Pasien Depresi Psikolog RSKD Maluku Banyak Dipicu Persoalan Asmara
Ilustrasi dokter dan tenaga kesehatan (nakes) di rumah sakit sedang berdiskusi penanganan pasien. (Gustavo Fring-Pexels)

Bagikan:

MALUKU - Psikolog Klinis Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Maluku menyebut pasien dengan depresi dan kecemasan karena masalah asmara menjadi yang paling sering melakukan terapi di poli psikolog rumah sakit tersebut.

"Dalam sepekan biasanya paling sedikit ada delapan atau lebih pasien yang datang ke sini untuk melakukan terapi," ujar Psikolog Klinis RSKD Maluku Vebry Wattimena M.Psi di Ambon, Maluku, Senin 6 Maret, disitat Antara.

Menurutnya, sejumlah pasien tersebut biasanya datang dengan kondisi mental yang terganggu lantaran banyak faktor seperti putus cinta, stres dalam pekerjaan, hingga tidak mampu mengolah stres dengan baik dalam dirinya.

Dia mengatakan, banyak pasien yang membutuhkan terapi psikologis berada pada usia produktif 20 sampai 30 tahunan yang dikarenakan masalah asmara.

"Saya selalu menekankan kepada pasien saya yang depresi karena putus cinta, bahwa pacaran itu adalah berteman tetapi dengan komunikasi yang lebih intens. Jadi jangan mengartikan bahwa ketika kehilangan seorang pacar maka separuh jiwa kita hilang. Tidak, itu berbeda dengan kehilangan anggota keluarga," tuturnya.

Sehingga penanganan oleh psikolog menjadi penting untuk membantu mereka ke luar dari kondisi-kondisi tersebut.

Pasalnya dikhawatirkan jika seseorang yang mentalnya terganggu namun tak dilakukan perawatan atau terapi khusus maka akan berisiko berdampak pada tindakan negatif hingga mengarah ke kriminal lainnya.

"Itu sebenarnya bagaimana kondisi stres mereka, terkait bagaimana mereka menanggapi suatu permasalahan di depannya," kata dia menjelaskan.

Namun, meski demikian kemampuan seseorang mengelola stres dalam dirinya tentu berbeda-beda antara satu dan lainnya.

Hal itu berkaitan dengan bagaimana seseorang melampiaskan stresnya ke hal-hal lain dan ada juga orang yang membutuhkan psikolog untuk menyelesaikan permasalahannya.

Untuk itu Vebry menegaskan pentingnya mengelola stres dengan baik bagi para pemuda-pemudi untuk terhindar dari kondisi-kondisi gangguan mental tertentu.