Bagikan:

JAKARTA - Pengadilan Negeri (PN) Tondano mengabulkan permohonan pergantian nama Sersan Dua (Serda) Aprilia Santini Manganang menjadi Aprilio Perkasa Manganang. Hal ini terjadi setelah mantan atlet voli itu hidup sebagai perempuan selama 28 tahun.

Keputusan yang sudah ditunggu Manganang ini diketuk dan dibacakan oleh Ketua Majelis Hakim PN Tondano Nova Loura Sasube pada Jumat, 19 Maret lalu.

Penetapan ini dilakukan setelah majelis hakim mendengarkan sejumlah kesaksian dari para saksi ahli, termasuk keterangan dari Kol. dr. Guntoro. Dalam sidang perdata ini, Guntoro mengungkap mantan atlet bekas pevoli putri Indonesia ini mulai menjalani pemeriksaan sejak 9 Februari lalu.

“Aprilia datang memeriksakan dirinya. Saya periksa mulai dari keadaan umum penampilan. Saya buka pakaian, saya amati, posturnya cenderung laki-laki, dada bidang, pinggul tidak besar, payudara rata. Jadi secara umum postur laki-laki,” ujarnya menjawab pertanyaan hakim di dalam persidangan perdata tersebut.

Selanjutnya, pemeriksaan dikhususkan di bagian kemaluan atau genetalia. “Dari situ saya dapati ada penisnya dengan ukuran lebih kecil dari normal, 4 cm panjang, diameter hampir 2 cm. Saya dapatkan kantong buah zakar/testis dua, kanan-kiri, kemudian saluran tek terdapat dalam ujung penis tapi berada di bawah kantong kemaluan buah zakar,” jelasnya.

“Jadi, secara fisik saya diagnosis sebagai hipospadia,” tegasnya.

Sebagai informasi, hipospadia adalah kelainan kongenital yang mana muara uretra yang terletak lebih dekat dengan tubuh dibandingkan lokasi seharusnya.

Mengutip dari Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, Rabu, 10 Maret, kelainan ini terjadi sejak masa embrio dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang memengaruhi hipospadia adalah paparan estrogen atau zat anti-androgen pada masa kehamilan.

Kembali ke Guntoro. Kelainan hipospadia yang dialami Manganang ini bertipe skrotalis. Akibatnya, selama corrective surgery dilakukan, prajurit TNI AD itu harus buang air kecil dengan cara berjongkok karena lubang saluran penis terdapat di bagian bawah.

Hal inilah yang lantas membuat orang tuanya yakin, Aprilia - atau yang kini berubah nama menjadi Aprilio - adalah wanita. “Organ genital tidak khas organ laki-laki cara jelas, kencing jongkok, keluarga menganggap dia perempuan,” ungkapnya.

Meski disebut sebagai wanita, namun, dia tidak pernah mengalami haid atau menstruasi. Hal ini juga dipaparkan oleh Guntoro dalam persidangan tersebut.

“Aprilia tidak pernah haid atau menstruasi. Jadi dia tidak punya rahim. Setelah pemeriksaan fisik dilanjutkan dengan pemeriksaan untuk memperkuat dengan MRI, memeriksa organ dalam, rongga panggul, dan di situ tidak ditemukan rahim indung telur atau vagina,” katanya.

“Malah ditemukan prostat yang hanya dimiliki laki-laki. Dari pemeriksaan MRI dipastikan kantong buah zakar terdapat buah zakar yang menunjukkan dia laki-laki,” imbuhnya.

Guntoro bersama tim dokter dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta sudah melakukan operasi untuk perbaikan saluran kencing dan meluruskan penis, serta membuat saluran saluran di ujung penis milik Aprilia.

Selanjutnya, sekitar empat hingga lima bulan ke depan, Aprilia akan menjalankan corrective surgery yang kedua. Hal ini bertujuan agar mantan atlet voli ini bisa buang air kecil dari ujung penis.

Bingung soal jenis kelaminnya selama setahun belakangan

Masih dalam persidangan yang sama, ahli kejiwaan dari RSPAD Gatot Subroto, Bagus Sulistyo mengatakan akibat kelainan yang dideritanya, selama setahun ini kejiwaan Aprilia terganggu. Sebab, dia merasa bingung dengan jenis kelaminnya.

“Perasaan bingung mengenai identitasnya, apa yang dialaminya, selama ini mulai muncul satu tahun ini,” ungkap Bagus.

Tapi, kebingungan ini bukan hanya pertama kalinya terjadi. Manganang remaja, juga sempat mempertanyakan soal jenis kelaminnya. karena melihat kondisi fisiknya yang berbeda.

Hanya saja, kebingungan itu tidak berlarut. Sebab, orang tua dan lingkungan di sekitarnya meyakinkan Manganang dia berjenis kelamin perempuan.

Hal inilah yang membuatnya terus menyandang status sebagai wanita. Tapi, belakangan dia merasa bingung.

“Jadi, setahun terakhir ini kebimbangan, kebingungan. Ketika dia sebagai atlet banyak sorakan, lawan, penonton, itu memberikan beban tersendiri,” tegasnya.

Hakim sahkan pergantian jenis kelamin dan nama Manganang

Mendengar berbagai kesaksian ahli serta saksi lainnya, Hakim Pengadilan Negeri Tondano mengabulkan permohonan yang diajukan oleh Manganang lewat kuasa hukumnya.

“Menetapkan pergantian nama pemohonan yang semula bernama Aprilia Santini Manganang berubah menjadi Aprilio Perkasa Manganang,” kata Hakim Nova Loura Sasube saat membacakan putusan persidangan tersebut.

Selain itu, majelis hakim juga mengabulkan permohonan Manganang terkait perubahan jenis kelamin di mata hukum. “Menetapkan pemohon Aprilia Santini Manganang mengubah jenis kelamin dari semula jenis kelamin perempuan menjadi jenis kelamin laki-laki,” tegasnya.

Untuk melengkapi berkas kependudukan, pengadilan memerintahkan panitera untuk mengirimkan salinan keputusan kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sangihe. Tujuannya adalah supaya terjadi perubahan data administrasi Manganang secara utuh. 

"Memerintahkan kepada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sangihe untuk mencatat dalam register yang bersangkutan perubahan jenis kelamin pemohon Aprilia yang semula berjenis kelamin perempuan menjadi jenis kelamin laki-laki.”

Setelah keputusan hakim ini dibacakan, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Andika Perkasa secara simbolis kemudian mengganti tanda pengenal nama yang sebelumnya tertulis ‘Aprilia’ menjadi ‘Perkasa’. Saat itu, Manganang tampak terharu dan menyatakan perubahan ini adalah momentum yang paling dinantikannya.

“Semoga ini menjadi awal yang baik ke depan. Awal yang baru. Karena ini yang saya tunggu selama ini. Puji Tuhan. Terima kasih Tuhan Yesus, saya bisa melewati ini semua,” ujarnya.

Untuk diketahui, Aprilia Manganang lahir di Sulawesi Utara pada 27 April 1992. Dia mulai bermain voli saat masih di bangku SMP dan sempat main basket saat SMA. 

Hanya saja belakangan, dia jadi lebih tertarik bermain voli. Kariernya dimulai saat bergabung dengan tim Alco Bandung pada 2011 silam dan pindah ke BNI46 kemudian Manokwari Valeria.

Selanjutnya, Aprilia bergabung dengan Jakarta Elektrik PLN dan sukses membawa gelar juara Pertamina Proliga dua musim berturut, yakni pada 2015 dan 2016.

Status kelamin Aprilia sempat dipertanyakan saat mengikuti Liga Bola Voli Indonesia pada 2011 dan 2013 karena postur tubuhnya yang gagah dan tenaganya yang kuat. Sedangkan di panggung internasional, pelatih timnas voli Filipina sempat protes terhadap jenis kelamin Aprilia di SEA Games 2015.