'Pak CT Tahu, tapi Tak Bisa Apa-Apa', Kata Peter Gontha yang Sering Curhat Soal Garuda Indonesia ke Konglomerat Chairul Tanjung
Mantan Komisaris Garuda Indonesia, Peter Gontha. (Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Mantan Komisaris Garuda Indonesia Peter F Gontha mengungkap bahwa selama ini pengusaha nasional dan pendiri CT Corp, konglomerat Chairul Tanjung (CT) sebagai salah satu pemegang saham terbesar Garuda Indonesia tidak pernah menanyakan mengenai permasalahan maskapai pelat merah tersebut. Kata Peter, CT memberikan kepercayaan penuh kepada dirinya.

Peter sendiri ditunjuk menjadi Komisaris Garuda mewakili pemegang saham perusahaan yakni, PT Trans Airways. Korporasi milik pengusaha Chairul Tanjung itu menggenggam 28,26 persen saham Garuda. Namun, pada Agustus lalu, Peter diberhentikan dari jabatan tersebut.

Meski begitu, Peter mengaku dirinya selalu memberikan laporan mengenai keadaan Garuda Indonesia kepada CT. Hanya saja, kata Peter, CT tidak pernah memberikan komentar.

"Iya pasti dong (melaporkan). Pak CT cuma menyerahkan kepada saya, dia tidak pernah menanyakan, dia tidak pernah memberikan komentar. Selama saya masih di dalam jalur yang benar Pak CT ya diam saja," tuturnya saat ditemui di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu, 1 Desember.

Peter mengatakan bahwa CT mengetahui permasalahan di tubuh Garuda Indonesia. Namun, tidak bisa melakukan apa-apa karena yang menentukan semuanya adalah pemegang saham mayoritas.

"Iya Pak CT tahu, tapi juga tidak bisa apa-apa," ucapnya.

Peter juga mengaku telah memberikan masukan kepada direksi Garuda Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Namun, tidak tidak pernah didengarkan.

"Jadi sebetulnya kalau saya boleh berterus terang, suara saya tidak didengar. Meskipun kita adalah pemegang saham yang masuk uang cash langsung (350 juta dolar AS) sendiri dan kalah dengan yang tidak keluar uang, yang mewakili sebetulnya," jelasnya.

Sekadar informasi, saat ini Garuda Indonesia menanggung utang sebanyak Rp139 triliun dan aset hanya sebesar Rp98,3 triliun. Sementara itu, ekuitas Garuda Indonesia juga tercatat minus Rp40,2 triliun dengan tambahan negatif ekuitas tiap bulannya mencapai Rp1,3 triliun hingga Rp2 triliun. Dari total nilai itu, utang terbesar adalah kepada lessor yang mencapai Rp90,2 triliun.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan saat ini perusahaan sedang fokus untuk terus melakukan langkah akseleratif pemulihan kinerja. Utamanya melalui program restrukturisasi menyeluruh yang sedang dirampungkan.

"Upaya tersebut turut kami intensifkan melalui berbagai upaya, langkah penunjang perbaikan kinerja Garuda Indonesia secara fundamental khususnya dari basis operasional penerbangan," katanya.

Irfan juga mengaku optimistis kinerja Garuda kembali membaik. Apalagi, dengan adanya sinyal positif industri penerbangan nasional di tengah situasi pandemi COVID-19 yang kini mulai terkendali. Termasuk juga dengan dibukanya sektor pariwisata unggulan Indonesia, seperti Bali dan Kepulauan Riau yang dibuka sejak 14 Oktober.

"Ini menjadi momentum penting dalam langkah langkah perbaikan kinerja yang saat ini terus kami optimalkan bersama seluruh stakeholders terkait," ucapnya.