JAKARTA - Mantan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Peter F. Gontha mempertanyakan mengapa maskapai penerbangan nasional ini tidak pernah berkomunikasi dengan para pemegang saham. Padahal menurutnya, sudah selayaknya perusahaan terbuka seperti Garuda Indonesia melakukan hal tersebut.
"Garuda kan perusahaan publik, kalau PEMERINTAH dlm hal ini BUMN mau nya sendiri, tanpa kordinasi dengan publik jangan GO PUBLIC dong!," tulis Peter di akun Instagram pribadinya @petergontha, dikutip Minggu 31 Oktober.
Kata Peter, sebagai perusahaan terbuka seharusnya emiten berkode saham GIAA tersebut mampu berkonsultasi dengan para pemegang sahamnya, agar kegiatan internal perusahaan dapat transparan.
Peter bahkan menuding saat ini ada 4 perusahaan asing yang kongkalikong dengan Garuda Indonesia. Namun masing-masing perusahaan tersebut sudah mengakui kesalahannya di negaranya masing-masing dan sudah membayar sebesar 2,5 miliar euro, dan karenanya dibebaskan.
"Di Negara mereka ada aturan, kalau sudah bayar denda Cincay lah. Bagus juga yah!!!! Nahan orang kan banyak biaya, kalau gini kan jadi win-win!," lanjutnya.
"Terus kemen KUMHAM dan kejaksaan apa diam saja? Sampai sekarang saya tidak jelas mengapa? Saya langsung sudah menghadap Dirjen kumham dan bahkan ketua KPK, tapi “perintah” dari pemerintah dan Direksi Garuda : “KOMISARIS JANGAN TURUT CAMPUR!” Tanya Prof Romli saja, Silahkan kalau ada yg mau konfirmasi ke pihak Garuda Kumham atau Ketua KPK," pungkasnya.
Peter F. Gontha memang tengah bersuara di media sosialnya perihal maskapai pelat merah ini. Ia membuka semua permasalahan yang terjadi di tubuh Garuda. Mulai dari salah beli pesawat hingga adanya 'kelompok' yang berkuasa di perusahaan penerbangan nasional tersebut.
Peter sendiri ditunjuk menjadi Komisaris Garuda Indonesia pada Januari 2020 silam mewakili pemegang saham perusahaan yakni, PT Trans Airways. Korporasi milik pengusaha Chairul Tanjung itu menggenggam 28,27 persen saham Garuda. Namun, pada Agustus 2021 lalu, dirinya diberhentikan dari jabatan tersebut.
Sebelum hengkang dari jajaran komisaris Garuda Indonesia, Peter mengaku sudah sejak lama ingin mengungkap permasalahan yang terjadi di Garuda Indonesia kepada publik. Pada 16 Mei 2021, Peter melalui postingan di Instagram mengaku tidak tahan untuk segera mengungkap permasalahan tersebut.
BACA JUGA:
Peter juga mengatakan bahwa Garuda di masa terakhir hidupnya ibarat kanker stadium 4. Namun penanganannya masih seperti menghadapi orang yang terkena flu. Karena itu, menurut dia, pantas jika Menteri Keuangan Sri Mulyani enggan membantu Garuda lagi.
"Saya akan buka kebobrokan yang terjadi seterang-terangnya, karena semua pemegang saham terutama pemegang saham publik yang tidak bersuara berhak atas informasi yang lengkap. Mohon bersabar," tulisnya, dikutip Jumat, 29 Oktober.
Sementara itu Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan fokus utama perusahaan adalah untuk terus melakukan langkah akseleratif pemulihan kinerja. Utamanya melalui program restrukturisasi menyeluruh yang sedang dirampungkan.
"Upaya tersebut turut kami intensifkan melalui berbagai upaya, langkah penunjang perbaikan kinerja Garuda Indonesia secara fundamental khususnya dari basis operasional penerbangan," katanya.
Irfan juga mengaku optimistis kinerja Garuda kembali membaik. Apalagi, dengan adanya sinyal positif industri penerbangan nasional di tengah situasi pandemi COVID-19 yang kini mulai terkendali. Termasuk juga dengan dibukanya sektor pariwisata unggulan Indonesia, seperti Bali dan Kepulauan Riau yang dibuka sejak 14 Oktober.
"Ini menjadi momentum penting dalam langkah langkah perbaikan kinerja yang saat ini terus kami optimalkan bersama seluruh stakeholders terkait," ucapnya.