Eksklusif Anwar Fuady Terlahir untuk Menjadi Aktor sampai Akhir Hayat
Anwar Fuady (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Memasuki usia 75 tahun, Anwar Fuady masih aktif berakting. Pandemi bahkan tak membuat pria kelahiran Palembang, 14 Maret 1947 ini mundur. Dia masih membintangi sinetron Samudra Cinta dan Naluri Hati selama pandemi.

"Alhamdulillah. Ya alhamdulillah setelah sekian lama kita menderita pandemi sekarang endemi bukan main kita harus bersyukur alhamdulillah karena ini bukan hanya melanda negeri kita aja seluruh dunia kena imbasnya tapi kita masih mending dibanding negeri negeri yg lain, ujar Anwar Fuady ditemui di Toko Barang Antik Abang Adik, Gandaria City, Selasa, 31 Juni.

Bukan perkara mudah tentu untuk menghadapi pandemi di masa lansia. Bukan hanya entertainment, bisnis apapun berjuang untuk bertahan. Karena itu Anwar mencoba untuk sabar dan menerima kenyataan.

"Sabar aja. Bersyukur. Kalo rejeki kan dari mana aja ada asal kita usaha dengan jujur. Sempat main Samudra cinta. Rahasianya jaga kesehatan," katanya.

Ada beberapa hal yang dilakukannya untuk menjaga kesehatan. "Pertama saya tidak merokok yang kedua saya tidak minuman keras. Tidak pernah. Bir, whiskey, wine, tidak pernah. Yang mengandung alkohol tidak pernah. Kemudian saya tidak pernah ngopi. Minuman saya paling baik dan paling banyak itu air putih. Ya sekali kali teh," terangnya.

Rajin berolahraga setiap hari juga jadi kunci sehatnya. Setiap pagi, Anwar olah raga satu jam keliling komplek satu jam. Selain itu, tidur cepat dan menghindari bergadang.

"Kalau enggak terlalu penting, gak usah begadang. Itu ada pepatah Inggris mengatakan early to bed, early to rise makes a man healthy, wealthy, and wise. Cepat tidur cepat pula bangun maksudnya itu membuat manusia sehat kaya dan bijaksana," jelasnya.

Kehilangan istri dan anak di masa pandemi bukan hal yang mudah untuk dihadapi. Namun, Anwar mencoba untuk fokus pada apa yang dimiliki juga harus dihadapi. Sehat dan

"Disyukuri banget itu rahmat Tuhan Allah ya saya diberikan kesehatan yang baik Alhamdulillah selama pandemi juga saya tidak terkena COVID-19 kemudian ya alhamdulillah segar bugar gak ada penyakit," tegasnya.

Anwar Fuady (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Energi positif, tindakan positif, berpikir positif, perasaan juga positif adalah kunci Anwar hidup bahagia. Dia mengaku tak pernah memikirkan negatifnya orang lain karena semua orang punya negatif, termasuk dirinya sendiri.

"Kita pikirkan yang positifnya aja. Jadi itu membuat kesehatan saya menjadi baik. Kalau pikirannya negatif, buruk sangka, prejudice, lain lain itu akan penyakitan kita.jadi alhamdulillah saya segar jadi kalau berakting itu saya total. Saya beda dari yang lain. Saya total gak pernah gak total, apa itu menangis gak pernah saya pake rohto. Saya langsung," ungkapnya.

Tak mau pensiun, Anwar Fuady ingin tetap aktif berakting hingga akhir hayat. Kecintaannya pada dunia akting sudah ada sejak kecil. Dia yakin terlahir untuk menjadi aktor.

"Kalau soal akting ya memang saya aktor mungkin born to be an actor, mungkin saya dilahirkan untuk jadi aktor bukan untuk jadi yang lain lain dan kalau ngomongin mutu akting saya, saya kira the best," paparnya.

Usia tak menjadi halangan baginya untuk menghafal naskah. Pendidikan membuktikan kemampuan Anwar tersebut.

"Kalau menghafal segala macem saya hafalan itu sangat ringan. Saya kuliah kan S3 saya itu 3 setengah tahun di Unhas makassar. Itu kalau tidak punya ingatan yang kuat, saya kuliah cumlaude loh, Doktor. Jadi ya alhamdulillah saya diberikan ingatan yang baik tapi ingatan yang baik itu kan juga makanannya segar, makanan yang bergizi, jangan makanan yang kolesterol, jangan makanan yang macem macem gitu kemudian pola pikir yang positif," katanya.

Anwar Fuady (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Anwar menantang pembuktian dengan memastikan dirinya tidak pernah menggunakan obat tetes air mata untuk akting menangis. Baginya setiap tokoh yang diperankan harus 'hidup' dan Anwar meninggalkan dirinya sendiri ketika sudah berperan.

"Tokoh yang saya perankan itu saya kuasai dengan baik. Kalau film itu ada dibawa pulang dari bioskop. Kalau tv itu ada yang terbawa dengan akting. Kekuatan akting itu luar biasa, kekuatan akting yang bagus yang natural yang bukan artificial bukan dibuat buat bukan over acting," tegasnya.

Bersyukur dan berterima kasih atas mimpinya sebagai aktor yang tercapai, suami Farida Cosim ini berjanji untuk memberi yang terbaik di depan kamera. Sejak SD, Anwar sudah yakin akting akan menjadi jalan hidupnya.

Meski ditertawakan oleh teman sekolah di Palembang, Anwar pantang mundur. "Saya merasa saat kecil sudah merasakan. SD saya udah suka nonton film film barat, film film Indonesia, Malaysia ya jaman dulu dibilangnya film Malaya. Saya ingat ingin sekali jadi seorang aktor malah saya bilang ke teman-teman saya waktu saya masih kelas 6 SD sampe di SMP, saya akan menjadi seorang aktor. Next time, saya akan menjadi seorang aktor. Saya diketawain. Saya dianggap gila sama teman-teman karena saya tinggal di kampung di Palembang," kenangnya.

Berani mengejar mimpi, Anwar nekat ke Jakarta pada tahun 1966 tanpa ada saudara yang dituju. Dia ingin membuktikan bahwa aktor adalah jalan hidupnya.

"Saya tidak punya rumah di Jakarta, saya tidak punya sanak saudara di Jakarta. Gimana mau main film. Tapi dengan tekad saya yang kuat, saya tamat SMA umur 18 tahun, saya merantau ke jakarta dengan niat untuk menjadi aktor. Waktu itu saya masuk sekolah akting. Dulu itu kan terkenal yang saya ingin masuk itu AKMI," kenangnya.

Begitu sampai Jakarta, Anwar harus menghadapi rasa kecewa karena sekolah akting yang dituju sudah tutup dua tahun sebelumnya. Namun, setelah layar terkembang, Anwar pantang surut ke belakang.

"Ada satu lagi sekolah akting, namanya ATF (Akademi teater film) saya masuk ke ATF barengan sama Parto Tegal, alm Danu Umbara bapaknya Anggy. Memang saya dari awal ingin jadi seorang aktor," jelasnya.

Yang Instant Susah Bertahan

Anwar Fuady (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

56 tahun berkarir sebagai aktor, Anwar Fuady melewati berbagai perubahan zaman. Dari layar lebar, layar kaca, hingga layar ponsel, semua medium dilaluinya. Begitupun kamera yang digunakan, dari roll film hingga digital, Anwar Fuady tetap berakting.

Konsistensi dan kesetiaan pada profesi seperti ini sekarang jarang didapatkan. Bahkan kecenderungan saat ini adalah banyak yang aji mumpung menjadi aktor karena popularitas saja.

"Jaman sekarang gampang banget jadi aktor. Tapi berapa lama mereka bisa bertahan? Ada yang bisa bertahan 2 tahun, ada yang setahun ada yang enam bulan karena easy come easy go. Karena terlalu cepat. Mereka belum siap menjadi aktor. Mereka pikir dengan kegantengan kecantikan dengan usia yang muda mereka jadi aktor hebat. Belum tentu," tegasnya.

Bakat dan niat belajar dibutuhkan untuk tetap bertahan. "Kemampuannya. Talentnya punya gak dia? Kalo gak punya talent, sekolah sekian tahun, belajar apa pun gak akan jadi aktor. Padahal itu membutuhkan talent. Talent itu pemberian dari Allah. Tidak semua orang diberikan talent untuk jadi aktor. Kalo enggak ya semua orang udah jadi aktor," katanya.

Tak menampik popularitas bisa menjadi jalan masuk untuk akting. Namun, jika ingin bertahan, kualitas adalah kunci.

"Do what you’re doing tapi kalau memang aktor dari awal ya itu akan tetap. Bukan bintang. Kalau bintang itu hanya berapa masa atau dalam kurun waktu tapi aktor sepanjang masa," jelasnya.

"Kita lihat aktor aktor besar kayak Marlon Brando, Sean Connory, Anthony Hopkins, Al Pacino itu aktor. Mereka akan tetap bertahan. Datang pemain baru juga gak bisa menggoyang dia. Kekuatan aktingnya memang luar biasa," lanjut Anwar Fuady.

Anwar Fuady (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Bapak lima anak itu mengaku kuatir melihat fenomena saat ini yang serba instant. Kualitas aktor akan mempengaruhi kualitas sinema Indonesia.

"Ya khawatir, aktor yang berkualitas bisa dihitung. Siapa aktor besar bisa dihitung karena apa? Instan. Easy come easy go. Datang karena ganteng, pernah jadi coverboy covergirl, main film, tidak berkesan," paparnya.

Kecantikan dan ketampanan, menurutnya, tidak bisa menjadi penentu keberhasilan aktor. "Karena cantik karena ganteng itu aja. Kan bisa tua. Nanti kan datang lagi yang lebih muda, lebih ganteng, lebih keren, lebih cantik, ke laut lah dia nih. Jadi harus punya kemampuan untuk menjadi seorang aktor. Kalau tidak punya kemampuan ya jangan jadi aktor. Nggak gampang jadi aktor," tegasnya.

Ada orang memaksakan diri jadi aktor, lanjutnya, main film jadi figuran tapi sampai mati itu itu aja gak ada kemajuan. "Sampai mati gak ada kemajuan. Gak terkenal. Istilah sekarang skuter selebriti kurang terkenal. Ya percuma memang ada kemampuan, orang akan lihat kemampuan orang, berharga orang itu karena kemampuannya," katanya.

Untuk aktor generasi muda, Anwar berharap bisa bertanggung jawab dengan profesi yang disandangnya. "Disiplin. Belajar lagi aktingnya, banyak nonton film bermutu terutama film-film Amerika. Perdalam lagi ilmu pengetahuan. Banyak baca buku. Jangan keluyuran. Masuk bar segala macem. Dengan baca buku, menjadi cerdas. Orang cerdas kelihatan dari matanya. Kalau aktornya goblok, bodoh, ketahuan dari matanya. Gak bisa kan dia tokoh pintar pasti matanya bodoh," harapnya.

"Jadi harus punya banyak ilmu pengetahuan. Pengetahuan itu sangat penting. Ilmu membuat hidup menjadi mudah. Seni membuat hidup menjadi indah. Iman membuat hidup jadi terarah. Ilmu harus punya, seni harus punya, iman harus punya," lanjutnya.

Anwar Fuady (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Berkali-kali menegaskan tidak mudah untuk menjadi seorang aktor, menurut Anwar Fuady, kemampuan untuk memainkan peran orang lain gak gampang. "Dalam kehidupan saya baik kan tapi saya memerankan tokoh antagonis. Gimana kalo saya tidak punya kemampuan kan lucu jadinya. Kalau saya perankan antagonis, orang pasti marah karena saya memainkan dengan total karena saya kerahkan jiwa dengan ilmu. Dengan alam aja gak bisa. Harus dengan ilmu. Bagaimana membuat suara jadi baik, mimik segala macamnya," jelasnya.

56 tahun tidak pernah absen hingga sekarang, Anwar janji tidak akan pernah meninggalkan dunia keaktoran. "Profesi saya sebagai aktor akan tetap. Kalo orang lihat saya politik itu main main aja. Iseng aja. Sampai mati saya jadi aktor," tegasnya.

Berpindah dari medium film ke sinetron. Dari mingguan hingga kejar tayang, Anwar tak pernah mengeluh. Dia bahkan semangat ketika harus syuting setiap hari.

"Seminggu sekali dulu tayang sinetron, waktu jaman Tersanjung. Sekarang jadi stripping, tambah senang saya. Kalau seminggu sekali kan honornya cuma sekali. Kalau stripping tiap hari, tiap hari saya dapat duit. Besaran gaji saya daripada gaji menteri," candanya.

Semua peran, lanjutnya, sudah pernah dijalani. Namun, ada dua peran yang berkesan baginya.

"Jadi banci pun udah. Kenapa harus inul saya jadi homoseks. Peran paling berkesan ya tergantung dengan cerita. Yang saya ingat jaman masih Multivision itu janjiku. Saya jadi tokoh Om Jos. Semua ibu-ibu benci sama saya. Semua orang benci. Saya pun juga benci. Istri saya enek lihat saya. Iya itu yang Janjiku. Saya sama Paramitha Rusady, Uli Artha, dan Lulu Tobing," kenangnya.

Sering berperan sebagai tokoh antagonis, Anwar Fuady sudah biasa mendapat perlakukan kasar dari penggemar. Dia tak marah, sebaliknya, dia bangga karena perannya membuat penonton gemas artinya aktingnya berhasil.

"Pernah saya di Malaysia, di Petronas sama temen-temen bukan artis tapi pengusaha. Saya mau naik tiba tiba saya dipukul, sakit kali. Temen-temen saya sudah bilang minta ampun. Dia disuruh istrinya, istrinya hamil. Istrinya benci. “Kalau suatu hari ketemu Anwar Fuady gebukin aja awas kalau gak digebuk” dia lihat saya," kenangnya.

"Saya maafin. Artinya saya sukses. Kalau orang benci saya antagonis berarti saya sukses. Kalau saya antagonis, orang gak benci berarti goblok. Di dunia ini gak ada tempat buat orang goblok. Kalau saya mainkan tokoh antagonis pasti dibenci orang," terangnya.

Melabeli diri sendiri sebagai aktor palugara, apa lu mau gue ada, Anwar Fuady pantang menolak peran yang ditawarkan padanya kecuali untuk cerita horor.

"Film hantu? Ah saya gak suka. Membohongi rakyat. Jin setan. Gimana mau nyentuh manusia. Membodohi manusia masyarakat. Karena masyarakat terpesona padahal itu nonsense. Bohong. Membohongi rakyat itu. Saya gak senang film horor. Film horor dan film seks saya gak suka," katanya.

Ada satu peran yang masih diimpikan Anwar Fuady hingga saat ini. Dia berharap bisa menjadi mafia suatu saat.

"Saya paling cocok kalau jadi tokoh mafia. Kayak Marlon Brando di film The Godfather. Mungkin lebih baik dari Marlon Brando. Paling cocok mafia. Muka saya muka mafia kata orang. Padahal kata istri saya enggak. Tapi buat orang muka saya muka mafia," pungkasnya.