JAKARTA - Sastrawan Yapi Tambayong alias Remy Sylado meninggal dunia Senin, 12 Desember. Remy Sylado diketahui sakit dalam beberapa bulan terakhir.
Ia sempat dibawa dibawa ke RS Tarakan setelah Anies Baswedan yang kala itu masih jadi Gubernur DKI Jakarta Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengunjunginya pada Jumat, 14 Januari.
Remy Sylado disebut tidak hanya mengidap hernia, tetapi juga stroke dan katarak. Namun, ia belum bisa menjalani perawatan secara sekaligus karena usianya yang tak lagi muda.
Untuk penghormatan dan dedikasi kepada munsyi, sastrawan dan budayawan Remy Sylado sempat digelar acara doa bersama dan lelang lukisan Remy Sylado dan pembacaan puisi karya Remy Sylado pada Jumat, 4 Februari. Acara yang bertempat di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat dimeriahkan Jajang C Noer, Reza Rahadian hingga Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri.
Mereka membacakan sejumlah sajak karya Remy Sylado. Diantaranya sajak berjudul Lanskap Toba, Pasturel, Bunaken, Pena, Alamat Kita, Apakah Negerinya Masih, Dalam Cara Anak, dan Semua Keindahan Terwujud.
Kariernya berlangsung lebih dari lima dekade, sebagai aktor ia muncul di belasan film layar lebar dan merupakan salah satu aktor paling disegani di generasinya. Ia juga seorang penulis aktif yang beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar. Salah satu film populer yang pernah dibuat berdasarkan tulisannya adalah Ca-bau-kan (2002) dari novel berjudul sama Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa (1999).
BACA JUGA:
Dia menulis kritik, puisi, cerpen, novel (sejak usia 18), drama, kolom, esai, sajak, roman populer, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi. Remy terkenal karena sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya. Ia juga salah satu pelopor penulisan Puisi mBeling bersama Jeihan dan Abdul Hadi WM.
Selain menulis banyak novel, ia juga dikenal piawai melukis, berdrama, dan tahu banyak akan film. Saat ini ia bermukim di Bandung. Remy pernah dianugerahi hadiah Kusala Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi.
Selain sastrawan, Remy Salado dikenal sebagai aktor dan mantan wartawan Indonesia. Berkat kepiawaiannya dalam dunia seni peran, Remy sempat diganjar nominasi untuk Piala Citra di Festival Film Indonesia lewat film Tinggal Sesaat Lagi (1986) dan Akibat Kanker Payudara (1987).