JAKARTA - Orang kerap menganggap depresi dan stres adalah satu hal yang sama. Padahal, keduanya memiliki perbedaan baik dari sisi kesehatan maupun penanganannya.
Melansir dari laman SehatQ, Selasa, 9 Februari, stres merupakan reaksi tubuh pada situasi nyata yang dirasa berbahaya. Stres dapat melatih diri menghadapi tantangan. Namun, jika seseorang tidak dapat menangani stresnya dengan baik, bisa jadi ia akan kehilangan konsentrasi, kehilangan minat dalam kehidupan sosial, terkena berbagai penyakit fisik, hingga berujung depresi.
Sementara itu, dikutip dari Harley Therapy, depresi adalah kesehatan mental serius yang timbul akibat perasaan sedih terus menerus tanpa perlu ada peristiwa tertentu sebagai pemicunya. Namun, depresi masih sering dianggap sepele. Banyak orang memandang sebelah mata penyandang depresi karena dianggap lemah, rapuh, dan susah move on.
Banyak juga orang mengira bahwa depresi tidak dapat menjangkiti mereka yang religius. Padahal, depresi bisa menyerang siapa saja, bahkan dapat menurun secara genetik dari orangtua ke anak.
BACA JUGA:
Jika stres akan menghilang seiring dengan selesainya semua masalah atau akan terobati dengan adanya hiburan, depresi akan menetap lama sekalipun seseorang sedang liburan dan memiliki segala kebutuhannya.
Depresi dan stres bisa ditangani dengan perawatan tepat. Namun, sebelum mengatasinya mari simak dulu gejala stres dan depresi berikut ini.
Gejala depresi;
-
Merasa sedih dalam waktu lama, bahkan kadang timbul tanpa pemicu sama sekali
-
Tidak menikmati kegiatan apapun
-
Tidak lapar sama sekali atau sebaliknya, lapar terus menerus
-
Kurang tidur atau terlalu banyak tidur
-
Hilang semangat dalam beraktifitas
-
Merasa gagal dan hilang gairah menyambut masa depan
-
Pusing
-
Tubuh lemas hingga merasa malas
-
Ingin menyakiti diri sendiri hingga timbul keinginan bunuh diri
-
Mudah marah
-
Menyalahkan diri sendiri
-
Tidak percaya diri
-
Tidak fokus dan lambat berpikir
-
Berat badan berkurang padahal tidak sedang mengalami sakit fisik
Sedangkan, gejala stres yaitu;
-
Pusing terus menerus, rahang terasa keram, dan sakit
-
Tangan dan bibir terasa gemetar
-
Sakit leher, punggung, dan tegang otot
-
Mulut terasa kering dan susah menelan
-
Rasa dingin pada tangan dan kaki
-
Sering gelisah dan menggoyang-goyangkan kaki tanpa sadar
-
Kesulitan bernafas dan sering mendesah
-
Sulit bersosialisasi
-
Sering merasa ingin kencing terus
-
Memiliki kepanikan, khawatir berlebih, rasa bersalah, dan perasaan sera tak nyaman lainnya
-
Sulit membuat keputusan
Meski stres dan depresi menunjukkan gejala hampir sama, tapi keduanya memiliki penanganan berbeda. Stres dapat dialihkan dengan mencari hiburan, piknik, menjaga selera humor, bersosialisasi, olahraga, meditasi, tai chi, atau kegiatan lain sesuai hobi.
Sedangkan depresi membutuhkan pertolongan lewat terapis, psikiater, maupun psikolog profesional agar dapat menyeimbangkan fungsi tubuh seperti semula. Medikasi dengan resep dokter memang bisa membantu menenangkan depresi. Namun, ada baiknya pengidap depresi menempuh cara berkonsultasi dengan psikolog maupun terapi lainnya terlebih dahulu agar tidak tergantung dengan obat-obatan sepanjang waktu.
Sebaiknya, seseorang memang perlu memeriksakan kesehatan mental sebelum memvonis diri sendiri bahwa ia sedang mengalami depresi. Sebab, meminta pertolongan pada profesional akan lebih banyak membantu daripada terus menerus memendam masalah sendiri.