Bagikan:

JAKARTA - Kebersihan alat kelamin menjadi salah satu hal penting yang perlu dijaga demi kenikmatan seks. Jika muncul keluhan seperti gatal di organ intim, baik vagina maupun penis usai berhubungan seksual, ada beberapa kemungkinan penyebabnya. Apa saja? Berikut hasil penelusuran VOI disadur dari Medical News Today, Kamis, 22 Desember.

Alergi lateks

Kondom berbahan dasar lateks atau pelumas dengan kandungan lateks dapat menimbulkan efek tidak nyaman jika Anda alergi terhadap lateks. Ciri alergi lateks bisa dilihat dari gatal, kemerahan, dan bengkak di sekitar kelamin setelah melakukan aktivitas seksual.

Alergi sperma

Alergi sperma kebanyakan menyerang wanita dan juga disebut alergi semen atau hipersensitivitas plasma mani. Alergi terhadap protein yang ada dalam air mani dapat memengaruhi bagian tubuh mana pun yang bersentuhan dengan air mani, termasuk vagina, kulit, dan mulut. Ini biasanya menyebabkan gejala berkembang dalam 10-30 menit setelah kontak tubuh.

Kandidiasis pria

Meski infeksi jamur lebih sering terjadi pada wanita, tapi tak menutup kemungkinan organ intim kaum pria pun bisa terkena kandidiasis atau infeksi jamur. Pada pria, kandidiasis dapat menyerang penis dan kulup sehingga menyebabkan gatal, nyeri, dan bengkak. Terkadang juga menghasilkan cairan putih kental. 

Reaksi terhadap spermisida

Spermisida merupakan alat kontrasepsi yang bekerja dengan cara membunuh atau menghentikan pergerakan sperma. Reaksi terhadap spermisida lebih sering terjadi pada pria, tetapi juga dapat menyerang wanita. Zat dalam spermisida dapat menyebabkan sensitivitas atau reaksi alergi yang menimbulkan sensasi gatal di sekitar alat kelamin. Nonoxynol-9 adalah bahan kimia dalam spermisida yang dapat mengiritasi alat kelamin.

Iritasi pada alat kelamin dapat meningkatkan risiko infeksi, termasuk HIV dan IMS lainnya, masuk ke dalam tubuh. Menggunakan kondom dapat mencegah reaksi alergi terhadap sperma. Pun pengobatan tenaga ahli bisa mambantu Anda mengatasi alergi sperma.Dokter akan memasukkan air mani yang diencerkan ke dalam vagina dan kemudian secara bertahap meningkatkan jumlahnya agar tubuh dapat mengembangkan toleransi.

Untuk orang dengan alergi sperma atau lateks yang parah, dokter mungkin meresepkan injektor otomatis epinefrin, yang dikenal sebagai EpiPen untuk mengurangi reaksi alergi.