Bagikan:

JAKARTA - Apa yang dilakukan Kikan Namara setelah keluar dari band Cokelat? Tentu banyak yang penasaran dengan karya Kikan sebagai solois. Tapi rupanya, Kikan mengembangkan diri bukan cuma sebagai penyanyi solo. Terbaru, namanya tercatat sebagai

Music Director and Lead Vocal Pagelaran Sabang Merauke iForte.

Pagelaran Sabang Merauke menyajikan 21 lagu daerah dan satu lagu nasional yang dirangkai secara harmonis. Untuk mewujudkan itu, pementasan melibatkan lima penyanyi nasional, 46 musisi tradisional dan modern, serta 135 penari profesional.

Lagu-lagu daerah yang dilantunkan secara medley berpadu dengan tarian dan busana yang didesain khusus dengan kekayaan kain dari daearah yang sama. Menyaksikan pertunjukan ini selama satu jam seolah mengajak penonton untuk mengelilingi Indonesia dari ujung barat menuju ujung timur secara berurutan.

Kikan dan seluruh tim yang terlibat mampu merangkum keindahan budaya Indonesia. Indonesia memiliki ribuan suku dan bahasa yang berbeda-beda yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau dari Sabang sampai Merauke. Dengan luas geografis mencapai 1.811.570 km2, Indonesia juga memiliki kekayaan seni dan budaya yang begitu luas dan luhur.

Beragam khasanah tersebut, mulai dari musik, lagu, tarian, busana adat, hingga aneka warisan budaya tak benda, merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Pertunjukan musikal ini sudah tampil tiga kali dalam format yang berbeda-beda.

Pertama, tampil perdana secara langsung di Pelataran Candi Prambanan, Yogyakarta pada 26 Maret 2022. Pertunjukan ini lantas diboyong di Jakarta dengan konsep Pagelaran Sabang Merauke - Premiere With Live Performance pada 3 – 5 Juni 2022. Sebelum pertunjukkan dimulai, para penonton akan disambut prosesi Palang Pintu khas suku Betawi yang merupakan simbolisasi Jakarta sebagai tuan rumah.

Ketiga, dokumentasi pementasan di Jakarta juga bisa disaksikan melalui akun Youtube iForte Solusi Infotek mulai Senin, 6 Juni 2022. Mengemban tugas ganda, Kikan Namara mengaku termotivasi untuk menampilkan karya terbaiknya di Pagelaran Sabang Merauke.

Kikan Namara (Foto: Koleksi Kikan Namara, DI: Raga/VOI)

"Pagelaran ini sebetulnya secara konsep yang dipadukan dari berbagai macam bentuk seni. Terutama yang diperkenalkan yang ada di Indonesia itu kami mengemasnya dari tari, musik, kemudian busananya seperti itu kami coba kemas jadi satu pertunjukan. Walaupun lagunya medley dari Aceh sampai Papua tapi gimana caranya supaya orang bisa terus terikut dengan mood yang beda beda ini," ujar Kikan ditemui di Jakarta Theater, 2 Juni.

Dia berharap pementasan ini bisa mengingatkan kembali kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. "Indonesia sebesar ini ayo dong stop jangan semudah itu dipecah belah. Karena sesungguhnya apa yang kita punya di Indonesia itu dan menjadi kewajiban untuk kita semua menjaga budayanya," harapnya.

Kikan mengaku sempat ragu ketika ditawarin untuk menjadi Music Director. Namun, dia memberanikan diri untuk belajar hal baru diluar kebiasannya sebagai penyanyi band maupun solo.

"Di pagelaran Sabang Merauke saya juga dipercaya menjabat sebagai Music Director. Awalnya jujur saya meragukan kemampuan saya sendiri karena sebelumnya saya sudah pernah jadi Music Director tapi di skalanya jauh dibanding sama pagelaran ini ya," kata Kikan.

Ibu dua anak ini punya pengalaman yang sama dengan skala kecil. "Skalanya sangat kecil lah saat itu tapi diberi kepercayaan untuk pagelaran sebesar ini tentunya saya sempat meragukan diri saya sendiri apalagi saya harus menjahit banyak lagu dari berbagai macam daerah," kenangnya.

Modal nekad dan memegang kepercayaan yang diberikan padanya, Kikan berani mengambil tantangan ini. Nyatanya, Kikan belajar banyak hal dan menambah khasanah musik daerah berkat pagelaran ini.

"Sebagai Music Director kemudian saya belajar banyak tentang musik asli Indonesia, baik itu alat musiknya kemudian lagu-lagunya. Dan tentunya ini sangat menantang ya untuk saya, bagaimana seperti contohnya bicara satu daerah aja. Lagu daerah apa yang sih yang mewakili Jawa Barat? Itu pilihannya ada banyak sekali sehingga kemudian saya harus cukup cerdas dan bijaksana memilih mana yang paling cocok untuk dalam rangkaian ini," paparnya.

Kikan Namara (Foto: Koleksi Kikan Namara, DI: Raga/VOI)

Tapi tak ada tantangan yang tak ada gunanya, Kikan mendapat banyak pelajaran berharga setelah berhasil mementaskan Pagelaran Sabang Merauke.

"Tentunya itu bukan satu hal yang mudah ya untuk saya dan dari situ saya berpikir wah gila bener-bener ya dari satu provinsi aja itu udah banyak sekali dan dari satu sama daerah lain itu saling mempengaruhi," jelasnya.

Kikan mencontohkan lagu daerah di Jawa Barat yang berdekatan dengan Jawa Tengah sudah berbeda. "Itu yang membuat Indonesia sangat kaya. Saya benar benar bersyukur dilibatkan di proyek ini karena saya belajar banyak dari pagelaran ini," kata Kikan.

Saat ditanya tantangan paling berat selama menjalankan peran sebagai Music Director, Kikan menjawab memilih lagu. "Saya harus mempertimbangkan juga faktor kayak bukan semuanya kritikus musik, bukan semuanya orang yang paham seni sehingga saya harus mengkombinasikan bagaimana musiknya bisa tampil tapi juga tentunya saya ingin orang-orang awam tuh bisa langsung nyanyi jadi saya harus mempertimbangkan itu," katanya.

Yang kedua adalah pemilihan penyanyi. "Saya harus juga harus memilih penyanyi yang ikut dalam Pagelaran Sabang Merauke," jelasnya.

Setiap penyanyi, menurut Kikan, harus mampu menguasai lagu daerah. "Penyanyi harus fleksibel artinya saya gak bisa hanya milih penyanyi yang misalnya bagus kalau nyanyi lagu Sumatera tapi ketika dia harus menyanyi lagu dari Sulawesi atau Kalimantan kemudian gak ada feelnya. Nah itu saya gak bisa yang seperti itu. Itu kenapa penyanyi di sini sangat penting," papar Kikan.

Setelah dua permasalah dihadapi, masalah ketiga menyusul yaitu mengatur durasi. "Itu juga maju mundur, maju mundur. Artinya untuk sampai di pertunjukkan itu melewati sangat banyak perdebatan. Tantangan saya sebagai Music Director itu bagaimana menahan orang untuk tetap duduk selama kurang lebih satu jam itu tanpa itu menjadi bosan atau tidak menarik untuk orang itu kenapa kikan sangat memperhatikan mood itu berbeda beda disesuaikan dengan lagunya," terangnya.

Merayakan Berakhirnya Pandemi dengan Karya Terbaik

Kikan Namara (Foto: Koleksi Kikan Namara, DI: Raga/VOI)

Kikan Namara menemukan bakat dalam dirinya sendiri yang selama ini 'tidur'. Berawal dari kepercayaan, dilakukan dengan modal nekad, kini Kikan optimistis untuk meneruskan profesi sebagai Music Director. Namun, dia mengaku masih perlu banyak belajar.

"Jadi memang dengan saya berani mengambil tantangan ini sebagai Music Director, salah satu yang saya sangat syukuri saya belajar banyak hal. Berkat ini juga saya akhirnya bisa melihat potensi dalam diri saya selama ini saya gak pernah lihat karena mungkin terlalu nyaman ada di zona itu," katanya.

"Jadi ketika saya berani menantang diri saya sendiri ternyata saya melihat sisi lain dalam diri saya bahwa ternyata bisa walaupun jujur saya pribadi belum berani bilang saya seorang Music Director," lanjutnya.

Kikan tahu ada banyak musisi yang juga merangkap sebagai music director yang lebih hebat. "Jadi saya masih butuh banyak lagi jam terbang, saya masih butuh banyak lagi pengalaman untuk nanti mungkin someday insya Allah amin saya bisa dengan bangga bahwa Kikan adalah music director," harapnya.

Kolaborasi dengan seniman tari dan fashion yang masih muda di Pagelaran Sabang Merauke membakar semangat belajarnya. Selain menimbulkan rasa kecintaan saya terhadap bangsa ini Kikan merasa punya kesempatan emas menyerap energi belajar seniman muda.

"Jadi memang unik ya keterlibatan saya. Saya punya kesempatan emas untuk melihat dan itu membuat saya bersyukur bahwa seniman seniman muda di indonesia luar biasa. Seperti yang dilihat drummernya sandy dea umurnya masih sangat muda tapi bakatnya luar biasa terus penari penari yang terlibat di Pagelaran Sabang Merauke," kenangnya.

Kikan Namara (Foto: Koleksi Kikan Namara, DI: Raga/VOI)

Saat latihan, Kikan melihat bagaimana bakat-bakat muda yang masih kuliah atau masih SMA tapi kemapuan seninya tinggi. "Saya yakin kebisaan mereka menari, keseriusan mereka dalam menari daerah bukan hanya keisengan atau bukan hanya lahir dari keinginan cari uang tapi ada kecintaan di situ karena vibe-nya sangat berbeda," tegasnya.

Jadi Kikan melihat saya merasa sangat bersyukur indonesia bisa menghasilkan generasi penerus yang sangat peduli dan mau mengeluarkan effort ekstra untuk melestarikan budaya.

"Mudah-mudahan harapan saya pada Sabang Merauke ini bisa mengajak generasi kita terutama yang usianya jauh dari saya nih anak anak muda sekarang untuk peduli dan mau berkontribusi untuk pelestarian budaya Indonesia," harap Kikan.

Kikan berharap bisa terus berkarya membuat pagelaran agar obsesi-obsesi dirinya bisa dituangkan. "Kalau sekarang kan jujur aja pertunjukkan musik di Indonesia itu masih agak terhalang oleh fasilitasnya artinya gedung-gedung pertunjukkan kita itu kebanyakan fasilitasnya masih standar. Nah saya berharap kalau nanti suatu hari saya dipercaya jadi Music Director pengen sih mewujudkan ide-ide gila itu dan tentunya tetap mempertahankan rasa kecintaan saya terhadap Indonesia," janjinya.

Selain belajar menjadi Music Director, Kikan juga merasa perlu untuk belajar memanfaatkan teknologi digital. Sejalan dengan komitmen iForte yang ingin menyambungkan internet dari Sabang sampai Merauke, Kikan berharap kemudahan akses menikmati seni dapat membangkitkan kecintaan pada Indonesia.

"Era digital ini sudah menjadi satu. Kalau menurut aku sih apa pun profesi kita tidak bisa kabur atau lari dari situ. Tapi bagaimana kita beradaptasi kemudian mengerjakan atau memanfaatkan mungkin digitalisasi ini untuk mengembangkan apa yang sudah kita jalankan atau profesi apa yang kita ambil," paparnya.

Kikan Namara (Foto: Koleksi Kikan Namara, DI: Raga/VOI)

Bagi Kikan, digitalisasi sudah menjadi bagian jadi gaya hidup ya untuk kita survive di era sekarang. "Dan aku sebagai seniman gitu tidak terlepas dari fenomena itu. Buat aku memang harus mau belajar gitu, harus mau ngulik lah kasarnya gimana supaya kita enggak ketinggalan kalah bersaing dari seniman seniman lain dalam teknologi," terangnya.

Konten yang baik, baginya, harus dicaptakan dengan proses yang baik pula. Kikan tetap yakin bahwa seni terbaik adalah yang bisa dinikmati semua panca indera.

"Aku pribadi punya kepercayaan sangat besar bahwa kita dianugerahi panca indera. Fungsi indera kita ini memang tidak akan pernah bisa digantikan oleh apa pun artinya sensasi menonton pertunjukkan secara live itu tidak akan pernah bisa digantikan dengan menonton pertunjukkan lewat layar. Baik itu di platform youtube, atau platform lain," paparnya.

Secanggih canggihnya teknologi, kenikmatan indera tidak bisa digitalisasi. "Itu tidak akan bisa tergantikan. Saya masih punya harapan di situ," jelas Kikan.

Kikan tetap optimistis karena Indonesia sudah bisa mengatasi pandemi. Pelan-pelan konser dan berbagai pagelaran bisa dilakukan dengan bebas.

"Dunia seni tentunya menjadi salah satu profesi yang terdampak dengan terjadinya pandemi selama dua tahun kemarin gitu tapi Alhamdulillah sepertinya sudah bangkit kembali ini tidak bisa lepas dari peran rekan media juga bahwa energi positif ini akan semangat berkarya ini harus kita jaga," paparnya.

Belajar dari pandemi, Kikan ingin memberikan yang terbaik setelah selama ini selalu menanti-nantikan kapan bisa konser lagi. "Pagelaran Sabang Merauke ini jadi monumental karena lahir di saat pandemi mau berakhir. Jadi ini semangat menjaga kebudayaan tapi juga semangat bahwa kita sebagai seniman pelan pelan bangkit lagi seperti itu," tuturnya.

Kikan berharap semua seniman saling bahu membahu untuk mewujudkan apa yang kita hilang 2 tahun kemarin. "Mudah mudahan semua bisa bekerja sama dengan baik. Dan tentunya kita juga menjaga kesehatan kita gak mau ada yang baru baru lagi gitu jadi secara umum saya mendoakan semua profesi agar bisa bangkit kembali amin," tutup Kikan Namara.