JAKARTA - Anak-anak sering menghadapi persoalan mengontrol emosi. Meskipun kemarahan adalah emosi yang normal dan harus diungkapkan, ada beberapa ekspresi kemarahan yang bisa membuat seorang anak justru menjadi kasar dan agresif.
Mengendalikan emosi memang bukan perkara yang mudah bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Tapi hal tersebut bukan berarti tidak bisa ditangani. Anak perlu mengetahui bagaimana cara menyalurkan amarahnya dengan cara yang sehat dan aman.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa orang tua lakukan dalam membantu anak untuk mengelola kemarahan mereka dengan cara yang lebih baik, melansir Very Well Family, Rabu, 11 Januari.
Bedakan Antara Perasaan dan Perilaku
Ajari anak untuk melabeli perasaan sehingga mereka bisa mengungkapkan perasaan marah, frustrasi, dan kecewa. Coba katakan, "Merasa marah boleh saja, tetapi tidak boleh memukul." Bantu mereka mengetahui kalau kontrol sepenuhnya ada pada diri sendiri saat sedang marah.
Terkadang, perilaku agresif berasal dari berbagai perasaan tidak nyaman, seperti sedih atau malu. Jadi, bantulah anak-anak Anda mencari tahu mengapa mereka merasa marah. Mungkin mereka merasa sedih karena tidak jadi bermain dengan teman. Alih-alih menunjukkan kesedihan, anak menanggapinya dengan marah karena itu lebih mudah atau menutupi rasa sakit hati yang dirasakan.
Jadi Model untuk Anak
Cara terbaik mengajari anak-anak menghadapi amarah adalah dengan menunjukkan kepada mereka bagaimana Anda menghadapi emosi saat Anda merasa marah. Saat anak-anak melihat Anda kehilangan kesabaran, kemungkinan besar mereka akan melakukan hal yang sama. Namun, jika mereka melihat Anda mengatasi perasaan Anda dengan cara yang lebih ramah dan lembut, mereka juga akan mengikutinya.
Meskipun penting tidak menunjukkan masalah orang tua pada anak, namun cara ini sehat untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana Anda menangani perasaan marah. Tunjukkan saat-saat ketika Anda merasa kesal sehingga anak mengerti bahwa terkadang orang dewasa juga bisa marah.
Tetapkan Aturan Marah
Sebagian besar keluarga memiliki aturan tentang perilaku apa yang dapat diterima dan apa yang tidak terkait dengan kemarahan. Beberapa keluarga tidak keberatan jika pintu dibanting dan suara dinaikkan saat marah, sementara keluarga lain memiliki toleransi yang kurang terhadap perilaku seperti itu. Buat aturan rumah tangga tertulis yang menguraikan harapan Anda saat ada anggota keluarga marah.
Hindari agresi fisik, pemanggilan nama, dan perusakan barang sehingga anak mengerti bahwa mereka tidak dapat membuang barang, memecahkan barang, atau menyerang secara verbal maupun fisik ketika mereka sedang marah.
BACA JUGA:
Ajarkan Keterampilan Mengatasi Kemarahan yang Sehat
Anak-anak perlu mengetahui cara tepat mengatasi kemarahan mereka. Alih-alih diberi tahu, “Jangan pukul adikmu,” jelaskan apa yang dapat mereka lakukan saat merasa marah. Katakan, "Lain kali, perhatikan kata-katamu" atau "Jauhi dia saat kamu merasa marah."
Anda juga bisa bertanya, "Apa yang bisa kamu lakukan selain memukul?" untuk membantu anak Anda mengidentifikasi strategi yang mungkin bisa membantu.
Gunakan time-out sebagai cara membantu anak menenangkan diri. Menyendiri dari suatu situasi dan meluangkan beberapa menit untuk menenangkan diri bisa sangat membantu anak yang mudah marah.
Tawarkan Konsekuensi Bila Diperlukan
Beri anak Anda konsekuensi positif saat mereka mengikuti aturan kemarahan dan konsekuensi negatif saat mereka melanggar aturan. Konsekuensi positif, seperti memberi hadiah dapat memotivasi anak menggunakan keterampilan manajemen amarahnya saat mereka sedang kesal.
Tindak lanjuti dengan konsekuensi langsung jika anak menjadi agresif saat marah. Konsekuensi yang efektif dapat mencakup time-out, kehilangan hadiah, atau membayar ganti rugi dengan melakukan tugas tambahan atau meminjamkan benda pada orang yang dimarahi sebelumnya.