JAKARTA – Parenting berperan besar dalam mendukung proses perkembangan anak, baik perempuan maupun lelaki. Oleh karena itu, penting adanya bagi orang tua untuk menimbang dengan matang apa-apa saja yang dibutuhkan putra-putrinya untuk menyongsong masa depan.
Diluar dukungan fasilitas materiil, ada hal yang tak terlihat dalam pola parenting. Daniel Flint, M.A. yang mendalami studi psikologi khususnya keluarga dan orang tua yang anaknya bermasalah, mencoba mengidentifikasi berdasarkan sejumlah studi perihal parenting.
Identifikasi dilakukan berdasarkan pembagian jenis kelamin, dan salah satunya relasi antara anak perempuan dan ayahnya. Terdapat poin penting bahwa anak perempuan mengalami kasus tertentu jika tak mendapat 3 hal di bawah ini dari ayahnya.
Figur ayah yang menerima, senantiasa mendukung, dan memberi pengaruh positif
Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Consulting and Clinical Psychology tahun 2019 mewawancara dua kelompok remaja. Satu kelompok gadis remaja yang mengalami depresi dan satunya lagi tidak. Penelitian ini menyoroti tentang pentingnya relasi anak-ayah dan kualitas komunikasi.
Para remaja yang didiagnosis depresi melaporkan bahwa mereka merasa ditolak dan diabaikan oleh ayahnya. Hubungan anak-ayah yang dingin dilatarbelakangi dua kondisi, orang tua masih menikah atau berpisah.
BACA JUGA:
Studi lanjutan dilakukan untuk memvalidasi temuan pertama dilakukan wawancara pada para ayah. Dan ayah-ayah gadis remaja yang didagnosa mengalami depresi tidak menyadari bahwa kualitas komunikasi yang buruk berpengaruh pada kondisi psikologis anaknya.
Ini berarti relasi anak-ayah dengan kualitas komunikasi yang baik menggambarkan penerimaan, dukungan, dan lewat relasi tersebut dapat memberikan pengaruh positif pada anak perempuannya.
Dukungan untuk meningkatkan kemampuan sosial-emosional
Pola asuh yang berkualitas dapat mendukung kemampuan anak dalam aspek sosial-emosional. Tidak hanya peran ayah yang penting dalam mendukung kondisi emosional dan sosial, tetapi peran itu juga tak kalah pentingnya.
Tahun 2018, C.G. Campbell dan E.J. Winn menulis tentang Father-Daughter Bonds dalam jurnal bertajuk Family Relations. Dalam studinya, sekelompok ayah dilatih dalam satu program yang disebut Dads and Daughter Excercising and Empowered (DADEE).
Program tersebut berfokus pada peningkatan keterampilan pengasuhan positif dasar dan memaksimalkan peran ayah ke dalam kesejahteraan sosial-emosional putri mereka. Dalam program, ayah dan anak dilibatkan dalam permainan kolaboratif yang aktif berhubungan dengan kebugaran.
Proses kolaborasi dan partisipatif dalam pelatihan berpengaruh besar meningkatkan kemampuan sosial-emosional anak. Misalnya kemampuan dalam pengambilan keputusan, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, tanggung jawab pribadi, dan manajemen diri.
Memberikan perhatian dan tidak terlalu protektif
Lagi-lagi dibuktikan dalam studi ilmiah, remaja perempuan yang mengalami gangguan makan menceritakan relasi dengan ayahnya yang sangat protektif dan mengontrol penuh.
Dalam Journal of Child and Family Studies yang dipublikasikan tahun 2015 menemukan wanita yang mengalami masalah terhadap citra tubuh dan gangguan makan melaporkan kurangnya dukungan dan izin otonomi ketika tumbuh dewasa.
Dari studi-studi di atas, dapat dirangkum secara bijak bahwa ‘kehadiran’ ayah dalam proses pertumbuhan psikologis, emosional, dan sosial anak perempuan sangatlah bermakna.