Orang Tua, Begini Cara Perkenalkan Emosi pada Anak
Ilustrasi (Jep Gambardela/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Selama ini mungkin Anda sebagai orang tua mengira tidak perlu mengenalkan jenis emosi dan perasaan pada anak karena mereka akan mengetahuinya sendiri. Padahal, itu tidak benar.

Sebab, salah satu alasan balita terkadang suka jadi menangis atau tantrum karena berusaha mengungkapkan sesuatu. Supaya anak Anda bisa mengungkapkan perasaannya, Anda perlu mengenalkan jenis emosi dan perasaan yang tepat.

Kenalkan Nama-nama Perasaan

Untuk permulaan, melansir Very Well Family, Jumat, 3 Februari, ajari anak Anda nama-nama perasaan seperti senang, marah, sedih, dan takut. Jika si kecil berusia 8 tahun ke atas, mulai kenalkan dengan kata yang lebih kompleks seperti frustasi, kecewa, dan gugup. 

Setelah dia mulai mengingat kata tersebut, ajak anak mendiskusikan bagaimana perasaan karakter dalam buku atau acara TV favoritnya. Saat tengah menonton atau membaca, berhenti sejenak dan tanyakan anak “Menurut kamu, bagaimana perasaannya saat ini?.” Kemudian, diskusikan berbagai perasaan yang mungkin dialami tokoh tersebut dan alasannya.

Bicara Tentang Perasaan

Tunjukkan kepada anak bagaimana menggunakan kata perasaan dalam kosakata harian mereka. Contohkan cara mengungkapkan perasaan dengan membagikan perasaan Anda juga. Misal, katakan, “Ibu/Ayah merasa sedih karena kamu tidak mau berbagi mainan dengan kakakmu hari ini. Ibu/Ayah yakin dia juga merasa sedih.”

Setiap hari, tanyakan kepada anak bagaimana perasaanya hari ini. Gunakan bagan sederhana dengan wajah tersenyum jika itu membantu mereka memilih perasaan dan kemudian diskusikan perasaan itu bersama. Bicarakan tentang hal-hal yang memengaruhi perasaan anak Anda.

Ajarkan Koping Strategi

Ajarkan anak kalau dia boleh marah tapi tak boleh memukul. Anak perlu mempelajari cara mengontrol kemarahan sehingga dia dapat menyelesaikan konflik dengan damai. Ajari juga cara menghadapi emosi yang tidak nyaman pada si kecil.

Beritahu dia untuk menjauh atau memanfaatkan waktu tenang sendirian untuk meregulasi emosinya kembali. Ini dapat membantunya tenang daripada membiarkan dia meluapkan emosi pada sumber kemarahannya yang bisa sebabkan anak justru dihukum.

Berikan Penguatan Positif

Perkuat perilaku baik anak dengan konsekuensi positif. Puji anak karena mengekspresikan emosi dengan cara yang pantas secara sosial dengan mengatakan hal-hal seperti, "Ayah/Ibu sangat suka cara kamu menggunakan kata-kata ketika memberi tahu kakak/adik kalau kamu marah padanya."

Jadilah Model yang Baik

Jika Anda memberi tahu anak untuk menggunakan kata-kata baik saat marah. Tapi anak masih menyaksikan Anda membentak atau berteriak saat marah, maka ajaran Anda selama ini tidak akan efektif. Contohkan cara sehat dalam menghadapi emosi yang tidak nyaman.

Tunjukkan saat-saat ketika Anda merasa marah atau frustrasi dan ucapkan dengan lantang. Katakan, "Wow, Ayah/Ibu marah karena ada rekan yang membatalkan janji tiba-tiba." Kemudian tarik napas dalam-dalam atau contohkan keterampilan koping sehat lainnya sehingga anak Anda dapat belajar mengenali keterampilan yang Anda gunakan saat marah.