Bagikan:

YOGYAKARTA – Memilih bahan kain penting sekali memperhatikan bagaimana kain dibuat, berbahan apa, dan senyaman apa. Dalam lingkup terkecil, memilih bahan pakaian yang pas juga harus memperhatikan cara merawat serta ketahanan pakai bahan tersebut ditambah lagi proses degradable yang optimal ramah lingkungan. Dengan alasan tersebut, kenali jenis kain yang paling populer untuk bahan pakaian berikut ini beserta kelebihan dan kekurangannya.

1. Katun

Katun merupakan jenis tekstil yang paling populer di dunia. Anda dapat menemukan dalam segala macam outfit. Mulai dari jeans, kaos oblong, pakaian dalam, hingga dress.

Katun terbuat dari serat alami, kapas. Yang ditanam, dipanen, dipintal, kemudian dijahit dan menggantung di lemari pakaian Anda. Namun saat berbelanja pakaian jadi, penting memastikan kapas bahan katun bersifat organik. Karena kapas organik, bersifat berkelanjutan, terbarukan, dan dapat terurai secara alami. Organik juga ditanam tanpa pestisida atau bahan kimia beracun yang meracuni pasokan air dan pekerja pertanian. Kapas organik, juga tidak mengandung residu bahan kimia. Sehingga bahan kain ini tergolong aman dipakai pemilik kulit sensitif.

Perawatan pakaian berbahan katun cukup sederhana. Bisa dicuci tangan maupun mesin cuci. Namun seringkali mengalami penyusutan sehingga bentuknya akan berubah. Terutama jika setelah dicuci dimasukkan dalam mesin pengering. Maka pilihlah cara mengeringkan secara alami dengan diangin-anginkan saat matahari terik. Hindari terpapar langsung panas matahari.

jenis kain yang paling populer untuk bahan pakaian
Ilustrasi jenis kain yang paling populer untuk bahan pakaian (Freepik)

2. Sutra

Sutra dianggap sebagai kain yang mewah dan digunakan oleh banyak desainer. Jenis kain ini, dibuat dari ulat sutera yang melapisi kepompongnya dengan benang sutera kemudian dipintal menjadi kain. Dalam produksi sutra, ada berbagai jenis produsen. Maka penting mengetahui betul bagaimana ulat penghasil kepompong bahan sutera tersebut diperlakukan. Lakukan riset dan cari tahu apakah merek yang Anda inginkan membudidayakan sutra secara etis.

Pakaian berbahan sutra paling pas dicuci dengan air dingin. Beberapa jenisnya juga lebih baik dicuci kering.

3. Linen

Linen dipintal dari tanaman rami dan merupakan serat terbaik untuk pakaian dipakai pada kawasan tropis atau musim panas. Tenunan kainnya memungkinkan sirkulasi udara di sekitar kulit dan cepat kering.

Jika tidak diwarnai, linen akan terurai secara alami. Atau Anda bisa memilih pakaian berbahan linen dengan pewarnaan alami. Bahan linen juga dianggap serba guna, ramah lingkungan, dan tahan lama.

jenis kain yang paling populer untuk bahan pakaian
Ilustrasi jenis kain yang paling populer untuk bahan pakaian (Freepik)

Merawat pakaian berbahan linen juga mudah. Dapat dicuci menggunakan mesin cuci atau tangan. Linen memang mudah kusut, tetapi bisa diperlakukan dengan tepat saat mencuci atau ketika menyiapkan sebelum dikenakan.

4. Nilon

Jika Anda memiliki pakaian yang elastis, seperti celana ketat, artinya memakai bahan nilon. Nilon adalah salah satu kain plastik paling umum di pasaran dan dapat ditemukan sebagai bahan pakaian dalam atau pakaian olahraga. Buruknya, karena nilon berbahan plastik, jadi tidak bisa terurai secara alami. Melansir The Undone, Rabu, 10 Juli, secara historis produksi nilon mempunyai dampak buruk terhadap lingkungan, menggunakan energi dan air dalam jumlah besar, dan menghasilkan gas rumah kaca sebagai efek sampingnya.

Baiknya, inovasi pelayanan dan produsen juga berkembang. Beberapa produsen menciptakan versi nilon ramah lingkungan. Yaitu dengan menggunakan nilon dari bahan daur ulang meskipun efek buruknya secara besar tetap tidak bisa nol.

jenis kain yang paling populer untuk bahan pakaian
Ilustrasi jenis kain yang paling populer untuk bahan pakaian (Freepik/vecstock)

5. Wol

Wol terbuat dari bulu domba atau serat alami yang dipintal menjadi benang halus kemudian dirajut lalu menjadi mantel atau jaket hangat. Wol bisa terdegradasi secara alami dan tekstil berdampak rendah.

Jika Anda merawat pakaian wol Anda dengan benar, pakaian itu bisa bertahan seumur hidup. Belilah deterjen khusus wol dan cuci tangan atau mesin cuci jika dilengkapi dengan siklus wol. Saat dikeringkan, potongan wol tidak akan menyusut. Tetapi jauhkan dari mesin pengering jika tidak ingin kusut.

6. Poliester

Kain sintetis ini adalah salah satu yang paling populer di industri fashion. Harganya murah untuk diproduksi dan dibeli, mudah dirawat, kokoh dan ringan. Bentuknya tetap terjaga, mudah kering, dan cenderung tidak kusut atau kusut. Tapi karena terbuat dari bahan sintetis, atau dari plastik, tidak dapat terurai secara hayati. Pakaian berbahan poliester juga tidak membuat kulit bernapas lega. Artinya, tidak direkomendasikan untuk kulit sensitif dan mudah alergi.

7. Rayon

Rayon dan kapas adalah sejenis serat, keduanya berasal dari serat selulosa yang diregenerasi. Namun kapas memperoleh selulosa dari tanaman kapas, sedangkan rayon memperoleh selulosa dari pulp kayu. Prosesnya memakan waktu lama, dan bahan kimia harus digunakan untuk memastikan pohon menghasilkan cukup selulosa untuk membuat rayon. Produk jadinya berupa serat yang dapat dicampur dengan serat lain, seperti katun, poliester, dan sutra.

Rayon dipakai dalam industri fashion karena bersifat serbaguna. Tekstur kain bisa meniru jenis kain lain, seperti linen, wol, sutra. Namun bahan ini tidak terlalu kokoh sehingga hanya aman dicuci tangan untuk memperpanjang usia simpan dan pakai. Masalah lainnya, rayon dibuat memakai bahan kimia. Tidak hanya berpotensi merusak lingkungan tetapi juga merugikan pekerja dalam industri tekstil ini.

Menurut Dr Paul Blanc, seorang profesor di Universitas California, rayon telah menyebabkan serangan jantung, stroke, penyakit Parkinson, dan masalah kesehatan kronis dan serius lainnya bagi mereka yang berkecimpung dalam industri rayon.

Melalui penjelasan di atas, Anda mengetahui kelebihan dan kekurangan jenis kain yang populer untuk bahan pakaian. Anda bisa mempertimbangkan berdasarkan sesuai preferensi. Tetapi alangkah etisnya, semakin memberikan dampak buruk pada lingkungan, baiknya meminimalisir pemakaian bahan tersebut.