Eksklusif, Ali Ghufron Mukti Ungkap Peran Strategis BPJS Kesehatan di Masa Pandemi
Ali Ghufron Mukti, Direktur BPJS Kesehatan (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)

Bagikan:

Kesehatan adalah harta yang tak ternilai. Saat seseorang terpapar penyakit prioritas utama yang dilakukan adalah pengobatan dan penyembuhan. Untuk melakukan pengobatan dibutuhkan sejumlah dana tertentu. Jika dana sudah tersedia, ini bukan problem yang berarti. Namun sebaliknya saat kondisi keuangan kembang-kempis, kehadiran asuransi seperti BPJS Kesehatan amat berarti. Begitu kata, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD, AAK, selaku Direktur Utama BPJS Kesehatan.

***

Sudah banyak testimoni yang disebar melalui media cetak dan elektornik bahkan dari mulut ke mulut soal kiprah yang sudah dilakukan BPJS Kesehatan dalam membantu proses penyembuhan anggotanya. Tidak jarang orang yang dalam proses penyembuhan itu secara finansial berat kalau mengandalkan kocek pribadi. Dengan mengikuti program BPJS Kesehatan biaya yang besar tadi sudah terselesaikan. Pasien dan keluarga tak perlu lagi memikirkan pembayaran biaya rumah sakit.

Prinsip gotong-royong yang diterapkan BPJS Kesehatan membuat apa yang selama ini berat menjadi ringan, apa yang sebelumnya mustahil bagi kaum papa, menjadi bisa. Mereka yang berkecukupan sudah selayaknya menjalankan kewajibannya membayar iuran BPJS tepat waktu, dan itu bisa menolong nyawa saudaranya yang tidak mampu. Lewat BPJS Kesehatan ini negara hadir untuk memastikan jaminan kesehatan bagi setiap warganya.

Apalagi di masa pandemi yang entah kapan akan berakhir ini, keadaan ekonomi yang serba sulit. Banyak perusahaan yang memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya karena kesulitan keuangan. Saat seorang terpapar penyakit tentu akan menjadi beban berganda. Di saat seperti ini jika seseorang terdaftar sebagai peserta asuransi kesehatan seperti BPJS Kesehatan, beban berat itu akan terbagi.

Sebagai institusi, BPJS mendapat tugas tambahan dari pemerintah di masa pandemi ini. Menurut pria yang suka tenis meja ini ada peran tambahan yang dilakukan  BPJS Kesehatan dalam upaya membantu penanggulangan mereka yang terdampak COVID-19.

Ahmad Taufan Damanik (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)
Ali Ghufron Mukti (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)

BPJS Kesehatan memiliki aplikasi online yang disebut PCare alias Primary Care BPJS Kesehatan. Lewat aplikasi ini agen-agen PCare jemput bola untuk mendata mereka yang terpapar covid-19. Ketika ada data yang masuk tentang masyarakat yang terpapar COVID-19 agen PCare langsung menuju lokasi tempat pasien dirawat.

“BPJS sudah ditugasi oleh pemerintah dalam kaitannya dengan pandemi COVID-19 ini. Kami tugasi  untuk membantu melakukan pendataan, termasuk verifikasi dan penagihan serta pelaporan covid-19, tertutama untut pasien yang sudah dirawat rumah sakit,” katanya sembari menginformasikan kalau sampai 6 April 2021 tagihannya sudah mencapai Rp 39,22 T. Sebuah nilai yang amat fantastis. 

Selain itu, BPJS juga membantu Departemen Kesehatan dalam upaya proses identifikasi vaksinasi yang secara massif sudah dan akan terus dilakukan oleh pemerintah. “Pendataan ini menggunakan aplikasi yang dibangun BPJS Kesehatan. Para duta BPJS melakukan pendataann dengan aplikasi PCare,” ungkapnya.

Lewat apliaski ini proses pendataan peserta atau orang yang akan divaksinanasi menjadi lebih mudah dan lebih tertata. Saat akan melakukan pelaporan juga lebih simple karena semua sudah terprogram.

Tak hanya sampai di pendataan lalu verifikasi saja, saat peserta vaksinasi mengalani kejadian ikutan pasca vaksinasi, agen PCare juga bisa melakukan bantuan. “Saat ada yang mengalami keluhan pasca vaksinasi, kami juga diminta untuk menanganinya dengan bekerjasama dengan Departemen Kesehatan,” katanya kepada Edy Suherli, Iqbal Irsyad dan Irfan Meidianto yang menemuinya di kantor Pusat BPJS Kesehatan, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (12/4/2021).

Beragam persolan BPJS Kesehatan diungkap pria kelahiran Blitar, Jawa Timur 17 Mei 1962 ini. Termasuk bagaimana mereka mendorong rumah sakit untuk meningkatkan mutu layanannya. Dan yang tak kalah penting adalah perubahan drastis BPJS Kesehatan yang sempat terseok-seok dalam soal keuangan, pelan tetapi pasti keadaan ini kian membaik. Selain itu Ali Ghufron juga menceritakan kiatnya menyeimbangkan antara pekerjaan dengan kegiatan olahraga, menikmati seni dan sebagainya. Inilah resep yang dia jalankan dalam menjaga keseimbangan antara tugas dan kegiatan yang bersifat pribadi. Muaranya adalah meningkatkan produktifitas.

Inovasi BPJS Dalam Memberikan Layanan Terbaik

Tak berbeda dengan perusahaan pada umumnya, BPJS Kesehatan juga berorientasi pada pelayanan yang prima kepada para anggotanya. Berbagai inovasi pun dilakukan untuk membuat lebih baik lagi dari hari ke hari. Dalam hal antrian misalnya. “Sebelum dilantik oleh Presiden Jokowi jadi Dirut BPJS kami sudah mendapat aduan dari masyarakat. Salah satu keluhan yang dikemukakan adalah soal antrian. Kami upayakan peningkatan mutu layanan dengan inovasi teknologi dengan mengurangi waktu antrian. Kami juga mengembangkan pinger-print yang berkoordiasi dengan Departemen Dalam Negeri,” katanya.

Cabang Solo dan Surabaya sudah menerapkan sistem baru ini. Semula dalam sebuah ruangan antrian bisa mencapai 200 orang. Dengan sistem baru ini kerumunan bisa dikendaikan. Yang ada di ruang tunggu hanya sekitar 5 orang saja.

Tak hanya itu BPJS Kesehatan akan menggunakan identifikasi wajah. Dengan memindai wajah atau foto, sudah bisa diidentifikasi keanggotaan seseorang dalam program BPJS Kesehatan. “Yang sudah ada adalah Mobile JKN, BPJS Care Center, Voice Interaktif JKN dan pelayanan administrasi melalu WA.  Semuanya dilakukan untuk meningkatkan layanan kepada anggota. Ke depan kita juga akan mengembangkan proses claim dengan Artificial Intelligent atau lebih dikenal dengan AI. Semua ini dilakukan untuk meningkatkan layanan kepada anggota,” ungkap Ali menambahkan beragam layanan ini dikembangkan untuk memudahkan peserta.

Ali Ghufron Mukti (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)
Ali Ghufron Mukti (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)

Ali berharap semua anggota BPJS Kesehatan bisa unduh aplikasi JKN Online. Lewat aplikasi ini beragam informasi dan layanan bisa ditemukan. “Apa saja bisa ditanyakan kepada petugas kami yang selalu siaga. Termasuk kalau ada yang masih bertanya soal penyakit apa saja yang bis aditanggung oleh BPJS Kesehatan semua bisa ditemukan di apliaksi JKN Mobile,” katanya.

Jadi penyakit apa saja yang ditanggung BPJS Kesehatan? “Pada dasarnya hampir semua penyakit dijamin oleh BPJS Kesehatan. Coba bandingkan dengan asuransi swasta lain apa ada yang cakupan layanannya amat luas dengan biaya yang amat murah. Karena itu kami berkeinginan dengan gotong-royong semua bisa ditolong. Semua orang wajib ikut di program ini,” katanya.

Ada yang bilang saya engga pernah sakit, tapi kok harus terus membayar iuran BPJS Kesehatan? Mendapat pertanyaan seperti ini Ali dengan lugas menerangkan. Seperti filosifinya saat kita tidak sakit, yang terjadi adalah membantu saudara lain yan memerlukan bantuan kita. Yang tua membantu yang muda, yang berkecukupan membantu yang kekurangan. Yang sehat membantu yang sakit begitu sterusnya. “Ingat tidak ada orang yang tidak pernah sakit. Apalagi kalau usianya sudah 55 tahun ke atas, pasti ada saja penyakit yang singgah,” tukasnya.

Soal animo peserta BPJS Kesehatan ke rumah sakit yang meningkat tak disangkal oleh Ali. Namun di masa pandemi ini angkanya menurun drastis. Kalau engga perlu sekali orang tidak akan ke rumah sakit. Sebelum pandemi grafik pertumbuhan pasien tidak pernah turun. Sebetulnya masyarakat bisa memilah mana yang perlu sekali dan mana yang tidak. Namun setelah pandemi berakhir diprediski peserta BPJS Kesehatan akan kembali lagi ke faskes yang tersedia akan meningkat. “Ingat mencegah itu jauh lebih baik daripada mengobati,” kata Ali yang pernah menjabat sebagai  Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Ali dan jajarannya bertekad agar semua peserta BPJS Kesehatan bisa dilayani seluruhnya tanpa diskriminasi. “Kami ingin seluruh peserta BPJS Kesehatan memahami hak dan kewajibanya sebagai peserta. Kami ingin publik menjaga dan memahami kalau kesehatan itu mahal. Salah kalau memahami (biaya) kesehatan itu gratis dengan adanya BPJS Kesehatan.Maka harus kita jaga agar tidak sakit. Kalau pun sakit sudah ada keanggotaan dalam BPJS Kesehatan,” ujarnya.

Pandemi coroba membuat banyak anggota BPJS Kesehatan baik koorporasi maupun perorangan yang kesulitan bayar. Untuk persoalan ini kata Ali, mereka memberikan kebijakan relaksasi dan kemudahan bayar.  Pembayaran bisa diangsur.

Perubahan Drastis Di Masa Pandemi, BPJS Kesehatan Sudah Bisa Bernafas

Image BPJS Kesehatan sebagai perusahaan yang merugi pelan-pelan berubah. Uniknya itu terjadi saat pandemi melanda Indonesia. Kondisi keuangan BPJS di tahun 2020 perlahan-lahan membaik.

“Kami memberikan apresiasi kepada teman-teman direksi dan seluruh duta BPJS Kesehatan dan juga pemeritnah yang berubaya sedemikian rupa sehingga tahun 2020 terutama di bulan Desember terjadi surplus Rp 18,7 trilyun. Tetapi harus kita ingat ini adalah surplus arus kas. Sebagai asurasi sosial yang berbadan hukum publik BPJS Kesehatan memiliki kewajiban-kewajiban, kalau ada klaim dari rumah sakit harus dibayar. Ada juga yang namanya outstanding claim, yang masih dalam proses. Ada juga layanan yang sudah diberikan kepada peserta namun belum diklaim oleh pihak rumah sakit. Selain itu ada juga utang dan lain-lain yang jumlahnya Rp 25-an trilyun. Sehingga secara asset netto BPJS Kesehatan masih defisit sekitar Rp 6,3 trilyun. Jadi kita sudah bisa mulai bernapas, namun kewajiban secara keseluruhan masih defisit,” paparnya.

Ali Ghufron Mukti (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)
Ali Ghufron Mukti (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)

Ali meminta dukungan berbagai pihak agar tren baik ini bisa dipertahankan dan dan ke depan bisa lebih baik lagi.

Kondisi ini memang berbanding terbalik dengan tahun 2019. Saat itu menurut Ali, BPJS Kesehatan pernah mengalami gagal bayar kepada para pihak yang menjadi rekanan. “Kami memang pernah mengalami gagal bayar. Namun kini kalau ada pihak-pihak yang merasa belum dibayar, kami akan menyelesaikannya segera. Agar kami bisa menyelesaikannya,” tegasnya sembari menambahkan syaratnya dari pihak rumah sakit atau rekanan sudah tidak ada masalah administrasi.

Nakhoda BPJS Kesehatan Pilihan Jokowi

Ali Ghufron Mukti mengawali kiprahnya di dunia kesehatan dari belajar di sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Tahun 1986 menjadi mahasiwa dan tahun 1988 ia menyelesaikan kuliahnya. Setelah itu studinya berlanjut, dia mengambil gelar Master of Science di The Departement of Tropical Hygiene, Kedokteran Tropis, Universitas Mahidol, Bangkok, Thailand dan lulus tahun 1991. Belum puas dengan gelar S2, ia masih melanjutkan ke jenjang S3.

Kali ini program Doktoral Fakultas Kedokteran, University of Newcastle, Australia dengan gelar Doctor of Philosophy (Ph.D.) diraihnya tahun 2000. Dari sekian gelar yang disandangnya, ada satu gelarnya yang paling relevan dengan tugasnya sebagai Direktur Utama BPJS Kesehatan. Yaitu kepakarannya dalam bidang Kedokteran Keluarga dan Ahli Asuransi Kesehatan (AAK).

Rekam jejaknya sebagai tenaga professional hingga birokrat juga menjadi catatan tersendri. Ali mengawali kariernya sebagai Direktur Gadjah Mada Medical Center (GMC)  1999-2008. Dalam saat yang bersamaan ia juga dipercaya sebagai Ketua Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Jaminan Kesehatan, Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, UGM 2000-2008.

Ali Ghufron Mukti (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)
Ali Ghufron Mukti (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)

Tahun 2002-2004 beliau juga dipercaya menjadi Sekretaris Program Doktor Program Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, UGMSelesai menjadi sekretaris ia didapuk menjadi  Ketua Program Magister Internasional Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, UGM 2004. Kemudian pada Tahun 2016 beliau dipercaya menjadi Head of Health Join Committee, Technology and Higher Education, Republic of Indonesia.

Masih di seputar UGM, tahun 2008-2011 beliau menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran UGM. Tahun 2011 ia hijrah ke Jakarta dengan bergabung di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan dipercaya menjadi Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2011 hingga 2014. Setelah Menkes Endah Rahayu Sedyaningsih meninggal dunia, ia naik sebagai plt. Menteri Kesehatan.

Kiprah Ali dalam dunia pendidikan tidak hanya di dalam negeri, namun merambah juga ke mancanegara. Dia sering menjadi dosen tamu maupun penguji pada universitas di berbagai negara, seperti Harvard Medical School, Coventry University, United Kingdom. Lalu di Tokai University, Japan. kiprah Ali juga terekam di Vrije University Amsterdam, Netherland. Kemudian di Newcastle University, Australia, University of Kebangsaan Malaysia,  Taichung University, Taiwan, Health Service Academy, Pakistan, Dhakka University, Bangladesh.

Ali Ghufron Mukti (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)
Caption

Saat akan dibentuk  Jaminan Kesehatan Nasional, Ali dipercaya menjadi Ketua Kelompok Kerja Persiapan Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia (BPJS Kesehatan).   

Selesai tugas sebagai Wamen dan plt Menteri Kesehatan, Ali Ghufron kembali ke kampus. Kali ini ia mendapat kepercayaan menjabat sebagai Rektor Universitas Trisakti Jakarta. Namun saat dipercaya Jokowi untuk menakhodai PBJS Kesehatan, ia tak bisa menolak. Selain karena ini adalah tantangan dan secara historis dia adalah salah seorang yang merumuskan konsep BPJS Kesehatan dan juga BPJS Ketenagakerjaan.  Jabatan sebagai Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahun Teknologi dan Pendidikan Tinggi (SDID) Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) juga ia lepaskan. Ia beserta jajaran Direksi dan Dewan Pengawas  (Achmad Yurianto, Ketua Dewas) baru dilantik pada 22 Februari 2021 silam.

Bersama jajaran Direksi yang baru dan ketua Dewan Pengawas dia berupaya keras untuk membuat kinerja BPJS Kesehatan bisa lebih baik dari sebelumnya. Tantangan berat yang dengan sekuat tenaga yang akan diperjuangkannya. Tak hanya dia dan jajaran, Presiden Jokowi dan publik pada umumnya juga berharap banyak Ali Ghufron Mukti dan timnya di bisa menjalankan tugas dengan mulus.

Kiat Seimbang Antara Kerja dan Refreshing

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyeimbangkan antara aktivitas di kantor dengan aktivitas di rumah yang bersifat mendukung dan membuat situasinya lebih santai, rileks dan refresh.  Ali Ghufron Mukti memegang prinsip, kesehatan bukan segalanya, tapi tanpa kesehatan segalanya tidak berarti.   

Untuk menjaga kesehatan Ali rutin berolah raga. Dan bagi dia olahraga ini punya fungsi lain juga sebagai aktualisasi diri dengan pihak lain (teman). “Kita bisa saling ekspresi, guyon dan kalau perlu saling ngejek satu sama lain. Dan bisa berteriak sekeras-kerasnya. Itu kan engga bisa dilakukan di kantor,” katanya sembari tersenyum.

Ali Ghufron Mukti (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)
Ali Ghufron Mukti (Foto: Irfan Meidianto, DI: Raga/VOI)

Ali menyukai semua jenis olahraga. Namun yang paling sering tenis meja dan tenis lapangan. Ia bergabung dengan banyak club tenis yang kegiatannya tak hanya di Jakarta semata. “Pekan lalu kami bermain tenis di Solo, Jawa Tengah,” katanya.

Selain olahraga Ali juga menjaga asupan makanan. “Tidak semua makakan harus dikonsumsi, pilih yang benar-benar bermanfaat untuk rubuh kita. Makanan berlemak dikurangi dong, memang enak makanan berlemak tapi kalau berlebih bisa kurang bagus untuk kesehatan. Sayuran dan buah-buahan harus lebih banyak dikonsumi agar badan lebih sehat,” lanjutnya.

Satu hal lagi kiat yang dilakukan Ali dalam melakoni apa pun adalah dengan senang. “Melalakan sesuatu dengan senang itu dampaknya berbeda saat kita melakukan karena tertekan. Apa pun profesi kita lakukanlah tugas Anda dengan senang. Saya bekerja di BPJS Kesehatan ini dengan senang hati. Saya senang saat bisa membantu orang lain,” ungkapnya.

Untuk seni bagi Ali hanya untuk ekspresi. Dan dalam urusan seni ini  sering mendapat ejekan dari istrinya. “Istri saya sering bilang Bapak itu bagus menyanyinya, tapi lebih bagus lagi kalau tidak usah menyanyi,” katanya terkekeh. Namun meski dikomentari pedas seperti itu ia tetap saja berdendang. Bagi dia dunia seni terutama tarik suara bisa dinikmati untuk melepas penat dari rutinitas kerja.

Lewat seni suara pula, Ali mencoba mengubah ejekan rekan-rekannya yang dokter menjadi sebuah seruan sebaliknya. “Jadi teman-teman saya yang dokter membuat lagu BPJS rasa telo. Ini sebuah ejekan karena mereka sempat lambat dibayar. Namun itu sebelumnya. Kini seruan itu kita ubah dengan membuat lagu BPJS Kesehatan Rasa Duren, BPJS itu keren,” katanya. Lewat seni penyampaian pesan dirasa lebih cair dan mudah diterima tanpa penerima merasa digurui dan diintimidasi. Itulah kelebihan seni yang dimanfaatkan benar oleh Ali Ghufron Mukti untuk menyampaikan pesan kepada publik.