Mengenal 8 Jenis Distorsi Kognitif dan Contoh Tindakan dalam Kehidupan
Ilustrasi (Linkedin Sales Navigator/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Distorsi kognitif adalah suatu pola pikir yang negatif, irasional, atau tidak tepat. Pola pikir ini bisa menyebabkan dampak yang buruk, khususnya bagi kesehatan mental seseorang. Otak merupakan organ yang banyak memproses informasi. 

Untuk menghadapi banyaknya informasi, otak melakukan filter untuk mengurangi beban mental seseorang. Sebagian besar filter membantu untuk membuat seseorang menjadi lebih baik, tetapi terkadang filter yang terganggu, seperti distorsi kognitif membuat seseorang merasa lebih buruk.

Distorsi kognitif bisa mengurangi motivasi, membuat seseorang merasa rendah dan tidak berharga, serta berkontribusi besar pada masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan lain-lain.

Ada beberapa jenis distorsi kognitif yang terjadi pada seseorang. Melansir PsychCentral, Rabu, 11 Januari, berikut penjelasan selanjutnya.

Mental filter

Mental filter artinya menguras dan menekan semua hal positif dalam suatu situasi dan sebaliknya memikirkan hal-hal negatifnya saja. Bahkan jika ada lebih banyak aspek positif daripada negatif dalam suatu situasi atau orang, Anda hanya berfokus pada hal-hal negatif.

Misal, saat peninjauan kinerja di perusahaan dan manajer beberapa kali memberi pujian atas kerja keras Anda. Namun, ada suatu masa dimana dia memberikan saran perbaikan untuk Anda. Alih-alih menerimanya, Anda justru meninggalkan ruang rapat dengan perasaan sedih dan memikirkan saran itu sepanjang hari.

Polarisasi atau pola pikir hitam dan putih

Pemikiran terpolarisasi atau pola pikir hitam dan putih jenis distorsi kognitif yang melihat sesuatu secara absolut, seperti hitam atau putih, gagal atau sukses, baik atau buruk dan tak ada yang ditengah-tengah.

Contoh, rekan kerja Anda adalah orang yang menurut Anda baik sampai suatu saat dia memakan sandwich Anda tanpa minta izin lebih dulu. Setelah kejadian tersebut, Anda akan menilai dia sebagai sosok yang buruk meskipun ada banyak perilaku baik yang telah dia lakukan.

Overgeneralisasi

Overgeneralisasi adalah distorsi yang dilakukan dengan cara menarik kesimpulan dari satu peristiwa dan menggunakan kesimpulan tersebut dalam segala kesempatan yang sama. Dengan generalisasi berlebihan, kata-kata seperti "selalu", "tidak pernah", "segalanya", dan "tidak ada" sering muncul dalam alur pemikiran Anda.

Melompat kesimpulan

Melompat ke kesimpulan adalah jenis distorsi yang ditandai dengan penarikan kesimpulan secara langsung oleh seseorang. Ada dua cara yang dilakukan untuk menarik kesimpulan secara langsung, yaitu dengan membaca pikiran seseorang seolah-olah mengetahui isi pikiran seseorang atau meramal dan memprediksi peristiwa yang akan datang untuk menghindari mencoba sesuatu yang sulit.

Katastrofi

Katastrofi erat kaitannya dengan melompat ke kesimpulan. Dalam hal ini, Anda melompat ke kesimpulan yang paling buruk dalam setiap skenario, tidak peduli seberapa mustahilnya hal itu terjadi.

Distorsi kognitif ini sering disertai dengan pertanyaan “bagaimana jika”. Bagaimana jika dia tidak menelepon karena dia mengalami kecelakaan? Bagaimana jika dia belum datang karena dia benar-benar tidak ingin menghabiskan waktu bersama saya? Bagaimana jika saya membantu orang ini dan mereka akhirnya mengkhianati atau meninggalkan saya?

Personalisasi

Personalisasi membuat Anda percaya bahwa Anda bertanggung jawab atas peristiwa yang, pada kenyataannya, sepenuhnya atau sebagian di luar kendali Anda. Distorsi kognitif ini sering membuat Anda merasa bersalah atau menyalahkan diri tanpa mempertimbangkan semua faktor yang terlibat.

Contoh, anak Anda mengalami kecelakaan dan Anda menyalahkan diri sendiri karena membiarkan mereka pergi ke pesta itu.

Merasa "harus" dalam segala situasi

Merasa selalu harus melakukan atau bertindak sesuatu akan membuat seseorang mengalami perasaan bersalah atau rasa gagal.

Contohnya, Vina berpikir dia harus bisa memainkan lagu dengan pianonya tanpa membuat kesalahan. Ketika dirinya membuat kesalahan, dia akan merasa marah dan kesal dengan dirinya. Akibatnya, ia akan mulai menghindari pianonya

Penalaran emosi

Penalaran emosional membuat Anda percaya bahwa perasaan Anda adalah cerminan dari kenyataan. Jenis distorsi kognitif ini mengasumsikan bahwa ketika seseorang mengalami emosi negatif, emosi negatif akan menjadi pegangan realitasnya. “Saya merasa seperti ini tentang situasi ini, maka itu pasti fakta,” mendefinisikan distorsi kognitif ini.