6 Cara Orang Tua Validasi Perasaan Anak supaya Kesehatan Mentalnya Tetap Terjaga
Ilustrasi (Ketut Subiyanto/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Tugas orang tua dalam mendidik anak bukan sekadar mengajarkan hal baik, tetapi juga membantu validasi perasaan anak. Salah satu cara validasi perasaan anak adalah dengan menerapkan konsep mindful parenting.

Danielle Wade, LCSW dalam laman Psych Central, Selasa, 13 Februari, menyebutkan bahwa memvalidasi perasaan anak dapat bantu menjaga kesehatan mentalnya. 

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai cara validasi perasaan anak, baca terus artikel berikut ini. 

Tarik napas dalam sebelum bereaksi

Saat anak bertingkah sesuatu yang dapat memancing emosi Anda, pikirkan baik-baik reaksi yang akan diberikan. Daripada bertindak berdasarkan dorongan emosi, lebih baik tarik napas dalam-dalam, beri jeda, dan periksa bahasa tubuh Anda.

Terkadang, meluangkan waktu sejenak untuk memeriksa diri sendiri dapat membuat Anda memisahkan diri dari apa yang sedang Anda lakukan. Melepaskan perasaan stress, dan hadir secara emosional bersama anak.

Pelajari tentang mindful parenting

Pola asuh mindful adalah praktik pengasuhan yang membantu Anda belajar untuk lebih memahami momen bersama anak. Daripada mengkhawatirkan masa lalu atau masa depan.

Pendekatan ini dapat membantu Anda menjadi lebih ingin tahu, baik hati, cerdas, dan menerima emosi dan tindakan anak karena Anda akan lebih selaras dengannya. Pola asuh mindful juga dapat membantu Anda belajar menjadi lebih berempati dan mendengarkan anak secara aktif.

Sebuah studi tahun 2018 merangkum bahwa pola asuh mindful dapat meningkatkan kepuasan orang tua dan komunikasi anak-orang tua, sekaligus mengurangi:

  • stres
  • agresi
  • kecemasan
  • depresi

Beri nama dan hubungkan

Salah satu cara memvalidasi perasaan anak dengan lebih baik yaitu dengan mempraktikkan strategi yang disebut “beri nama dan hubungkan.”

Untuk melakukan ini, mulailah dengan menyebutkan emosi yang Anda lihat dialami anak, lalu hubungkan dengan alasan yang Anda amati.

Misalnya, jika anak merasa frustrasi dengan sebuah mainan, Anda dapat menjawab dengan, “Kamu sangat frustrasi dengan balok-balok itu, lalu lihat apakah mereka setuju.

Terima perasaan itu

Menerima perasaan anak bisa dilakukan dengan cara sederhana, seperti duduk bersamanya. Penerimaan Anda bisa jadi sumber kekuatan yang besar bagi anak. Hindari mencoba mengubah perasaan anak sesuai dengan apa yang Anda pikir seharusnya terjadi dalam situasi tersebut. Anda juga dapat mencoba merefleksikan kembali apa yang anak katakan kepada Anda dengan pernyataan seperti, “itu masuk akal,” atau “kedengarannya sangat sulit.”

Ajukan pertanyaan terbuka

Mengajukan pertanyaan terbuka dapat mendorong anak mencoba menemukan kata-kata untuk mengungkapkan perasaannya. Dan jika memungkinkan, cobalah tidak terlalu fokus pada apa yang terjadi dan lebih fokus pada pengalaman yang anak alami.

“Minta anak berbagi pengalaman dari sudut pandangnya dan tunjukkan empati,” kata Wade.

“Beri tahu dia bahwa Anda juga akan merasakan hal yang sama jika hal itu terjadi pada Anda.”

Jika anak mungkin bersalah, cobalah mendengarkannya sebelum Anda melakukan hal lain.

“Anda dapat membantu mengubah situasi setelah Anda mendengar semua sudut pandang, namun [masih] mengakui bahwa perasaan mereka nyata dan dapat dimengerti,” tambahnya.

Berusaha memperbaiki hubungan

Bagian penting dari validasi emosional adalah mengambil tindakan untuk memperbaiki hubungan jika perasaan anak muncul karena konflik dengan Anda, anggota keluarga lain, atau teman.

Misalnya, jika anak merasa dikucilkan saat bermain dengan saudara pertimbangkan meminta kakaknya meminta maaf dan cari cara melibatkan mereka.

Atau, jika Anda membuat anak kesal, Anda bisa berkata, “Sepertinya Ibu/Ayah telah membuat kamu kesal dan Ibu/Ayah mengerti mengapa kamu merasa seperti itu.” 

Kemudian Anda dapat mendengarkan, memvalidasi, dan berupaya menyembuhkan amarah tersebut. Permintaan maaf, jika diperlukan, juga bisa sangat membantu dalam menyembuhkan luka batin anak.