Proyeksi 2021: Drama Korea Jadi Primadona, Persaingan Layanan <i>Streaming</i> Makin Ketat
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Sebelumnya, kami membahas tentang Fenomena Candu Drama Korea di tahun 2020. Meningkatnya jumlah penonton ini tidak terlepas dari layanan streaming yang menjamur saat ini.

Banyak keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan layanan streaming; biaya yang ekonomis, konten secara real time, dan kualitas video yang mumpuni. Ketiga poin itu menjadi alasan mengapa penonton drama Korea rela berlangganan setiap bulan untuk memperoleh keuntungan dan tidak ketinggalan.

Melihat kebiasaan menonton yang meningkat, sejumlah perusahaan layanan streaming menyusun strategi agar bisnis mereka tidak ditinggal penggunanya. Netflix, misalnya.

Sebagai layanan streaming terbesar di dunia, posisi Netflix jadi pemenang di antara persaingan bisnis ini. Mereka menyediakan koleksi berbagai drama Korea dari tahun ke tahun dan berbagai saluran televisi. Netflix pun mempersiapkan beberapa konten baru yang tayang mulai tahun 2021. Beberapa di antaranya adalah pindahan dari gagalnya tayang di bioskop, tetapi sebagian lainnya merupakan konten orisinal Netflix di Korea Selatan.

Netflix dan VIU, Pionir Streaming Drama Korea

Melansir Korea Times, Netflix berinvestasi sebanyak 800 milyar won selama lima tahun belakangan untuk produksi 70 serial orisinal di Korea Selatan. Dan hal itu akan terus berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya.

Bahkan, Netflix sedang melakukan proses adaptasi serial Money Heist/La Casa de Papel ke dalam versi Korea Selatan. Begitu juga beberapa adaptasi dari webtoon yang akan dijumpai penonton setelah kesuksesan Sweet Home di kancah internasional. Hellbound dan D.P adalah dua judul webtoon yang dikonfirmasi Netflix.

Walaupun ada Netflix, tetapi masyarakat Asia Tenggara sudah lebih kenal dengan VIU, layanan streaming asal Hong Kong yang diidirikan tahun 2015. VIU menghadirkan berbagai konten dari Indonesia, Jepang, Thailand, serta Korea Selatan. Konten VIU yang selalu dirilis beberapa jam setelah penayangan di televisi membuat layanan streaming ini ramai digunakan.

Bagi mereka yang menyukai berbagai acara dari Korea Selatan, konten di VIU adalah sebuah paket komplet. Biayanya yang ekonomis dan kualitas gambar yang baik membuat aplikasi ini banyak diunduh. VIU tidak ingin kalah dari pesaing lainnya, karena itu mereka mulai membeli hak tayang lebih banyak. Terlihat dari jadwal konten baru yang akan dirilis di VIU mulai Januari.

Pahlawan dari China, iQIYI

Di sisi lain, ada iQiYi, layanan streaming asal China yang memiliki 104,9 juta pelanggan aktif berdasarkan klaim Variety.

Mereka mulai memproduksi drama Korea perdana berjudul My Roommate is a Gumiho yang diperankan Jang Ki Yong dan Hyeri. Drama ini menjadi strategi iQIYI untuk mengeksplor dan menambah konten mereka yang saat ini hanya tersedia di Asia Tenggara.

iQIYI juga mendapat hak eksklusif untuk Jirisan, salah satu drama Korea yang paling ditunggu para penggemarnya. Kabarnya, bujet drama Korea Jirisan mencapai 32 milyar. Jirisan dibintangi oleh dua aktor dan aktris kenamaan di Korea Selatan, Jun Ji Hyun dan Ju Ji Hoon. Drama Korea Jirisan sudah memulai proses syuting sejak akhir Oktober di provinsi Namwon Jeolla.

Tetapi, produksi harus terhenti setelah kasus COVID-19 meningkat di Korea Selatan dan salah satu staf Jirisan dikonfirmasi positif terjangkit virus mematikan ini. Tim produksi harus menghentikan proses syuting hingga 31 Desember 2020.

iQIYI dinilai memiliki kelebihan dibandingkan platform streaming lainnya. Drama Korea yang tayang di iQIYI memiliki waktu penayangan yang sama dengan penayangan televisi. Mereka juga menyediakan terjemahan berbagai bahasa dan beberapa episode pertamanya bisa ditonton secara gratis.

Disney+ Ekspansi ke Negeri Ginseng

Tahun 2021, persaingan drama Korea akan semakin memanas. Melansir KoreaTimes, pihak Walt Disney Co. akan melakukan ekspansi ke Negeri Ginseng. Melalui acara Disney Investor Day yang diadakan 10 Desember lalu, Disney mengumumkan Korea Selatan adalah salah satu pasar utama yang menjadi target Disney+.

Disney+ meraih peningkatan pelanggan fantastis yakni sebanyak 87 juta pelanggan. Hal ini terjadi berkat konten andalan Disney+ seperti spin off serial Star Wars, film musikal Hamilton, dan lainnya. Dalam acara yang sama, Disney juga mengumumkan sejumlah rencana dan program baru yang akan dijalankan mulai tahun 2021.

Kemungkinan besar, Disney+ akan membeli hak tayang drama Korea - salah satu program hiburan paling banyak diakses - agar dapat menjaring pelanggan baru. Adapun, Disney+ bersaing dengan sejumlah layanan streaming lokal yang sudah lebih dulu hadir di Korea Selatan, sebut saja Netflix, iQIYI, WeTV, dan Wavve.

Wavve adalah layanan OTT terbesar asal Korea Selatan dengan total 14 juta pelanggan. Kata Wavve terinspirasi dari fenomena hallyu wave yang menggabungkan sisi korean wave dan budaya Korea Selatan menjadi sebuah hiburan.

Melihat situs resminya, Wavve menyediakan berbagai jenis konten mulai dari drama Korea, film, acara televisi, hingga serial mancanegara dapat ditemui di sini.

Dari segi kelebihan, Wavve menjadi one stop entertainment untuk masyarakat Korea Selatan. Apalagi mereka bekerja sama dengan tiga saluran televisi nasional dan jaringan operator SK Telecom Co yang memiliki 10 juta pelanggan aktif per September.

Pembajakan Juga Ikut Bersaing

Layanan streaming menjadi pilihan hiburan utama masyarakat saat pandemi COVID-19. Tetapi di saat bersamaan, pembajakan juga meningkat.

Meski tidak ada data keseluruhan yang menunjukan total pembajakan, menurut TorrentFreak, data film Mulan dapat ditemukan secara ilegal (di luar layanan streaming) bahkan total unduh film Mulan jauh lebih banyak dalam waktu seminggu. Layanan kirim pesan Telegram juga menjadi jembatan tersebarnya drama Korea secara ilegal.

Menurut Ismail Fahmi selaku Pengamat Siber, mengakses konten ilegal ini dapat merugikan kedua pihak: pelaku industri dan masyarakat. Saat ini, masih banyak masyarakat yang sudah sadar akan pentingnya mendukung konten lokal dengan membayar sesuai harga, tetapi di sisi lain masih banyak juga yang memilih menonton secara ilegal.

“Padahal kalau mereka langganan bisa dapat lebih banyak. Harganya juga murah. Dan menguntungkan juga buat semua pihak,” kata Fahmi kepada VOI melalui telepon.

Sekarang, jaringan operator di Indonesia mulai berlomba-lomba untuk menarik pelanggan dengan bekerja sama dengan layanan streaming, misalnya Telkomsel dengan Disney+ Hotstar, Indosat dengan VIU dan Amazon Prime, dan lainnya.

Jika masyarakat terus menonton secara ilegal, hal ini bisa berpengaruh terhadap industri hiburan yang sulit memproduksi lebih banyak karya. “Kalau seandainya ekosistemnya bagus. Tidak ada pembajakan. Siap apun yang bikin karya, taruh di streaming, pasti dia akan dapat bayaran kan? At least nutup. Karyanya ditonton dan bisa bikin karya baru,” ujar Ismail lebih lanjut.

Situs ilegal yang biasanya diberikan secara gratis juga tidak selamanya menguntungkan. Iklan yang sering diselipkan dalam situs streaming ilegal mengandung virus yang bisa mengambil data pribadi atau data perangkat pengguna.

Layanan Streaming Lokal Bisa Sesukses Platform Luar

Tidak hanya di Korea Selatan, Indonesia juga memiliki banyak layanan streaming lokal yang menawarkan konten serupa seperti bisnis lainnya seperti GoPlay, Klik Film, Bioskop Online dan Maxstream.

Mereka hadir dengan sejumlah strategi khusus dan konten spesial, sebut saja GoPlay yang memproduksi konten adaptasi serial Korea Selatan yakni Tunnel dan Amerika yaitu Gossip Girl. Hasil adaptasi ini mendapat respons positif dari para pelanggan. Demikian juga Klik Film yang menyediakan film lawas dan rilisan Amerika Serikat serta Korea Selatan.

Menurut founder Drone Emprit ini, niche market atau target pasar yang spesifik diperlukan untuk layanan streaming lokal agar bisa bersaing dengan pendatang dari luar. Akan selalu ada peluang untuk sukses jika para pebisnis jeli melihat apa yang sedang tren dan diminati masyarakat.

“Ini industri hiburan bukan nasionalisme. Kalau kita ingin mengedepankan ‘Ayo ini karya anak bangsa’ ya gak akan tercipta. Orang tuh membeli bukan karena nasionalis. Orang membeli layanan itu karena mereka memang menyukai jadi harus dilihat itu,” urai Ismail.

Persaingan layanan streaming diprediksi akan semakin meningkat di tahun 2021. Peluang untuk platform lokal untuk sukses juga bisa diraih asal mereka bisa menemukan minat atau konten yang disukai masyarakat Indonesia. Tetapi semua kembali ke pembuat konten dan masyarakat, karena mereka yang menjadi penentu geraknya perkembangan sebuah platform.