Ketika Anak Bersikap Arogan, Begini Saran Ahli untuk Mengatasi
Ilustrasi anak bersikap arogan (Unsplash/Nagy Szabi)

Bagikan:

JAKARTA – Arogansi merupakan sikap merasa lebih tinggi, lebih berharga, dan lebih penting daripada orang lain. Umumnya, orang dengan sikap arogan yakin bahwa ide, pendapat, dan opini mereka lebih baik dibanding orang lain.

Nah, apakah ada anak-anak yang bersikap seperti ini? Diterangkan oleh Rebecca Mansfield –seorang terapis perkembangan anak, guru, dan penulis buku parenting- bahwa anak yang arogan akan bersikap superior sehingga dijauhi teman-temannya. Tentu ini membuat orang tua gelisah.

Lanjut Mansfield dilansir laman Kids Activities, Senin, 1 November, kebanyakan anak yang menunjukkan arogansi adalah anak yang cerdas, berbakat, dan percaya diri. Penting untuk dipahami bahwa anak-anak tidak terlahir arogan. Artinya ada sebab musabab yang memicu anak bersikap arogan.

Kepercayaan diri perlu diimbangi dengan kerendahan hati, tulis Mansfield. Jika tidak muncul kesombongan dan meniadakan semua kualitas baik yang dimiliki anak. Lantas bagaimana rekomendasi Mansfield untuk orang tua dalam mengatasi sikap arogan buah hatinya? Berikut daftarnya.

1. Identifikasi sumber masalahnya

Dalam membersamai tumbuh kembang anak, orang tua perlu retrospeksi. Cobalah menimbang kembali hal-hal yang diberikan pada anak, termasuk pujian, fasilitas memanjakan, dan banjir perhatian.

Orang tua yang memanjakan anak dengan terlalu banyak pujian dan perhatian terkadang membuat anak menjadi arogan. Paling berpotensi ketika anak mahir dalam satu bidang tertentu, misalnya olahraga atau akademik.

Wajar apabila orang tua kagum pada prestasi buah hatinya. Tetapi berilah pujian tepat ukuran dan perhatian tepat pada waktunya sehingga tidak bersikap arogan, kasar, maupun sombong di depan teman sebayanya.

2. Berbicara dengan guru si anak

Jika anak berperilaku arogan di rumah, kemungkinan besar menunjukkan perilaku negatif yang sama di sekolah. Maka biacalah dengan guru dan pelatih anak supaya memahami secara memadai ruang lingkup masalahnya.

Cobalah berdiskusi dengan pihak pengajar, buat mereka lebih bersabar, dan ajaklah membuat perbaikan dari sikap arogan.

3. Bicara dengan anak secara pribadi

Hindari menegur anak langsung di depan orang lain meskipun arogansi perlu diperbaiki. Setiap kali menyaksikan anak bersikap superior, ajak buah hati membicarakan hal yang tidak semestinya ia lakukan. Berikan pesan tegas bahwa kesombongan tidak dapat diterima.

4. Berilah contoh

Anak-anak banyak belajar dari apa yang mereka temukan, termasuk cara orang tuanya membangun relasi interpersonal dengan orang lain. Anda tak harus selalu benar atau selalu menang saat berelasi dengan orang lain. Tetapi Anda perlu menyorot bagaimana cara berperilaku sopan, baik hati, dan rendah hati supaya anak bisa meniru perilaku positif Anda.

5. Memahami kondisi anak

Pada banyak kasus yang terjadi, papar Mansfield, anak bersikap arogan karena merasa rendah diri dan menutupi perasaan tidak mampu mereka dengan membual tentang keterampilan luar biasa yang mereka miliki dalam satu bidang tertentu. Mereka sering cemburu pada saudara kandung atau teman sekolah yang tampaknya memiliki banyak teman dan berinteraksi lebih nyaman.

Saran Mansfield, puji anak dari perilaku positifnya bisa membantu menjaga harga diri anak tetap utuh. Cobalah pahami kondisi anak, damping agar tak lagi bersikap arogan, beri bimbingan secara lembut tetapi tegas dan penuh kasih.

Anda juga bisa melibatkan anak dalam kegiatan-kegiatan membantu orang lain, misalnya. Karena ini merupakan cara positif untuk menanamkan kasih sayang sambil mengajarinya untuk tidak terlalu mementingkan diri sendiri.