Bagikan:

JAKARTA - Salah satu prosesi yang dijalani di malam Midodareni Kaesang Pangarep dan Erina Gudonao adalah Tilik Nitik. Dalam bahasa indonesia, tilik artinya melihat atau menjenguk. Di upacara ini, ibu-ibu keluarga calon pengantin pria akan menyambangi kamar untuk bertemu dengan calon mempelai wanita.

Karena calon mempelai pria tidak diperkenankan ikut karena wanita masih dipingit, bunga yang dibawa oleh Kaesang Pangarep dititipkan kepada ibu Iriana.

Ibu Iriana Jokowi kemudian masuk ke kamar pengantin untuk memastikan calon menantu besok benar Erina Gudono. Ketika masuk, lagu Lir-Ilir dilantunkan. Tembang karya Sunan Kalijaga ini memiliki makna yang dalam.

Tembang Jawa ini dilantunkan mendayu-dayu untuk anak. Maknanya, manusia harus bangun dari keterpurukan dan menjauhkan diri dari sifat malas yang ada dalam diri. Manusia itu dilambangkan sebagai “tanaman” yang sedang bersemi dan berwarna hijau.

Ajakan untuk bangun adalah agar manusia berusaha supaya “tanaman” dalam diri kita dapat tumbuh besar. Apabila “tanaman” dalam diri kita tumbuh besar maka tentu saja manusia akan mendapatkan kebahagiaan layaknya pengantin baru yang tengah berbahagia.

Sementara itu, dalam lirik “cah angon” tersirat makna bahwa diri kita ini sebenarnya mampu membawa orang lain dan dirinya sendiri dalam jalan yang benar. Adapun arti dari “pohon belimbing” dengan buahnya yang berbentuk seperti bintang dengan lima ujung adalah kiasan untuk Rukun Islam yang berjumlah lima.

Lirik tersebut memberi gambaran bahwa memanjat pohon belimbing itu licin dan susah, namun sebagai umat Muslim, setiap orang harus tetap berusaha dalam rangka meraih Rukun Islam tersebut. Selanjutnya, makna pakaian yang terkoyak bermakna umat manusia harus selalu memperbaiki iman dalam dirinya supaya kelak dapat siap ketika dipanggil oleh-Nya.

Di akhir lagu, lirik “Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane” mengingatkan ki agar memperbaiki iman dalam diri selagi bulan masih menyinari bumi dan selagi waktu yang kita miliki di dunia masih banyak