JAKARTA – Serial 12 Hari tayang mulai hari ini, Sabtu, 1 Oktober di Vision+. Diproduseri oleh Reza Nangin serta Gianluigi Christoikov, serta disutradarai oleh Prisia Nasution, serial ini menceritakan kisah seorang pria bernama Ridho yang harus mendekam di penjara setelah menewaskan begal yang hendak menyerangnya, sebagai bentuk pertahanan diri.
Ketidakadilan yang dialami oleh Ridho tak sampai di sana. Di penjara, ia banyak menerima kekerasan dari narapidana lain, dan ketika keluar dari penjara, ia kesulitan untuk hidup normal dan tetap dihantui oleh masalah yang tak kunjung selesai.
12 Hari diperankan oleh Yoga Pratama sebagai Ridho, Hanna Malasan sebagai Annisa, Asri Welas sebagai Bu Siti, Edward Akbar sebagai Satrio, Ibob Tarigan sebagai Dadang, Rizky Mocil sebagai Fahrul, Iedil Putra sebagai Sammy, Whani Darmawan sebagai Baje Bamballa, dan masih banyak lagi.
Isu ketidakadilan menjadi topik utama dalam serial ini. Selain menyimpan pesan moral yang mendalam, serial ini juga menampilkan realita yang banyak terjadi di masyarakat, dikemas dengan alur cerita yang emosional dan penuh adegan aksi.
“Dalam original series terbaru kami yaitu 12 Hari, kami mengangkat isu sosial yang cukup sensitif dengan konflik yang lebih kompleks, Vision+ juga kembali menghadirkan sisi action yang dipadukan dengan unsur drama yang kuat, sehingga sangat menarik untuk disaksikan,” ujar Head of Creative Original Production Vision Pictures, Lukman Sardi.
12 Hari akan tayang dengan total 12 episode, episode 1 dan 2 bisa disaksikan secara gratis, dan episode-episode selanjutnya bisa disaksikan dengan berlangganan Vision+.
BACA JUGA:
Serial ini juga sekaligus menjadi debut Prisia Nasution sebagai sutradara serial. "Saya tertarik menyutradarai serial ini karena temanya tak biasa. Kalau mencari keadilan, keadilan yang mana yang mau diperjuangkan? Serial ini lebih mengajak untuk membangkitkan kemanusiaan kita," ujarnya.
Berbeda dengan penampilan sinematrografi visual lainnya, 12 Hari memberikan warna-warni pada kejadian masa lampau. Sedangkan kejadian masa kini dan masa depan justru monocrom.
"Karena gambaran yang jelas itu ya masa lalu. Untuk masa kini dan masa depan kita masih gamang, cuma bisa menebak-nebak. Makanya saya pakai monocrom untuk gambaran masa kini dan masa depan," ujar Prisia Nasution.