<i>Nggak</i> Selalu karena Gangguan Sistem Pencernaan, Ini 7 Penyebab Perut Sakit setelah Makan
Ilustrasi penyebab perut sakit setelah makan (Freepik/jcomp)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Sakit perut tiba-tiba, apalagi setelah makan, perlu diwaspadai penyebabnya. Karena ternyata enggak hanya disebabkan gangguan sistem pencernaan. Lebih dari itu, berikut daftar penyebab sakit perut setelah makan atau menyantap makanan favorit Anda.

1. Refluks gastroesofageal (GERD)

Ketika asam lambung mengiritasi lapisan kerongkongan, rasa mulas dan sakit perut bisa dialami, jelas ahli gastroenterologi yang berbasis di California, dokter Ashkan Farhadi, MD..

“Anda lebih mungkin menderita GERD kalau cenderung makan berlebihan atau menyukai makan pedas,” papar Farhadi. Jika Anda merasa sedang berjuang mengatasi GERD, catat saran dokter Farhadi. Kurangi makan pedas, minum minuman mengandung kafein dan alkohol, dan minumlah obat antasida yang dijual di apotik untuk mengatasi gejalanya.

2. Sindrom iritasi usus besar (IBS)

Irritable bowel syndrome (IBS) atau dikenal dengan iritasi usus besar merupakan gangguan usus yang menyebabkan beberapa gejala. Di antaranya, sakit di perut, kentut, diare, dan sembelit. Apabila Anda merasakan sakit perut setelah makan dan mengalami sembelit atau diare, baiknya memeriksakan diri ke dokter untuk menjalani tes IBS.

penyebab perut sakit setelah makan

Ilustrasi penyebab perut sakit setelah makan (Freepik/8photo)

3. Penyakit celiac

Tubuh yang rentan dengan makanan yang mengandung gluten, bisa karena mengalami penyakit celiac. Salah satu tandanya adalah sakit perut setelah Anda makan makanan dengan gluten. Pada kondisi tertentu, seseorang yang tidak dengan celiac pun mungkin mengalami intoleransi gluten. Tandanya, tubuh kesulitan mencerna gluten sehingga perut terasa sakit setelah mengonsumsinya.

4. Maag

“Jika Anda merasa perut sakit sekali setelah makan dan berurusan dengan penurunan berat badan, anemia, muntah, kesulitan menelan, atau menemukan darah pada feses, itu bisa jadi tanda mengalami maag,” jelas Scott Gabbard, MD., ahli gastroenterologi di Cleveland Clinic.

Maag karena muncul luka yang berkembang di kerongkongan, lambung, atau usus kecil. Biasanya, maag bisa diobati dengan obat penurun asam dan antibiotik. Tetapi penting untuk memeriksakan diri ke dokter sebelum mengonsumsi obat tersebut.

5. Gastroparesis

Gastroparesis dikenal pula dengan ‘perut lambat’, yang mana dapat menyebabkan kelumpuhan sebagian otot perut dan pencernaan tidak bekerja secara baik. Jelas ahli gastroenterologi dilansir Women’s Health, Kamis, 10 November, karena gastroparesis, makanan tetap berada di perut Anda lebih lama. Akibatnya perut tidak dapat menampung dan mencerna lebih banyak makanan yang Anda makan. Kemudian dapat memicu kram dan/atau kejang pada perut. Bisa juga memicu rasa mual atau muntah.

6. Pertumbuhan bakteri berlebih di usus kecil

Pertumbuhan bakteri secara berlebihan pada usus kecil, atau disebut SIBO (small intestinal bacterial overgrowth), menyebabkan perut kembung, diare, dan sakit perut setelah makan. Kondisi tersebut dipicu pencernaan yang buruk. Faktor risiko SIBO, bisa dialami oleh orang dengan usia lanjut, pernah operasi sebelum mengalaminya, gangguan autoimun, atau sembelit kronis.

7. Ulcerative colitis

Umumnya, ulcerative colitis memengaruhi usus besar. Kolitis ulserativa adalah jenis lain dari penyakit radang usus dan menyebabkan borok kecil di seluruh usus besar atau rectum. Biasanya orang yang mengalami ulcerative colitis akan mengalami rasa sakit yang berkembang dari waktu ke waktu. Mulanya dari sakit perut, tetapi berkembang merasakan sakit pada dubur serta mengalami diare hingga pendarahan.

Sakit perut setelah makan karena ulcerative colitis bisa diperparah oleh makanan tinggi gula atau daging tinggi lemak jenuh dan makanan lainnya seperti kue, mentega, minyak kelapa, dan bacon. Karena penyebab pasti dari ulcerative colitis tidak diketahui secara pasti, maka Anda perlu memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala di atas.