Bagikan:

JAKARTA - Salah satu penyebab umum munculnya “drama” antara orang tua dan anak remaja adalah metode komunikasi yang kurang tepat. Anak mengharapkan orang tua lebih mengerti keadaannya, sedangkan beberapa orang tua merasa berhak menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh sang anak.

Oleh karena itu, berikut beberapa cara yang bisa orang tua lakukan dalam menghadapi drama anak remaja, dilansir dari Very Well Parenting, Senin, 6 Mei.

Gunakan metode mendengar reflektif

Hindari tindakan langsung memberi solusi sesaat setelah Anda mendengar curhatan anak. Sebab, solusi yang tidak penting hanya akan memperumit situasi. Gunakan metode mendengar reflektif. Fungsinya agar anak tahu Anda benar-benar menyimak dan memahami masalahnya. Amy Morin, LCSW, menyarankan saat anak memiliki masalah dengan teman, Anda bisa memberi respon “jadi yang Ibu/Ayah tangkap, si A tidak ingin berteman lagi karena sudah memiliki teman baru?”

Validasi perasaan anak

Meski menurut Anda masalah yang dialami anak bukanlah hal besar, tetap hindari mengatakan reaksinya berlebihan. Sebaliknya, validasi perasaannya dan katakan sesuatu seperti, “Ayah/Ibu lihat Anda sangat marah dengan yang terjadi di sekolah.”

Bantu anak remaja memberi label pada perasaannya dan kemudian katakan sesuatu yang membuktikan bahwa tidak apa-apa untuk merasa seperti itu. Jika remaja Anda merasa dimengerti, dia dapat mulai menemukan cara mengatasinya. 

Tetap tenang

Mencocokan tingkat emosi anak remaja dengan orang tua melalui cara berteriak atau menunjukkan ekspresi stres hanya akan memperburuk situasi. Hindari terlibat dalam diskusi panas. Jika anak remaja membentak atau berperilaku tidak sopan, katakan padanya kalau Anda lebih senang melakukan diskusi dengan cara yang pantas. Pergi keluar, tarik napas dalam-dalam, atau setuju membahas kembali percakapan tersebut nanti. 

Ajari cara meregulasi emosi

Jelaskan padanya tak apa merasa marah, khawatir, dan sedih, namun jelaskan bahwa perasaan yang kuat tidak bisa dijadikan alasan berperilaku buruk. Ajari anak remaja mengendalikan emosinya sehingga emosi tersebut tidak mengendalikan dirinya. Luangkan waktu mengajarkan keterampilan manajemen amarah dan keterampilan pengaturan emosi sehingga dia dapat menemukan cara sehat mengatasi perasaannya.

Ajari cara menyelesaikan masalah

Ajarkan keterampilan menyelesaikan masalah, salah satunya dengan bertukar pikiran mencari solusi bersama. Misalnya, jika dia yakin tidak akan lulus SMA karena gagal dalam ujian, diskusikan apa yang bisa dia lakukan untuk meningkatkan kemungkinan lulus. Bicarakan tentang pilihannya dan langkah-langkah yang dapat dia ambil.

Mengajari rasa syukur

Reaksi dramatis sering kali berasal dari rasa ketidakadilan—baik nyata maupun khayalan. Menumbuhkan rasa syukur akan membantu anak remaja fokus pada apa yang dia miliki, daripada menuntut dia layak mendapatkan yang lebih baik. Ajari anak memerhatikan semua hal positif yang terjadi dalam hidupnya dan kemungkinan besar drama akan berkurang dengan cepat.