Cara Mengajarkan pada Anak Lebih Berdaya dan Menyelesaikan Masalahnya, Begini Saran Pakar
Ilustrasi mengajarkan pada anak cara menyelesaikan masalah (Freepik/Drazen.zigic)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Sebagai orang dewasa, Anda mungkin mengenal betapa menantangnya hidup. Dalam mengatasi dinamikanya, tentu bersikap tanggung jawab dan merasa berdaya adalah kunci dalam mengatasi segala persoalan. Nah, untuk mengajarkan anak-anak tentang cara berdaya, menyelesaikan masalah, dan tanggung jawab, pakar menyarankan bukan dengan memberi instruksi pada anak-anak.

Sepulang sekolah, mungkin anak Anda mengeluh guru yang galak, mata pelajaran yang rumit, dan teman sekolah yang bandel. Mereka bukan anak yang lemah tetapi perlu diajarkan bagaimana lebih berdaya sehingga bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan masalahnya. Caranya? Lawrence J. Cohen, Ph.D., pakar parenting dan penulis Playful Parenting merekomendasikan tidak untuk memarahi atau sok bijak menginstruksikan solusi. Cukup tanyakan tiga pertanyaan di bawah ini, dan anak-anak mulai menemukan solusi serta kekuatannya untuk mewujudkan.

Tanyakan tentang apa yang telah mereka lakukan

Anak-anak mengeluh pada orangtuanya karena mereka merasa tidak berdaya. Dengan bertanya ‘apa yang telah kamu lakukan’, orang tua mencoba menguatkan anak dalam menghadapi suatu masalah. Tetapi perlu diingat, karena mereka belum menemukan solusi bukan berarti mereka tidak berusaha.

mengajarkan pada anak cara menyelesaikan masalah
Ilustrasi mengajarkan pada anak cara menyelesaikan masalah (Freepik/jcomp)

Misalnya, anak bercerita tentang temannya yang merebut mainannya tanpa permisi dan ia tidak menanggapinya tetapi teman lainnya mengingatkan. Anak tidak menanggapinya karena mereka tidak berdaya, dan ini tidak apa-apa. Mereka bukan tidak menemukan solusi, tetapi membutuhkan kekuatan terkumpul untuk menemukan solusinya sendiri.

Tentang menemukan solusi dan kekuatan diri

Pertanyan kedua yang penting diutarakan orang tua kepada anaknya yang mengeluh soal masalah di sekolah, adalah ‘apakah mengabaikan akan menyelesaikan masalahmu?’. Dalam contoh kasus pada poin pertama, anak mengabaikan temannya yang nakal. Tetapi apakah ia punya solusi atas masalah tersebut? Orang tua perlu menanyakan hal tersebut. Anak-anak mungkin menyadari bahwa mereka sebenarnya punya ide bagus tetapi tidak bekerja dengan sempurna. Atau mereka mungkin menyadari bahwa ide mereka mungkin berbahaya jika dilakukan. Artinya mereka mungkin memilih untuk mengabaikannya.

Menurut Cohen, kalau anak tidak mencoba solusi apapun, tak apa-apa. Tetapi cobalah pantik dengan obrolan tentang bagaimana masalah yang dialami bekerja. Mulai dari efeknya jika diabaikan hingga alasan kenapa temannya merebut mainannya.

Memberdayakan anak untuk berpikir kreatif

Mengatasi masalah atau problem solving perlu kreatif, termasuk pada anak-anak usia dini. Pertanyaan ketiga yang perlu orang tua utarakan pada anak adalah ‘apa yang kamu lakukan setelah tahu efek dan alasannya?’. Pertanyaan ini memantik kreativitas anak dalam mencari solusi dan bertanggung jawab atas solusi yang ia buat.

Ketiga pertanyaan yang disarankan Cohen ini, mungkin tidak langsung melahirkan ide sempurna. Mungkin anak akan lebih sering menjawab ‘tidak tahu’ dan perbincangan selesai di ambang. Tetapi, orang tua tetap bisa proaktif dalam membersamai anak menyelesaikan masalah dan menemukan solusi sendiri atas masalahnya.