Bagikan:

YOGYAKARTA – Tubuh memiliki jam internal yang berguna mengatur ritme sirkadian. Ini yang menentukan saat kita tidur atau terjaga. Ritme ini mengikuti geraknya matahari, saat terang, kita terjaga dan beraktivitas. Sedangkan saat malam, saatnya tubuh tidur. Masalahnya, tidur setiap orang tidak sesuai anjuran. Kerap telat tidur atau mengalami insomnia hingga kelamaan tidur atau disebut hypersomnia. Nah, untuk pengetahuan yang mengacu pada penelitian, tidur ternyata dipengaruhi cahaya.

Paparan cahaya pada malam hari, memengaruhi proses alami yang membantu mempersiapkan tubuh untuk tidur. Secara khusus, kelenjar pineal memproduksi melatonin sebagai respons terhadap kegelapan. Hormon ini penting dalam mengatur sirkadian tidur. Kalau Anda tidur dengan cahaya yang lebih terang, produksi melatonin akan ditekan dan pola tidur berubah.

penelitian tentang tidur pakai penutup mata
Ilustrasi penelitian tentang tidur pakai penutup mata (Freepik/benzoix)

Menurut survei, waktu tidur lebih singkat bagi orang yang ruang tidurnya memiliki lampu samping. Bahkan cahaya dari luar ruang tidur pun, juga memengaruhi kurangnya waktu tidur. Itu berarti bahwa paparan cahaya pada malam hari, tidak selaras dengan ritme sirkadian. Itulah kenapa para ilmuwan percaya bekerja shift malam membuat orang berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan yang serius.

Para peneliti dari Universitas Cardiff di Inggris melakukan eksperimen dalam serangkaian penelitiannya. Mereka ingin melihat apa efeknya bila partisipan memakai penutup tidur saat tidur pada malam hari. Apakah efeknya positif, khususnya dapat meningkatkan ukuran pembelajaran atau kewaspadaan tertentu? Penelitian ini melibatkan 90 orang dewasa muda yang sehat berusia 18-35 tahun. Mereka bergantian tidur pakai penutup mata atau terpapar cahaya pada malam hari. Peneliti mencatat pola tidur partisipan tersebut dalam buku harian tidur.

Penelitian pada bagian pertama, peserta diminta memakai penutup mata saat tidur malah hari selama seminggu. Pada minggu berikutnya, mereka mengenakan penutup mata dengan lubang sehingga tidak menghalangi cahaya. Setelah menjalani setiap bagiannya, peserta diminta menyelesaikan tiga tugas kognitif pada hari keenam dan ketujuh setiap minggu.

Tes pada bagian pertama, adalah tugas pembelajaran asosiasi. Ini membantu menunjukkan seberapa efektif seseorang dapat mempelajari asosiasi baru. Di sini, tugasnya mempelajari pasangan kata terkait. Peserta tampil lebih baik setelah mengenakan penutup mata yang utuh saat tidur daripada setelah terpapar cahaya saat tidur. Tes kedua menguji kewaspadaan psikomotorik yang menilai kewaspadaan. Tidur dengan penutup mata yang menghalangi cahaya, meningkatkan waktu reaksi pada tugas ini. Tes ketiga, peserta diminta mengurutkan lima digit dalam urutan yang benar. Untuk hasil tugas ini, tidak ada perbedaan dari dua uji coba baik memakai mata tertutup atau penutup yang perlubang.

Menurut data buku harian tidur, tidak ada perbedaan dalam jumlah tidur, maupun dalam persepsi mereka tentang kualitas tidur, terlepas dari apakah orang mengenakan penutup mata atau tidak. Perubahan struktur tidur juga tidak terjadi. Seperti tentang berapa lama tidur REM saat memakai penutup mata atau tidak, tak ada bedanya. Namun melansir Harvard Health, Jumat, 6 September, disarankan untuk mengurangi terpapar cahaya dari ponsel atau perangkat elektronik lain. Atau menggunakan mode redup. Serta cobalah membuat pencahayaan kamar tidur lebih redup saat tidur. Ini akan membantu tidur Anda lebih nyaman.