JAKARTA - Sebuah band sering diibaratkan keluarga oleh para personelnya. Pasalnya, selain tempat berbagi ide kreativitas, band juga bisa jadi wahana kesedihan dan kesenangan bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Dalam urusan bermain musik, setiap personel juga membutuhkan keseragaman chemistry dengan personel lain demi mendapatkan satu musicianship elegan yang bisa menghasilkan karya maksimal. Bisa dibayangkan jika dalam band itu ada personel yang memiliki hubungan saudara. Bukan tidak mungkin karya yang dihasilkan bakal makin berkualitas.
Dihimpun VOI dari berbagai sumber, berikut ini 10 band Indonesia yang memiliki anggota kakak beradik atau sedarah. Simak baik-baik ya...
1. Koes Plus
Terbentuk pada tahun 1969, Koes Plus merupakan perpanjangan tangan dari grup Koes Bersaudara. Hingga kini, Koes Plus masih aktif meski tinggal menyisakan nama Yon Koeswoyo dalam line-up utamanya. Sejak kali pertama menancapkan eksistensinya di industri musik Indonesia, Koes Plus sering dianggap sebagai pelopor musik pop dan rock and roll di Tanah Air. Rentetan karya rekam yang pernah dirilisnya membentang luas hingga mencapai 100 album dan 1000 lagu yang meliputi berbagai genre musik, mulai dari pop, rock, dangdut hingga musik daerah Jawa dan Batak.
Sepanjang perjalanan kariernya, Koes Plus berkali-kali mengalami bongkar pasang formasi. Saat masih bernama Koes Bersaudara pada periode 1960-1963, band ini digawangi kakak beradik John Koeswoyo (upright bass), Tonny Koeswoyo (lead guitar), Yon Koeswoyo (vocal, rhythm guitar), Yok Koeswoyo (vocal, bass guitar), dan Nomo Koeswoyo (drum). Dan saat berevolusi menjadi Koes Plus di tahun 1968, dua bersaudara Yok dan Nomo keluar dan digantikan oleh Totok Adji Rahman Murry.
Setahun berselang, Yok kembali bergabung dengan Koes Plus. Formasi ini bertahan sampai Tonny meninggal pada tahun 1987. Setelah itu, Koes Plus terus mengalami pergantian personel termasuk bergabungnya anak Tonny, Damon Koeswoyo (gitaris Kidnap) dan Deddy Dores dalam beberapa formasinya.
2. PAS Band
Band yang terbentuk pada tahun 1990 di kampus Universitas Padjajaran Bandung ini memiliki dua personel yang memiliki hubungan saudara, yaitu gitaris Bengbeng dan bassis Trisnoize. Dilengkapi vokalis Yukie dan drummer Richard Mutter, PAS Band merilis album mini Four Through The Sap secara independen pada tahun 1993. Formasi ini bertahan hingga menghasilkan album penuh In (No) Sensation (1995), IndieVduality (1997), dan Psycho I.D. (1998) sebelum Richard hengkang.
Setelah merilis album Ketika (2001) melalui bantuan seorang additional drummer, PAS Band merekrut Sandi Andarusman. Bersama mantan drummer band U'Camp ini mereka menghasilkan album PAS 2.0 (2003), Stairway to Seventh (2004), album kompilasi The BeAst of PAS (2006) dan Romantic, Lies & Bleeding yang menelurkan hits single Aku pada tahun 2008. Sejauh ini, PAS Band belum melahirkan karya rekam lagi.
3. Panbers
Nama band ini merupakan akronim dari Pandjaitan Bersaudara. Terbentuk di Surabaya pada 1969 dengan personel awal yang terdiri dari kakak beradik Hans Panjaitan (gitar), Benny Panjaitan (vocal, rhythm guitar), Doan Panjaitan (bass dan keyboard) dan Asido Panjaitan (drum). Setelah ditinggalkan oleh kakak tertua, Hans yang meninggal dunia pada 1995 akibat sakit, Panbers tidak lagi murni band bersaudara karena melibatkan musisi lain seperti Maxi Pandelaki (basssis), Hans Noya (lead guitar), dan Hendri Lamiri (biola).
Awal kemunculan Panbers terjadi dalam acara Jambore Bands 1970 di Istora Senayan, yang berlanjut pada penampilan rutin mereka di TVRI membawakan lagu-lagu karya sendiri semisal Bye Bye, Jakarta City Sound, Akhir Cinta, Hanya Semusim Bunga dan Hanya Padamu. Lagu-lagu ini mengantarkan mereka ke studio rekaman melalui manajer perusahaan piringan hitam Dimita Molding Industries, Dick Tamimi - yang sebelumnya mengorbitkan Koes Bersaudara, Dara Puspita, dan Rasela.
4. /rif
Dua personel dalam tubuh band yang terbentuk pada tahun 1992 di Bandung, Jawa Barat ini; Andy (vokal) dan Maggi (drum) merupakan kakak beradik. Keduanya tidak hanya kompak di atas panggung, tetapi juga di bawah panggung. Di /rif, Andy dan Magy dilengkapi oleh Jikun (gitar), Iwan (bass), dan Denny (gitar).
Nama awal band ini adalah Badai Band yang kemudian berganti menjadi R.I.F. sebelum pada tahun 1995 mengubah format penulisannya menjadi /rif yang berarti ‘rhythm in freedom’. Dua tahun berselang, /rif merilis album debut Radja yang seketika membuat nama mereka mengangkasa. Album-album berikutnya meliputi Salami (1998), Nikmati Saja (2000), serta Dan Dunia pun Tersenyum (2002). Selepas album ini, Denny memutuskan keluar dan posisinya digantikan oleh Ovy dari U'Camp.
Album The Best Of lantas dirilis setahun kemudian, disusul oleh Pil Malu pada 2006. Pada tahun 2012, sebagai penegas usia mereka yang ke-18 tahun /rif merilis album bertajuk 18 Years of Rock dan sebuah buku berjudul Rock N’ Roll Survival Guide – Panduan Memasuki Industri Musik yang dilengkapi sebuah konser tunggal bertema “Rock & Roll Circus”. Hingga menginjak tahun ke-28 eksistensinya, Maggi dan Andy masih kompak menjaga kekohohan fondasi /rif.
5. The Mercy’s
The Mercy’s terbentuk di Medan pada tahun 1969 oleh dua bersaudara Rinto dan Erwin Harahap bersama tiga teman mereka; Rizal Arsyad, Reynold Panggabean, dan Iskandar. Belum satu tahun berdiri, band ini sudah melanglangbuana hingga ke Malaysia untuk tampil di beberapa klub malam di kawasan Penang. Sayangnya, saat itu, Iskandar memilih untuk mengundurkan diri lantaran tidak diizinkan untuk meninggalkan bangku kuliah oleh kampusnya. Posisinya kemudian digantikan Charles Hutagalung.
Pada tahun 1972 mereka memutuskan hijrah ke Jakarta sekaligus menambahkan seorang peniup saksofon, Albert Sumlang ke dalam formasinya. Erwin Harahap (gitar), Rinto Harahap (bass), Rizal Arsyad (gitar ritem), Reynold Panggabean (drum), Charles Hutagalung (kibord, organ) dan Albert Sumlang (saksofon) menghasilkan album pertama Volume 1 yang di dalamnya bersemayam deretan lagu semisal Tiada Lagi, Hidupku Sunyi, Badju Baru, Untukmu, Love, Di Pantai, Bebaskanlah, Untukku, Kurela Dikau Kasih, dan Kisah Seorang Pramuria.
6. Gipsy
Gipsy awalnya bernama Sabda Nada, yang diawaki dua bersaudara Joe Am Nasution (gitar) dan Gauri Nasution (gitar) serta Pontjo Sutowo (organ), Edi Odek (bass), dan Edit (drum). Band ini beberapa kali mengalami pergantian personel sebelum akhirnya mengganti nama mereka menjadi Gipsy pada tahun 1968. Dengan nama baru ini, formasi mereka praktis berubah lagi jadi dua bersaudara Gauri Nasution (gitar) dan Keenan Nasution (drum) plus Chrisye (bass), Onan Soesilo (organ) dan Tammy Daudsyah (saksofon,flute).
Sepanjang perjalanan kariernya, Gipsy lebih banyak membawakan lagu-lagu milik band-band asing yang memberi pengaruh kepada para personelnya. Sebut saja Wilson Pickett, The Equals, John Mayall & The Heartbreakers, Sam and Dave, Jimi Hendrix & The Experience, Blond, Chicago Transit Authority, The Moody Blues hingga King Crimson. Kendati demikian, mereka kerap mengolah lagu-lagu tersebut menjadi sebuah komposisi unik yang penuh kreativitas.
Pada tahun 1975, Gipsy melakukan merger dengan Guruh Soekarno Putera membentuk proyek bernama Guruh Gipsy. Dengan meleburkan musik rock dan komposisi etnik Bali, band ini menghasilkan karya rekam berkategori bintang lima yang tergores dalam album sefl-titled mereka dua tahun kemudian. Dalam album ini formasi Gipsy terdiri dari dua bersaudara Keenan dan Oding Nasution plus Christian Rahadi, Roni Harahap dan Abadi Soesman.
BACA JUGA:
7. Kembar Group
Alex dan Jacob sudah menunjukkan bakat musiknya sejak usia 9 tahun. Saat itu, selain bernyanyi, keduanya piawai memainkan alat musik gitar, drum dan piano. Memasuki usia 15 tahun mereka mulai menapaki karier profesional dengan membentuk grup musik Jaguar bersama Hendra Lie, yang kemudian lebih dikenal sebagai pengusaha dan manajer God Bless. Saat itu, tahun 1971, Jaguar secara rutin tampil di sejumlah tempat rekreasi di kawasan Jakarta.
Memasuki tahun 1974, Alex dan Jacob membentuk grup baru bernama The Brothers dan melamar untuk diorbitkan kepada mendiang Nomo Koeswoyo yang saat itu menjabat sebagai direktur perusahaan rekaman Yukawi. Nomo menerima lamaran tersebut, namun meminta mereka untuk mengubah nama menjadi Kembar Group. Dengan dukungan dari musisi Hengky Firmansyah, Kembar Group pun merilis album pertamanya.
Keberadaan Kembar Group merupakan tindak lanjut kesuksesan band-band bersaudara lain seperti Koes Plus, Mercy’s dan Panbers. Mereka bahkan tidak hanya terus merilis album. Dua personelnya juga mulai bersolo karier dan berduet dengan beberapa musisi lain. Alex berduet dengan Herlin Widhaswara sementara Jacob pernah berkolaborasi dengan Fariz RM. Pada 4 Desember 2012 Jacob meninggal dunia, disusul Alex pada 18 Desember 2014.
8. Grass Rock
Band rock asal Surabaya ini terbentuk pada 1984 dan pernah beberapa kali mendapatkan penghargaan di festival-festival musik rock yang digagas Log Zhelebour. Kelima personelnya, memiliki hubungan darah. Yudhi Tamtama (bass), Rere (dram) dan Dayan (vokal) merupakan kakak beradik, sementara Mando Rachmat (kibord) dan Edi Kemput merupakan saudara sepupu. Namun setelah Dayan meninggal dunia pada tahun 1999, Grass Rock praktis tidak lagi menjadi band bersaudara.
Pada tahun 2001, Mando, Edi Kemput, Yudhi Rumput dan Rere mencoba bangkit dengan vokalis baru asal Palembang, Hendry George. Tapi sayangnya industri musik saat itu tidak berpihak kepada Grass Rock. Mereka pun vakum dan baru benar-benar kembali aktif pada 2009 dengan merekrut Hans Sinjal (vokal) dan Ersta Strya Nugraha (bass) sebagai pengganti Yudi yang sedang sakit. Yudhi, meninggal lima tahun kemudian.
Sampai saat ini, Grass Rock telah merilis album (Peterson) Anak Rembulan (1991), Bulan Sabit (1992), Santet (1994), Menembus Zaman (1999), dan album split bersama Boomerang dan The Bandhits bertajuk 3 To Rock. Kini, dengan formasi Edi Kemput (gitar), Rere Reza (drum), Zondy Kaunang (bass), Denny Irenk (kibor) dan Hans Sinjal (vokal) mereka sedang menggarap album baru.
9. Speaker First
Band asal Bandung, Speaker First juga memiliki dua personel kakak beradik; duo gitaris Beny dan Boni Barnady. Terbentuk sejak 20 tahun lalu, band yang juga diawaki vokalis/bassis Mahattir Alkatiry ini telah merilis dua album penuh; Whatever You Say (2004) dan Dunia Milik Kita (2009), satu album mini Muda dan Berani (2011) plus melibatkan diri di album kompilasi untuk soundtrack film Gie lewat single berjudul Mr. Ego.
Pada Mei 2016 lalu, trio rock and roll ini menggelar rangkaian tur London bertajuk London Reunited Tour 2016 sebagai penanda dimulainya kembali eksistensi mereka setelah membubarkan diri pada tahun 2013. Melalui program yang digagas oleh portal musik milik salah satu brand rokok Indonesia, Speaker First juga jadi band Asia pertama yang berhasil menginjakkan kakinya di Woodstock Festival Polandia. Tampil pada 3 Agustus 2017, Speaker First membawakan sekitar 12 lagu termasuk dua nomor jagoan mereka The Anthem dan Break My Soul.
10. The Tielman Brothers
Berbicara tentang band yang beranggotakan kakak beradik, tentu tidak bisa dilepaskan dari nama The Tielman Brothers. Di Surabaya, antara tahun 1955-1958, cikal bakal musik rock muncul melalui band yang digawangi saudara sedarah Andi Tielman (vokal/gitar), Reggy Tielman (gitar), Ponthon Tielman (bass), dan Loulou Tielman (drum). Saat itu, mereka sudah menggilai lagu-lagu Chuck Berry seperti Roll Over Beethoven, Madellene, dan Johnny B. Good yang didengar melalui radio Australia.
Nama The Tielman Brothers lebih dikenal di Eropa, khususnya di Belanda. Di Benua Biru, mereka dipandang sebagai salah satu musisi rock Indonesia generasi awal yang layak diperhitungkan. Ya, fenomena Andy, Reggy, Ponthon dan Loulou Tielman memang luar biasa, pada satu kesempatan mereka pernah tampil bersama The Beatles di Jerman di mana saat itu penyelenggara memfasilitasi Tielman Brothers dengan kamar hotel sedangkan The Beatles hanya diberi sebuah kamar kost.
Selain 10 band yang disebutkan di atas, masih banyak band Indonesia yang dihuni oleh kakak beradik. Sebut saja Bimbo, Yanti Bersaudara, Bragi, D'Masiv, Aria Yunior, Usman Brothers dan yang paling baru, The Sidhartas. Semoga artikel ini bisa menjadi referensi pembaca.