Fajar Bustomi Adaptasi My Sassy Girl dengan Kearifan Indonesia, Jefri Nichol: Saya Mau Jujur
Jefri Nichol dan Tiara Andiri (Puput Puji/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Film My Sassy Girl akan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia pada tanggal 23 Juni 2022. Film ini diadaptasi dari film laris Korea Selatan. Sebagai sutradara, Fajar Bustomi sangat antusias ketika diminta membuat film versi Indonesianya.

"Saya saat kuliah membahas film My Sassy Girl sebagai film yang editannya bagus. Banyak adegan-adegan yang memberikan kekayaan visual. Dan saya sangat suka. Makanya ketika ditawari untuk men-direct film ini saya langsung iyakan meskipun belum tahu siapa yang main," ujar Fajar di kantor Falcon Pictures, Jakarta Selatan, Selasa, 31 Mei.

Fajar menjelaskan alasan lain tak bisa menolak. "Cerita film ini menggambarkan lelaki yang ideal untuk perempuan. Yang mencintai dengan tulus, selalu ingin membantu orang yang dicintai yang susah move on dan patah hati dalam waktu yang lain. Sebagai bapak dari anak perempuan, saya ingin menggambarkan lelaki yang ideal," katanya.

Tentang penggarapan versi Indonesia, Fajar tak terpatok 100% dari film Korea. "Kita pakai waktu sekarang ya. Nggak seperti waktu di film versi asli. Karena ada beberapa hal yang belum bisa diterapkan di Indonesia, jadi film ini mengikuti kondisi Indonesia," terangnya.

Film My Sassy Girl, Jefri Nichol, Tiara Andini, Mahen, dan Raja Giannuca. Film My Sassy Girl menceritakan tentang sosok Gian (25) yang seharusnya pergi ke rumah tantenya karena sang tante ingin menjodohkan Gian dengan mantan kekasih almarhum anaknya. Namun sejak di stasiun hingga di dalam gerbong kereta, Gian terjebak dalam situasi harus mengurus gadis mabuk bernama Sisi (24) hingga harus membawanya ke hotel.

Terjadi kesalahpahaman antara Gian dan Sisi namun justru kesalahpahaman itulah yang membawa mereka ke dalam pertemuan demi pertemuan selanjutnya, membentuk sebuah kebersamaan di mana Gian menemukan dirinya tak bisa dan tak mau lepas lagi dari Sisi meski Sisi seringkali membullynya.

"Saya berusaha jujur menafsirkan apa yang ada di film Korea. Saya ingin mengubahnya menjadi budaya saya, budaya Indonesia. Dari sudut pandang saya. Bagaimana lelaki Indonesia jika bertemu cewek seperti ini, itu dengan gayanya saya. Beberapa adegan itu, bukan direvisi, tapi disesuaikan dengan budaya Indonesia. Karana sudah pasti beda. Enggak perlu takut dibandingkan dengan versi Korea," ucap Jefri Nichol.