JAKARTA - Israel dan Hizbullah Lebanon saling bertukar serangan mematikan pada Kamis ketika perang mereka terus berlanjut meskipun ada tanda-tanda kemajuan dalam upaya gencatan senjata yang diusulkan Amerika Serikat.
Serangan udara Israel menghantam pinggiran selatan Beirut, sementara roket Hizbullah menghantam Israel utara.
Mediator Amerika, Amos Hochstein, berada di Israel untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat Israel dalam upaya mencapai gencatan senjata yang menurutnya “dalam genggaman” saat berkunjung ke Beirut awal pekan ini.
Diplomasi ini menandai upaya paling serius untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Hizbullah yang bersenjata lengkap dan didukung Iran.
Di Lebanon selatan, serangan udara Israel menewaskan tiga orang di desa Chaaitiyeh, sekitar 10 km, dari perbatasan, kata kementerian kesehatan Lebanon.
Di Israel, seorang pria berusia 30 tahun tewas ketika pecahan roket menghantam taman bermain di kota Nahariya di bagian utara, kata layanan medis MDA Israel.
“Pemerintah Israel tidak menjaga keamanan saya, penduduk saya, atau penduduk di utara (Israel). Tidak mungkin hidup dalam situasi seperti ini,” kata Wali Kota Nahariya Ronen Marelly kepada stasiun penyiaran publik Kan dilansir Reuters, Kamis, 21 November.
Militer Israel menyebutkan sekitar 10 roket diluncurkan dari Lebanon menuju Nahariya.
“Sebagian besar proyektil berhasil dicegat dan proyektil yang jatuh berhasil diidentifikasi,” kata militer.
Channel 12 mengatakan tiga roket menghantam kota pesisir itu.
Stasiun televisi Hizbullah al-Manar, mengutip korespondennya, membenarkan adanya tembakan roket ke arah Nahariya dan daerah sekitarnya.
Serangan udara di pinggiran selatan Beirut yang dikuasai Hizbullah mengguncang ibu kota, menimbulkan kepulan asap tebal.
BACA JUGA:
Militer Israel mengeluarkan pernyataan di X sebelum serangan yang memperingatkan warga mereka berada di dekat sasaran Hizbullah dan akan segera mengambil tindakan.
Sebagian besar penduduk telah meninggalkan daerah tersebut sejak Israel melancarkan serangan pada September.
Utusan Gedung Putih Hochstein berangkat ke Israel setelah menyatakan kemajuan selama dua hari perundingan di Lebanon dengan para pejabat termasuk Ketua Parlemen Nabih Berri, yang didukung untuk bernegosiasi oleh Hizbullah.
Berbicara sebelum meninggalkan Beirut, Hochstein mengatakan dirinya akan pergi ke Israel untuk mencoba mencapai kesepakatan jika memungkinkan.
Diplomasi tersebut bertujuan untuk mengakhiri konflik yang telah menimbulkan kehancuran besar di Lebanon sejak Israel memulai serangannya, melancarkan serangan udara di seluruh wilayah negara tersebut dan mengirimkan pasukan.