Review Film My Sassy Girl, Etasale Transportasi Kota Jakarta yang Asyik
Film My Sassy Girl (Foto: Falcon Pictures)

Bagikan:

JAKARTA - Film My Sassy Girl versi Indonesia diadaptasi dari film Korea yang sukses pada tahun 2001. Diarahkan oleh Fajar Bustomi dengan duet bersama penulis Titien Watimena, sulit rasanya tidak membandingkan dengan versi aslinya.

Kisahnya tidak jauh berbeda, hanya disesuaikan dengan situasi Indonesia saat ini. Gian (Jefri Nichol) seharusnya pergi ke rumah tantenya karena sang tante ingin menjodohkan Gian dengan mantan kekasih almarhum anaknya.

Namun sejak di stasiun hingga di dalam gerbong kereta, Gian terjebak dalam situasi harus mengurus gadis mabuk bernama Sisi (Tiara Andini) hingga harus membawanya ke hotel.

Terjadi kesalahpahaman antara Gian dan Sisi yang membawa mereka ke dalam pertemuan demi pertemuan selanjutnya, membentuk sebuah kebersamaan di mana Gian menemukan dirinya tak bisa dan tak mau lepas lagi dari Sisi meski Sisi seringkali merundungnya. Sisi yang punya sisi muram akibat masa lalunya pun menemukan kebahagiaan setiap kali bersama Gian.

Sayangnya, Sisi selalu merasa ia tidak pantas berbahagia sementara Gian selalu berusaha menuruti kemauan Sisi, seaneh apapun permintaan Sisi, demi bisa membawa Sisi lepas dari kesedihan yang kerap Gian temukan di antara segala tingkah Sisi yang konyol.

Fajar Bustomi memotret berbagai sarana transportasi di Jakarta, KRL, MRT, dan tempat-tempat hype di kalangan anak muda dimasukkan dengan cantik untuk memberi warna yang populer. Beberapa stasiun kereta dan MRT terlihat menyatu dengan jalan kereta. Belum lagi TMII yang sebenarnya old school tapi jadi indah dan terlihat membanggakan ketika tampil di bioskop.

Selain itu, keberanian menampilkan anak muda Jakarta yang nongkrong dengan bir dan kafe layak diapresiasi. Film ini memotret gaya hidup yang selama ini dihindari dipertontonkan dalam sinema Indonesia atas alasan kesopanan.

Sayangnya, My Sassy Girl kurang menggigit rasanya. Miss casting yang tidak memberikan chemistry kuat antara Jefri Nichol dan Tiara Andini. Jefri sudah berusaha menunjukkan segala kepolosan, bahkan sampai dari berjalan dengan sepatu berhak tinggi membuat penonton percaya.

Sayangnya, Tiara sebagai Sissy kurang maksimal, masih ada rasa sungkan untuk berbuat 'kurang ajar' pada Jefri. Padahal di versi asli, kekonyolan pemeran utama menjadi alur andalan.

Terlebih toga sahabat Jefri juga seolah cuma jadi pelengkap saja. Hanya muncul saat Jefri bermasalah, bagaimana aktivitas geng laki-laki ini tidak dieksplorasi lebih dalam.

Namun, harus diakui untuk editing dari gambar hingga suara dan tambahan lagu membuat film My Sassy Girl enak ditonton sampai akhir.