Bagikan:

JAKARTA - Komnas Perempuan meminta masyarakat tak melabelkan stigma negatif terhadap eks atlet voli yang kini jadi prajurit TNI AD, Aprilia Manganang. Aprilia dinyatakan berjenis kelamin laki-laki setelah sebelumnya dibesarkan dan disebut sebagai perempuan.

"Yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah memberi dukungan kepada yang bersangkutan agar dapat terus berkarya dan berkontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara dan menghentikan segala bentuk stigma, perskusi, dan diskriminasi terhadap yang bersangkutan," kata Komisioner Komnas Perempuan Bahrul Fuad dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Rabu, 10 Maret.

Komnas Perempuan menjelaskan Pasal 28 I UUD 1945 yang berisikan ketentuan setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang diskriminatif itu.

Karena itu, Fuad menyebut negara juga seharusnya melindungi semua warganya dari tindakan diskriminasi termasuk diskriminasi yang didasarkan perbedaan jenis kelamin dan orientasi sesksual.

Dia mengapresiasi langkah yang diambil Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa yang memberikan kesempatan bagi Manganang untuk mengetahui perihal jatidirinya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan, hingga akhirnya diketahui dia sebenarnya laki-laki. Fuad menyebut, Andika telah mengambil keputusan tepat untuk menghormati hak asasi manusia (HAM) orang lain.

"Menurut saya keputusan yang diambil oleh KSAD sudah tepat dalam rangka menghormati Hak Asasi Manusia. Sesuai dengan Yogyakarta Principles yang merupakan sebuah panduan universal HAM yang menegaskan standar hukum internasional mengakui bahwa setiap manusia terlahir dengan bebas dan setara dalam hak dan martabat yang dimiliki," ungkapnya.

"Pada konteks Aprilia Manganang, negara telah berlaku tepat dalam rangka menghormati yang bersangkutan memilih Identitas jender merujuk pada perasaan pengalaman internal dan individu terhadap jender, yang mungkin saja tidak sesuai dengan jenis kelaminnya pada saat dia dilahirkan, termasuk perasaannya pada bagian tubuhnya," imbuh Fuad.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Andika Perkasa yang memastikan Aprilia Manganang adalah laki-laki sejak lahir. Hal ini usai dilakukan serangkaian pemeriksaan medis.

"Ada sistem reproduksi laki-laki ini pada hipospadia ini cukup sering terjadi. Jadi, bahkan mendekati peringkat dua dari jumlah yang sering terjadi untuk kelahiran bayi laki-laki," kata Jendral Andika Perkasa kepada wartawan, Selasa, 9 Maret.

Menurut Andika, dari hasil pemeriksaan medis itu tidak menunjukkan seorang perempuan. Kemudian, organ internal Aprila Manganang juda tidak mengarah pada perempuan.

"Pemeriksaan hormonal pun begitu, hormon testoteron juga diukur sehingga secara faktual dan ilmiah kita meyakini Sersan Manganang lebih memiliki hormonal kategori laki-laki," kata Andika.

Demikian juga dengan hasil pemeriksaan radiologi. "Pemeriksaan radiologi juga menyatakan hal yang sama,” kata Andika.

Pemeriksaan medis ini mulanya dilakukan di RS Wolter Mongisidi, Manado, Sulawesi Utara pada 3 Februari. Tapi keterbatasan rumah sakit membuat TNI AD memutuskan membawa Aprilia Manganang ke Jakarta. 

“Saya berkonsultasi menawarkan apa yang bisa kami bantu untuk dia.  Sersan Manganang rupanya menyambut dengan sangat excited, rupanya inilah yang ditunggu-tunggu sehingga saya hadrikan tim RSPAD lengkap, kita periksa secara lengkap di RSPAD dengan menggunakan fakes yang kami punya,” papar KSAD.  

Aprilia Manganang lahir di Sulawesi Utara, 27 April 1992. Manganang mulai bermain voli saat masih di bangku SMP dan sempat main basket saat SMA.

Namun dia lebih tertarik bermain voli. Kariernya dimulai saat bergabung dengan tim Alco Bandung pada 2011 silam. Manganang kemudian pindah ke BNI46 dan Manokwari Valeria.

Selanjutnya, Aprilia bergabung dengan Jakarta Elektrik PLN dan sukses membawa gelar juara Pertamina Proliga dua musim berturut, yakni pada 2015 dan 2016.

Status kelamin Aprilia sempat dipertanyakan saat mengikuti Liga Bola Voli Indonesia pada 2011 dan 2013 karena postur tubuhnya yang gagah dan tenaganya yang kuat. Sedangkan di panggung internasional, pelatih timnas voli Filipina sempat protes terhadap jenis kelamin Aprilia di SEA Games 2015.