Mengajari Pengaturan Diri pada Anak Supaya Tak Berperilaku Impulsif, Begini Caranya
Ilustrasi mengajari pengaturan diri pada anak (Freepik)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Pengaturan diri berkaitan dengan mengendalikan emosi dan perilaku. Pada anak, saat mereka berusia dua tahun dan sering tantrum, mungkin wajar. Tetapi ketika mereka menginjak usia lima tahun, mereka perlu belajar bagaimana mengendalikan emosinya serta perilaku. Ini disebut pengaturan mandiri yang perlu diajarkan oleh orang tua.

Trik dalam membangun keterampilan mengatur emosi, bisa dilakukan dari aktivitas-aktivitas kecil. Misalnya, jika anak sulit menyikat gigi, Anda bisa membimbingnya. Mulai dari mengoleskan pasta gigi pada sikatnya dan memberi pujian jika mereka melakukannya dengan baik. Saat mengajarkan kebiasaan sederhana ini, tambahkan langkah-langkahnya secara perlahan, berkelanjutan dan konsisten.

Saat anak-anak menolak, mencari alasan, lama merenung, dan memperlambat perkembangan keterampilan pengaturan diri dengan aktivitas sederhana, ortu penting bertanya pada diri sendiri. Kira-kira adakah yang salah, kenapa terjadi, dan bagaimana cara memperbaikinya lain waktu.

mengajari pengaturan diri pada anak
Ilustrasi mengajari pengaturan diri pada anak (Freepik/DC Studio)

Selain dengan membangun rutinitas yang langkah-langkahnya ditambahkan sedikit demi sedikit tetapi konsisten, melatih kewaspadaan juga membantu pengaturan diri. Melansir Child Mind Institute, Minggu, 18 Februari, melatih kewaspadaan atau mindfulness, mengajarkan anak-anak bagaimana fokus pada masa kini, bukan pada masa lalu atau masa depan. Untuk anak-anak yang lebih besar, bisa menggunakan terapi perilaku dialektis atau dialectical behavior therapy (DBT). Terapi ini dapat membantu pengaturan emosi dan toleransi terhadap tekanan.

Sederhananya, pengaturan diri adalah pembeda antara anak usia dua tahun dan lima tahun yang lebih mampu mengendalikan emosinya. Membantu anak-anak yang belum mengembangkan keterampilan pengaturan diri pada usia normal adalah tujuan dari program pelatihan orang tua. Dan banyak anak yang lebih besar, meskipun mereka sudah tidak lagi mengamuk, terus berjuang dengan perilaku impulsif dan tidak pantas.

mengajari pengaturan diri pada anak
Ilustrasi mengajari pengaturan diri pada anak (Freepik)

Pengaturan mandiri, mencakup reaksi emosional yang tinggi terhadap rangsangan yang menjengkelkan, menangkan diri saat marah, menyesuaikan diri dengan perubahan, dan menangani frustasi tanpa tantrum. Beberapa anak, menurut psikolog klinis Mattew Rouse, Ph.D., memiliki reaksi yang besar dan kuat. Mereka tidak dapat menghambat respons perilaku langsung. Kesusahan mengatur diri, bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama dan mengarah pada ledakan perilaku.

“Kapasitas bawaan seorang anak untuk mengatur diri didasarkan pada temperamen dan kepribadian,” jelas Rouse.

Anak yang kesulitan menenangkan diri, tambah Rouse, menjadi sangat tertekan saat Anda mencoba memandikan atau mengenakan pakaian, misalnya. Anak-anak tersebut lebih mungkin mengalami masalah pengaturan emosi ketika mereka sudah dewasa. Ini juga bisa dibentuk oleh lingkungan. Misalnya, ketika Anda dan pasangan mudah marah dan tidak membangun keterikatan yang aman bersama anak, mereka akan bertingkah, marah, dan kesulitan mengembangkan disiplin diri.

Cara membantu anak-anak mengembangkan pengaturan diri, dimulai dengan membantu anak memperlambat atau lebih hati-hati memilih respons yang efektif. Dengan begitu mereka tidak bertindak impulsif. Kuncinya, ajarkan bahwa situasi sulit harus ditangani secara mandiri. Tentu perlu diukur kapasitas kesulitan dan kemandirian anak, ya. Misalnya, tugas matematika, pekerjaan rumah membereskan kamarnya, hingga hubungan sosial dengan rekan sebayanya.

Selain cara di atas, ortu juga perlu membantu anak lebih reflektif untuk membentuk keterampilan pengaturan diri. Beri waktu jeda setelah mereka berperilaku impulsif, misalnya. Hindari penghakiman atau meledak marah. Ajarkan mengenali apa yang salah dengan perilaku mereka, mengapa melakukannya, dan bagaimana dapat memperbaikinya lain waktu. Dengan cara ini, anak belajar membuat pilihan yang lebih baik. Mereka juga akan bijaksana, reflektif, dan sadar diri.