Tak Sekedar Cinta Biasa, Film Kukira Kau Rumah Mengungkap Kesehatan Mental yang Sering Disepelekan
Film Kukira Kau Rumah (MD Pictures)

Bagikan:

JAKARTA - Film Kukira Kau Rumah mulai tayang hari ini, Kamis, 3 Februari di bioskop Indonesia. Film yang dibintangi dan diproduseri Prilly Latuconsina ini mengangkat isu kesehatan mental di kalangan remaja.

Kukira Kau Rumah mengisahkan Pram (21 tahun), seorang pemuda yang kesepian, semenjak SMP papahnya sudah meninggal, dan mamahnya sibuk bekerja. Pram mengisi hari-harinya dengan bermain musik dan menciptakan lagu sambil bekerja di sebuah music café. Sampai kemudian, Pram mengenal Niskala (19 tahun).

Pram pun kemudian dekat dengan Niskala, dan satu yang belum Pram ketahui saat itu adalah; Niskala pengidap bipolar. Niskala sebenarnya kuliah diam-diam tanpa sepengetahuan ayahnya, Dedi (50 tahun). Tujuan Niskala hanya ingin membuktikan ke ayahnya, bahwa dengan keadaan sakitnya itu, Niskala akan tetap bisa berprestasi.

Hal ini hanya diketahui oleh Mela (48 tahun), ibunya Niskala, dan dua sahabat Niskala, Oktavianus (20 tahun) dan Dinda (19 tahun). Dengan keadaan itu, pada dasarnya keadaan Niskala sangat terbatas. Namun semenjak Pram akrab dengan Niskala, hidup Niskala pun berubah.

"Kami ingin membuat film yang bukan cuma mengulas cinta-cintaan saja. Ada nilai lain dengan memasukkan isu kesehatan mental di film Kukira Kau Rumah," ujar Sutradara Umay Sahab saat gala premiere beberapa waktu lalu.

Dimulai dari tahun 2019, film ini mengalami perubahan skenario secara berkala. "Awalnya itu ngobrol sama Umay mau buat film pendek. Tapi kemudian idenya berkembang terus hingga jadi film bioskop. Pas saat itu kan awal pandemi, orang sangat peduli bagaimana menjaga kesehatan tubuh, pakai masker, jaga jarak, tapi orang tidak peduli kesehatan mental. Stres kan nggak bisa kemana-mana," kenang Prilly di kesempatan yang sama.

Prilly melihat banyak orang menyepelekan kesehatan mental. Bahkan cenderung menertawakan orang yang mengaku sakit mental bahkan menyebutnya gila.

"Orang yang punya gangguan mental itu nggak selalu gila. Kita sering menganggap bercanda, misal ada yang bunuh diri karena skripsi nggak selesai-selesai. Dengan gampangnya bilang 'Ah yang ngerjain skripsi kan bukan dia doang, dulu gue nggak giru stresnya.' Padahal kita nggak tahu seberapa penting skripsis itu buat dia, perjuangannya seperti apa," jelasnya.

Karena itu Prilly merasa perlu untuk membuat orang paham bahwa kesehatan mental itu penting diperhatikan. Seperti isu bipolar yang diangkat di film Kukira Kau Rumah.

"Penyitas bipolar merasa awareness yang kami bangun di film Kukira Kau Rumah itu penting. Di saat mereka merasakan bipolar ditahan jalannya, dianggap enggak capable kuliah dan melakukan hal lain, padahal enggak begitu. Orang bipolar itu mampu, cuma bedanya mereka mengalami perubahan emosi," tegas Prilly Latuconsina.