Bagikan:

JAKARTA – Mengambil yang bukan barangnya untuk mendapatkan kesenangan disebut dengan kleptomania. Subjek pelaku, menurut penelusuran dalam aspek psikologis, bukan tidak merasa bersalah. Pelaku sering berjuang dengan rasa bersalah, menyesali perbuatannya, bisa mengalami depresi, hingga ide bunuh diri.

Mengutip ulasan Naveed Saleh, MD., MS. Dilansir Psychology Today, Senin, 14 Februari, kleptomania telah dijelaskan beberapa literatur sejak 200 tahun lalu. Tetapi kurang dikupas mendalam sebab hanya ada sedikit data pemeriksaan patologi pun pengobatannya. Berikut, hal-hal yang perlu diketahui tentang kleptomania berkaitan dengan kondisi psikologis pelaku.

1. Kleptomania diklasifikasikan sebagai gangguan kontrol impuls

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), kleptomania dianggap sebagai gangguan kontrol impuls, yang mana kondisinya mirip seperti OCD (Obsessive Compulsive Spectrum Disorders), gangguan suasana hati, dan gangguan penyalahgunaan zat terlarang.

2. Dorongan mencuri tak bisa dihentikan

Seperti halnya aktivitas impulsif, kleptomania ditandai dengan dorongan untuk mencuri dan ketidakmampuan untuk berhenti. Beberapa pengujian ilmiah menunjukkan bahwa orang dengan kondisi ini lebih impulsif dan suka mencari sensasi.

Orang dengan ‘penyakit’ kleptomania mengalami pikiran dan desakan yang mengganggu terkait dengan mengutil. Seringnya pelaku akan mengalami rasa bersalah, menyesal, atau depresi setelah tindakan tersebut.

3. Barang-barang yang diambil biasanya tidak dibutuhkan

Berkaitan dengan dorongan, maka barang yang diambil oleh seseorang dengan kleptomania bukan barang yang dibutuhkan. Bahkan barang tersebut tidak diinginkan, nantinya hanya akan ditimbun, dibuang, diberikan, atau dikembalikan ke toko.

4. Mencuri seolah ‘mendapat’ hadiah

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Annals of Clinical Psychiatry menuliskan bahwa keparahan diagnosis kleptomania sangat berkorelasi dengan perasaan ‘hadiah’ dari mencuri. Gangguan komorbiditas dari klepto ialah OCD dan anoreksia nervosa.

5. Penyebab kleptomania

Menurut DSM-5, kletomania tampaknya disebabkan gangguan jalur neurotransmitter di otak terkait dengan serotonin dan dopamine. Bagian tersebut dapat memengaruhi agresi dan sistem penghargaan otak. Individu juga mengalami ketidakseimbagan dalam sistem opiois otak, pengaruhnya pada kemampuan untuk menahan dorongan.

Terdapat beberapa cara pengobatan, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dan exposure and response prevention (ERP). Beberapa ahli menyarankan pengobatan diamanatkan oleh pengadilan, dalam konteks di Amerika Serikat. Di Amerika, 87 pasien kleptomania telah ditangkap dan antara 15-23 persen dipenjara.