JAKARTA - Aprilia Manganang, mantan penggawa timnas voli Indonesia resmi diangkat jadi anggota TNI. Manganang diberi pangkat sersan dua (serda). Perekrutan Manganang sebagai prajurit mengangkat fakta soal kelainan hipospadia Manganang. Apa itu hipospadia? Berapa banyak kasus kelainan ini? Apakah Manganang sendirian? Tentu tidak. Seberapa dekat kita dengan hipospadia?
Di tingkat global, kasus hipospadia terjadi dalam skala satu dari 250-300 kelahiran anak laki-laki. Di Indonesia, kasus hipospadia tercatat di angka ratusan. Jurnal rilisan 2019 berjudul Commons Practice of Hypospadias Management by Pediatrict Urologist in Indonesia: A Multi-center Descriptive Study from Referral Hospitals mengangkat setidaknya ada 591 kasus hipospadia di Indonesia sepanjang Juni-September 2018.
Jurnal tersebut juga mengangkat ada 12 rumah sakit (RS) rujukan yang terbiasa menangani kasus hipospadia. Rumah sakit yang paling banyak menangani hipospadia adalah RS Fatmawati, Jakarta. RS Fatmawati, dalam penelitian itu disebut menangani 199 kasus. Selanjutnya, RS Sanglah di Denpasar yang mencatatkan 83 kasus. Sementara, yang ketiga adalah RS Cipto Mangunkusumo: 59 kasus.
Turunan lain dalam penelitian itu mencatat kelompok usia pasien hipospadia. Kelompok itu diklasifikasi berdasar kapan melakukan operasi rekonstruksi hipospadia di tiap-tiap rumah sakit. Hasilnya, pasien berusia empat tahun mendominasi dengan persentase 61,1 persen atau 361 pasien. Kelompok usia selanjutnya adalah mereka yang berusia di antara 3-4 tahun: 19,5 persen atau 115 pasien.
Padahal, operasi hipospadia konon paling baik dilakukan ketika pasien berusia 6-18 bulan. Rentang usia itu diperkuat banyak studi lain mengenai hipospadia. Operasi sedini mungkin harus dilakukan untuk menghindari komplikasi macam fitsula uretrokutan atau kondisi munculnya lubang urine di area tak diinginkan, misalnya selangkangan.
Penelitian merinci pasien di kelompok usia 0-1 tahun sama sekali tak mengalami fistula uretrokutan. Kelompok usia pasien hipospadia paling banyak menderita fistula uretrokutan adalah mereka yang berusia di atas empat tahun. Ada 82 kasus di kelompok usia itu.
Kerentanan kita terhadap hipospadia
Jurnal Commons Practice of Hypospadias Management by Pediatrict Urologist in Indonesia: A Multi-center Descriptive Study from Referral Hospitals juga menyebut faktor genetik yang meningkatkan kerentanan seseorang terhadap kelainan hipospadia hingga 13 kali lipat. Menurut jurnal, risiko hipospadia lebih rentan bagi laki-laki yang saudara atau orang tuanya menderita kelainan yang sama.
Ada beberapa faktor yang jadi sebab risiko hipospadia. Faktor pertama adalah ibu yang mengandung di usia lebih dari 35 tahun.
Selanjutnya, ibu hamil yang menderita obesitas atau diabetes ketika hamil. Ketiga, ibu yang menempuh prosedur terapi hormon untuk merangsang kehamilan.
Terakhir, anak berisiko hipospadia juga sangat mungkin lahir dari ibu hamil yang terpapar asap rokok atau pestisida. Bagaimana cara mengetahui bayi yang dilahirkan seorang ibu mengalami hipospadia atau tidak?
Pertama, melalui pemeriksaan fisik. Pastikan hal ini dilakukan sesegera mungkin sejak bayi dilahirkan. Pada kasus hipospadia yang parah, pemeriksaan lanjutan --misalnya genetik dan pencitraan-- dibutuhkan.