Bagikan:

JAKARTA - Anak yang terlalu aktif perlu diajari kontrol diri yang baik oleh orang tua. Sayangnya, mengajari teknik kontrol impuls pada anak tak semudah yang dibayangkan. Terutama pada anak yang usianya masih tergolong kecil. 

Padahal, kontrol impuls merupakan keterampilan penting yang dapat dipupuk dan ditingkatkan pada anak, tak terbatas usianya. Hal ini penting, sebab kekurangan kendali atas diri sendiri dapat menimbulkan banyak masalah perilaku di kemudian hari. Tanpa intervensi yang efektif, perilaku terlalu aktif akan dianggap normal, menjadi kebiasaan, bahkan memburuk seiring berjalannya waktu.

Biar tidak menyesal nantinya, orang tua perlu perhatikan lima teknik mengajari kontrol impuls pada anak yang terlalu aktif, disadur dari Very Well Family, Senin, 11 Desember.

Ajari anak mengenal perasaannya

Anak yang sulit mengungkapkan apa yang dirasakannya cenderung akan bertingkah impulsif. Misal, memukul untuk mengekspresikan marah atau berteriak bahkan membanting diri di lantai demi menunjukkan kesedihan.

Ajari anak mengenali perasaannya sehingga mereka dapat memberi tahu Anda apa yang dirasakan. Alih-alih menunjukkan bagaimana perasaannya. Mulailah dengan mengajari anak cara memberi label pada emosinya, seperti marah, sedih, gembira, terkejut, khawatir, atau takut. Kemudian, diskusikan perbedaan antara perilaku dan perasaan.

Pastikan mereka tahu kalau rasa marah itu wajar. Namun, memukul, menendang, atau membentak seseorang saat sedang marah bukanlah hal baik. Ketika anak mampu mengungkapkan emosi dengan baik, mereka akan merasa lebih didengarkan dan didukung. Sehingga tak perlu terlalu banyak bertingkah.

Minta anak mengulangi perintah

Terkadang, anak berperilaku impulsif karena mereka tidak mendengarkan perintah atau arahan orang tua. Hal ini berlaku terutama pada anak-anak penderita ADHD. Bantu mereka tetap pada jalurnya dengan memastikan anak benar-benar mendengarkan perintah Anda. Jika tidak, tanpa mendengarkan perintah Anda hingga selesai, mereka bisa langsung bertindak tanpa mengetahui apa yang Anda katakan.

Selain itu, usahakan membuat arahan menjadi sederhana, mudah diikuti, dan dengan langkah sesedikit mungkin. Pertimbangkan juga kemampuan anak mengikuti arahan multi-langkah sesuai perkembangannya. Anda juga dapat mencoba menuliskan arahan sehingga mereka memiliki referensi jika lupa apa yang perlu dilakukan.

Ajarkan keterampilan menyelesaikan masalah

Meski solusi brainstorming terdengar sederhana dan mudah dilakukan, tapi sebenarnya metode pemecahan masalah menjadi salah satu teknik kontrol impuls yang paling efektif. Ajari anak bahwa ada lebih dari satu cara memecahkan suatu masalah dan akan berguna jika mereka mengevaluasi beberapa solusi potensial sebelum mengambil tindakan. 

Dorong anak mencurahkan setidaknya lima cara yang bisa dilakukan dalam menyelesaikan suatu masalah. Sebelum memutuskan apa yang benar-benar harus dilakukan. Setelah mengidentifikasi solusi yang memungkinkan, bantulah mereka mengevaluasi solusi mana yang mungkin paling efektif.. Dengan latihan, mereka bisa terbiasa berpikir sebelum bertindak.

Ajarkan keterampilan mengendalikan amarah

Rendahnya kemampuan mengendalikan rasa marah dapat menyebabkan ledakan impulsif. Mengajari anak keterampilan manajemen rasa marah dapat membantu mereka mengatasi emosi dengan cara yang sehat.

Tunjukkan pada anak strategi spesifik, seperti menarik napas dalam-dalam atau berjalan-jalan di sekitar rumah untuk membakar energi. Anda juga bisa memberikan mereka beberapa barang yang dapat membantu anak merasa rileks, seperti stress ball. Penting adanya mengajari anak cara menenangkan diri, membuat pilihan yang lebih tepat, dan menempatkan mereka di tempat yang tenang sebelum bereaksi secara impulsif.

Tetapkan aturan dalam rumah

Buat aturan yang jelas, lalu sampaikan alasan terciptanya aturan tersebut. Menyediakan struktur dan menyampaikan harapan orang tua pada anak dapat membantu meningkatkan kontrol impuls. Karena mereka tahu perilaku apa yang orang tua harapkan dilakukan anak. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa perkembangan anak cenderung baik dengan rutinitas dan aturan yang diberikan dari dalam rumah.

Sampaikan ekspektasi Anda sebelum anak memasuki situasi baru.  Jelaskan juga konsekuensi negatif jika mereka melanggar peraturan. Kemudian, mereka akan mampu membuat keputusan yang lebih tepat mengenai perilaku mereka.