JAKARTA - Chengxin Lithium China menyatakan pihaknya akan mengambil 65 persen saham dalam proyek lithium senilai 350 juta dolar AS atau sekitar Rp5 triliun di Indonesia untuk membangun kapasitas produksi di luar negeri.
Dikutip dari Antara, Senin 27 September, pabrik yang akan membuat bahan kimia lithium yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik (EV), akan berlokasi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Sulawesi. Kawasan industri ini sudah menjadi rumah bagi beberapa proyek investasi China, termasuk beberapa yang dirancang untuk memproduksi dua logam baterai lainnya, nikel dan kobalt.
Chengxin mengatakan dalam pengajuan laporannya ke Bursa Efek Shenzhen bahwa Stellar Investment Pte yang didirikan di Singapura akan memegang 35 persen saham sisanya dalam usaha patungan itu, yang dikenal sebagai PT ChengTok Lithium Indonesia.
Perusahaan akan menghasilkan 50.000 ton per tahun lithium hidroksida dan 10.000 ton per tahun lithium karbonat, kata surat yang diajukan ke bursa, tanpa menyebutkan sumber bahan bakunya.
Indonesia adalah penambang nikel terbesar di dunia tetapi melarang ekspor bijih nikel sejak awal 2020 karena berusaha untuk memproses lebih banyak sumber dayanya di dalam negeri dan mendirikan rantai pasokan baterai EV yang lengkap di negara ini.
Pekan lalu, LG Energy Solution Korea Selatan dan Hyundai Motor Group memulai pembangunan pabrik senilai 1,1 miliar dolar AS untuk membuat baterai EV di provinsi Jawa Barat, Indonesia.
BACA JUGA:
"Investasi ini akan sangat memperluas kapasitas produksi bisnis garam lithium perusahaan," kata Chengxin yang berbasis di Shenzhen.
Setelah proyek dioperasikan, itu akan secara signifikan meningkatkan pendapatan dan profitabilitas perusahaan,” tambahnya, tanpa memberikan perkiraan tanggal mulainya.
Dalam laporan terpisah pada Kamis 22 September, Chengxin menandai langkah luar negeri lainnya dengan mengatakan anak perusahaannya di Hong Kong telah setuju untuk membeli penambang Argentina Salta Exploraciones S.A. seharga 37,7 juta dolar AS.