Bagikan:

JAKARTA - Saat anak belum memahami emosinya, dia cenderung akan menghindari semua hal yang dirasa tidak nyaman. Misal, anak yang pemalu dalam situasi sosial akan menghindari aktivitas baru karena kurang percaya diri pada kemampuannya. Untuk menoleransi ketidaknyamanan yang terkait dengan mencoba hal baru.

Mengajari anak mengatur emosi dapat mengurangi banyak masalah perilaku. Seorang anak yang memahami emosinya juga akan lebih siap menghadapi situasi yang tidak nyaman dan kemungkinan besar akan menunjukkan performa terbaiknya. 

Dengan pengajaran dan latihan dari orang tua, anak dapat belajar bahwa dia dapat mengatasi perasaan tidak nyaman yang dirasa dengan cara sehat. Bagaimana? Simak selengkapnya berikut ini.

Ajarkan tanggung jawab pribadi

Meski baik bagi anak mengalami ragam emosi, namun penting juga baginya menyadari bahwa dia memiliki kendali atas apa yang dirasakan. Contoh, anak yang mengalami hari yang berat di sekolah dapat memilih aktivitas sepulang sekolah yang dapat meningkatkan moodnya. Dan anak yang marah atas perbuatan saudaranya dapat menemukan cara menenangkan dirinya.

Ajari anak tentang perasaan dan bantu dia memahami bahwa emosi yang intens tidak boleh dijadikan alasan untuk membenarkan perilaku buruk. Merasa marah tidak memberinya hak untuk memukul seseorang dan perasaan sedih tidak harus membuatnya murung selama berjam-jam.

Anak juga perlu diajari bahwa dia bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dan tidak boleh menyalahkan orang lain atas perasaannya. Jika anak memukul saudaranya dan mengklaim hal itu karena dia membuatnya marah, perbaiki terminologinya. Jelaskan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas perasaan dan perilakunya sendiri.

Berlatihlah Menoleransi Emosi Tidak Nyaman

Emosi yang tidak nyaman sering kali mempunyai tujuan. Jika Anda berdiri di tepi jurang, kecemasan adalah respons emosional normal yang dimaksudkan untuk mengingatkan diri akan bahaya. Namun, terkadang Anda mengalami ketakutan dan kecemasan yang tidak perlu.

Ajari anak bahwa hanya karena dia merasa gugup terhadap sesuatu, bukan berarti itu ide yang buruk. Misalnya, jika dia takut untuk bergabung dengan tim sepak bola karena dia takut tidak akan mengenal anak-anak lain, tetap dorong dia untuk bermain. Menghadapi ketakutannya akan membantunya menyadari bahwa dia mampu melakukan lebih dari yang dia kira.

Dorong anak dengan lembut untuk keluar dari zona nyaman. Puji usahanya dan jelaskan bahwa Anda lebih peduli pada kesediaannya untuk mencoba, dibandingkan hasilnya. Ajari dia bagaimana menggunakan kesalahan, kegagalan, dan situasi tidak nyaman sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh lebih baik.

Suasana hati anak seringkali sangat bergantung pada keadaan eksternal. Anak bisa merasa bahagia saat dia bermain dan sedih beberapa saat kemudian ketika tiba waktunya selesai bermain. Kemudian, suasana hatinya mungkin dengan cepat lagi berubah menjadi kegembiraan ketika tahu dia akan dibelikan es krim jika menurut perkataan orang tua.

Orang tua perlu mengajari anak bahwa suasana hatinya tidak harus bergantung sepenuhnya pada keadaan eksternal. Sebaliknya, dia bisa mengendalikan perasaan, apa pun situasinya.