Bagikan:

JAKARTA - Nama Chairul Tanjung dikenal luas sebagai pengusaha yang memimpin CT Corp, konglomerasi yang membawahi beberapa anak perusahaan seperti Trans Corp, Bank Mega, dan CT Global Resources. Gurita bisnis yang digeluti CT juga membawa dirinya menjadi salah satu orang terkaya di Tanah Air dengan harta mencapai puluhan triliun.

Mengutip Forbes Real Time Billionaires, per hari ini Jumat 29 Oktober, Chairul Tanjung memiliki harta sebesar 4,3 miliar dolar AS, atau setara Rp61 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS). Jika mengacu pada data Forbes per Desember 2020, CT menduduki peringkat ke-9 orang terkaya di Indonesia.

Sebagai 'bos besar' di perusahaannya, tentu CT punya kesibukan yang luar biasa dalam mengurusi bisnisnya. Namun ayah dari Putri Tanjung ini, kabarnya tidak segan untuk berbincang dengan para stafnya jika punya waktu luang, seperti pada saat usai salat Jumat.

Setidaknya itu yang terlihat dari unggahan foto dari pengusaha nasional, Peter Gontha di akun instagram pribadinya @petergontha. Bos Java Jazz tersebut mengunggah sebuah foto Chairul Tanjung yang sedang duduk selonjoran usai menunaikan ibadah salat Jumat.

"Chairul Tanjung , orang yang rendah Hati, seorang Milyarder dalam Dollar bukan Rupiah, tapi setelah Sholat Jumat masih mempunyai waktu untuk berdialoog dengan staffnya. Itulah CT," tulis Peter Gontha, dikutip VOI, Jumat 29 Oktober.

Peter Gontha sendiri adalah mantan Komisaris PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Adapun Chairul Tanjung memiliki saham maskapai nasional tersebut melalui Trans Airways sebesar 28,27 persen.

Selain Trans Airways, saham GIAA dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 60,54 persen dan masyarakat dengan kepemilikan di bawah 5 persen sebesar 11,19 persen.

Peter pernah mengungkapkan hal yang cukup mengejutkan soal CT. Kata Peter, CT mengalami rugi senilai Rp11 triliun di maskapai pelat merah tersebut.

Peter melalui unggahan di akun Instagramnya @petergontha pada Jumat 4 Juni lalu menyebutkan, dirinya mewakili Chairul Tanjung di Garuda Indonesia dalam postingan tersebut. Peter ingin menjawab postingan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga terkait keputusan-keputusan Kementerian BUMN yang dinilai tidak melibatkan Dewan Komisaris Garuda Indonesia.

"Memang saya mewakili orang yang memegang saham minoritas, artinya dikit lah cuman 28 persen, yaitu Chairul Tanjung (CT). Tapi si minoritas yang sudah rugi Rp11 Triliun," kata Peter saat itu.

Dia merincikan perhitungan rugi sebesar Rp11 triliun tersebut. Pertama, sewaktu CT diminta tolong karena para underwriter gagal total dan menyetor 250 juta dolar AS.

Waktu itu, kata Peter, kurs masih di kisaran Rp8.000 per dolar AS, sedangkan saat ini sekitar Rp14.500. Kedua, harga saham GIAA waktu itu Rp625, saat ini berada di level Rp256.

"Silakan hitung tapi menurut saya, dalam kurun waktu 9 tahun kerugian CT saya hitung sudah Rp11,2 triliun termasuk bunga belum hitung inflasi, banyak juga yah Mas Arya [Arya Sinulingga Staf Khusus Menteri BUMN]?" tulisnya.

Kerugian yang disebutkan Peter tersebut masih berupa potential loss selama Chairul Tanjung belum menjual sahamnya (cut loss).