YOGYAKARTA – Orang yang bersikap superior atau superiority complex, memiliki kepercayaan diri yang berlebihan. Akibatnya memandang orang lain lebih rendah atau merendahkan orang lain, menurut konselor kesehatan mental berlisensi Hailey Shafir, M.ED., LCMHCS., LCAS., CCS. Istilah ini dicetuskan pada awal abad ke-20 oleh psikolog Alfred Adler. Ia meyakini rasa superior ini untuk menyembunyikan harga diri yang rendah, perasaan tidak mampu, atau tidak merasa cukup baik.
Tanda orang bersikap superior
Jelas Shafir lebih lanjut, superioritas kompleks biasanya merupakan mekanisme pertahanan dari rasa tidak aman, rasa malu, dan rasa tidak mampu. Maka dengan merendahkan orang lain perasaan rendah diri tersebut tertutupi. Nah, untuk mengenali tanda orang bersikap superior, berikut daftarnya.
1. Selalu memegang kendali
Rasa superior ditandai dengan memaksa orang lain melakukan yang ia inginkan, jelas psikolog konseling dan psikoterapis Shagoon Maurya dilansir mbgrelationship, Kamis, 22 Agustus. Jika seseorang menolak, mereka mungkin akan merespons dengan agresif karena merasa tertantang.
2. Meyakini dirinya lebih baik daripada orang lain
Bangga karena memiliki keunggulan dan keterampilan, mungkin wajar. Tetapi meyakini diri sendiri lebih unggul dan menyombongkan untuk memegang kendali, adalah tanda sikap superior.
3. Marah ketika orang lain tidak mengakui bakat serta keterampilan
Pengabaian tentu menyebalkan, apalagi terkait potensi yang bisa mendorong mencapai tujuan. Namun bagi seseorang dengan sikap superior, akan marah secara intens ketika diabaikan. Ini karena orang superior butuh pengakuan atau senang diakui sebagai orang hebat.
4. Tidak mampu menerima kritik
Ketidakmampuan menerima kritik atau saran, merupakan tanda seseorang bersikap superior. Padahal kritik dan saran bisa membangun. Rasa sombong dan berada, membuat orang superior sulit melakukan koreksi atau penilaian diri yang akurat.
5. Harga diri rendah terus-menerus
Secara intuitif, mereka yang menghadapi rasa superioritas sering kali memiliki perasaan rendah diri yang mendasarinya yang sebenarnya merupakan inti dari perilaku mereka. Sering kali ada perasaan rendah diri dan sakit yang mendalam yang tampaknya tidak pernah hilang.
6. Merasa berhak mendapatkan perhatian, cinta, dan pengakuan
Superioritas kompleks bukan diagnosis kesehatan mental secara klinis. Tetapi secara teoritis dapat diobati melalui terapi. Menurut asisten profesor Departemen Hubungan manusia, Universitas Oklahoma, orang superior sering merasa berhak mendapatkan perhatian, cinta, dan pengakuan. Biasanya dikaitkan dengan keterampilan atau sifat yang mereka Yakini lebih berharga daripada yang lain.
Penyebab orang bersikap superior
Di samping mengenali tanda orang bersikap superior, penting memahami penyebabnya. Mosley menjelaskan, tidak ada akar penyebab tunggal dari seseorang mengembangkan superioritas. Pengalaman masa kecil, terutama pola pengasuhan dari orang tua, berperan penting membentuk diri seseorang.
BACA JUGA:
Pada anak usia 5-12 tahun, mereka mulai mencari validasi. Ini tahap perkembangan yang normal mereka lewati. Tetapi memerlukan navigasi cermat, karena pada masa perkembangan ini paling umum berkaitan dengan pembentukan gangguan identitas awal seorang anak.
"Misalnya, seorang anak [mungkin] mengalami trauma yang berkaitan dengan kemampuan mereka menggambar dengan baik, dan anak-anak lain atau pengasuh menertawakan keterampilan artistik anak tersebut. Sementara beberapa anak mungkin mengatasinya dengan menarik diri, anak lain mungkin mengembangkan rasa percaya diri yang berlebihan untuk mengimbangi perasaan rendah diri," jelas Mosley.
Melalui gambaran tersebut, seorang anak bisa mengembangkan sikap superior sebagai cara memberi ruang validasi untuk dirinya sendiri. Ada yang disebut orangtuanya sebagai “anak emas”. Ada pula yang menerima banyak pujian terkait prestasinya. Tetapi ada pula yang tidak mendapatkan validasi atas apa yang mereka lakukan.
Cara bijak merespons orang yang bersikap superior
Berurusan dengan orang yang bersikap superior, membutuhkan sedikit kesabaran dan empati. Tentu seperti memiliki tugas berat saat harus berhadapan dengan orang arogan, sombong, dan butuh pengakuan. Namun pesan Mosley, selain sabar dan empati, cobalah untuk tidak mendukung visi muluk si superior tentang diri mereka sendiri. Beri tahu mereka apa yang benar-benar mereka kuasai. Seimbangkan pula kinerja dan keterampilan secara akurat. Saran Mosley sebagai penutup, seseorang yang superior bukan orang yang harus dijauhi. Kenali cara yang tepat sehingga tetap bisa berelasi dan bersama membangun hubungan sehat.