keluarga, termasuk diri Anda beserta anak-anak. Ini bertujuan supaya stres dapat diatasi, bukannya membuat semakin stres.