Menyoal Konten Pola Asuh Anak di Media Sosial Menurut Pantauan Netray
Ilustrasi - Penerapan pola asuh harus dinamis sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA – Pola asuh anak masih menjadi topik menarik bagi para orangtua, khususnya yang baru memiliki momongan atau masih memiliki anak berusia sekolah. Ini terlihat dari banyaknya konten pola asuh anak yang beredar di media sosial.

Dengan kata kunci parenting, parenting anak, dan tips parenting, Netray memantau  terdapat ribuan konten pola asuh anak selama periode 12 Desember 2022 hingga 10 Januari 2023.

Di Instagram, Netray menemukan 1.466 konten pola asuh anak dengan jumlah impresi mencapai 26,8 ribu dan berpotensi menjangkau 17,7 juta akun.

Konten unggahan akun @ideparentingtop yang berisi model pola asuh anak artis Nikita Willy meraih interaksi terbanyak dengan total 1.365 like dan 52 komentar.

Nikita Willy dalam unggahan tersebut berbagi informasi terkait dampak memberikan gawai terhadap anak usia dini. Dia mendapat saran dari dokter agar tidak memberikan gawai kepada anaknya, Issa Xander Djokosoetono yang masih berusia 7 bulan.

Sebab, menurut Nikita, “Kalau sekali sudah ngelihat gadget, dia akan fokus ke gadget dan maunya nonton terus.”

Sehingga, anak cenderung malas melakukan atau mempelajari hal-hal lainnya. Malas belajar merangkak, malas belajar mengunyah untuk makan, dan bahkan malas mengeksplorasi hal-hal baru yang pada akhirnya menghambat tumbuh kembang anak.

“Jadi sebisa mungkin aku tidak memberikan gadget apalagi saat makan karena pada saat makan aku mau dia benar-benar duduk di high chair, dia fokus dengan makanan apa yang ada di depannya,” ucap Nikita dalam unggahan akun @ideparentingtop.

Konten instagram yang meraih interaksi terbanyak menurut pantauan Netray periode 12 Desember 2022 hingga 10 Januari 2023. (Netray)

Tak hanya soal gawai, menurut Netray, “Soal inner child pun dibahas oleh akun parenting @parentingofficia dengan total 551 like dan 10 komentar. Model pola asuh anak yang memiliki latar belakang Islami juga banyak diminati, seperti yang diunggah oleh akun @nabawi_homeschooling dengan total 1.308 like dan 9 komentar."

Di YouTube. Netray menemukan 407 konten video pola asuh anak dengan total pencapaian 645,6 ribu like dan 25 juta viewers. Sejumlah konten populer soal pengasuhan anak berbasis bahasa Indonesia paling banyak berasal dari YouTube short.

Seperti unggahan akun InfoParenting dan Ranita Okta yang membagikan tips pola asuh anak seperti cara mengatasi bayi gumoh atau muntah dan pertolongan saat bayi tersedak.

Sedangkan di Tiktok, Netray menemukan 161 konten pola asuh anak. Konten telah dibagikan ke 791,8 ribu pengguna dan diputar sebanyak 302,6 juta kali. Adapun jumlah like mencapai 42,3 juta dan mendapat komentar sebanyak 221,9 ribu.

Meski jumlah konten lebih sedikit, tetapi konten pola asuh anak di TikTok memiliki jumlah impresi yang lebih besar, mencapai 43,3 juta. Sementara di Instagram dari 1.466 konten hanya memiliki impresi sebanyak 26,8 ribu.

Konten pola asuh anak antara lain diunggah oleh akun @mamabercerita. Menampilkan seorang dokter pria yang membagikan tips agar perut bayi tidak kembung.

Teks dalam video bertuliskan, “Lakukan ini agar perut bayi tidak kembung: Gerakan kaki bayi seperti mengayuh sepeda, gerakan kaki menekuk kedepan secara perlahan, lakukan secara perlahan dan rutin setiap hari,” isi teks dalam video tersebut.

Konten itu telah dibagikan ke 774 pengguna TikTok, mendapat 17,6 ribu like, dan 174 komentar.

Bersikap Kritis

Beragam konten pola asuh anak tersebut tentu dapat memberikan manfaat. Namun, orangtua juga harus lebih kritis menyaring informasi yang diperoleh. Semisal dalam melihat model pola asuh Nikita Willy yang tidak memberikan gadget untuk anaknya.

Untuk usia anak di bawah 2 tahun, model itu memang ideal untuk dilakukan. Seperti anjuran WHO, orang tua sebaiknya tidak memberikan gawai kepada anak sebelum berusia 2 tahun. Apalagi hanya agar mereka duduk diam dan tenang.

Namun, ketika anak berusia di atas 2 tahun, kecenderungannya akan sulit. Terlebih pada era modern saat ini ketika penggunaan teknologi internet semakin masif. Yang bisa dilakukan orangtua hanya membatasi penggunaan gawai.

Selama penggunaannya masih dalam pengawasan, gawai dapat menjadi alat yang membantu perkembangan anak. Bisa menjadi sarana menyalurkan kreativitas atau media pembelajaran.

Pada prinsipnya, melansir dari laman Klinik Psikologi Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia, penerapan pola asuh harus dinamis sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.  Orangtua harus memahami kebutuhan dan kemampuan anak.

Meski jumlah konten pola asuh anak di TikTok lebih sedikit dibanding di Instagram dan YouTube, tetapi jumlah impresi yang diperoleh lebih besar, mencapai 43,3 juta. (Netray)

Yang tak kalah penting, orangtua juga harus mampu memberi contoh yang baik terhadap anak. Terkadang, orangtua meminta anak bersikap sesuai harapan mereka, misalnya jujur, tidak boros, atau melarang menggunakan gawai.

"Sementara dalam keseharian, orangtua justru kerap berbohong, gemar menghamburkan uang, atau malah sibuk dengan gawai di depan anak," tulis RSJ Grhasia.

Bila itu yang terjadi, penerapan pola asuh dapat dipastikan tidak akan efektif. Tanamkan dan disaat yang sama tunjukkan nilai-nilai kebaikan tersebut dihadapan anak. Sejatinya, anak adalah peniru ulung. Dia belajar dengan cara meniru perilaku orang-orang di sekelilingnya.