Bahlil Sebut Industri Indonesia Kalah dari Vietnam dan Thailand, kok Bisa?
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan pembangunan industri di Tanah Air masih kalah dibanding dengan negara Vietnam dan Thailand. Hal tersebut karena selama ini industri di dalam negeri cenderung tak memberikan nilai tambah, padahal sumber daya melimpah.

Contohnya, kata Bahlil, salah satu industri dalam negeri yang seharusnya merajai adalah furniture atau mebel. Sebab, pasokan kayu yang ada sangat melimpah dan berkualitas tinggi. Namun, hingga sekarang industri furniture dalam negeri belum ada yang mampu menembus 10 besar pemain dunia.

"Sekarang sudah kalah pembangunan industri kita dengan Vietnam dan Thailand," ujarnya dalam dialog virtual, di Jakarta, Rabu, 8 September.

Kata Bahlil, industri lain yang sebenarnya bisa menjadi jawara di panggung internasional pertambangan. Namun, industri tersebut masih melempem hingga saat ini.

Padahal, lanjut Bahlil, pertambangan sangat berlimpah, khususnya di wilayah Timur Indonesia. Kemudian, juga industri perikanan yang sebarannya hampir merata di seluruh daerah.

"Kita pernah punya masa kejayaanya juga tambang emas tapi sampai sekarang hilirisasinya masih seperti itu (belum optimal)," jelasnya.

Namun, kata Bahlil, Indonesia mempunyai peluang menjadi menjadi pemain global pada industri kendaraan listrik. Apalagi, cadangan nikel yang ada di bumi Indonesia sangat berlimpah. Bahkan jumlahnya mencapai 25 persen dari total cadangan dunia.

Sekadar informasi, nikel merupakan bahan baku utama pembuatan baterai lithium. Sementara, baterai lithium adalah komponen yang digunakan sebagai bahan bakar kendaraan listrik.

"Sekarang kita ingin menjadi negara produsen terbesar untuk pembangunan baterai mobil dan kemarin saya lapor tanggal 15 September 2021 kita sudah mulai groundbreaking pembangunan pabrik LG (Consortium) yang kami teken di awal tahun 2021 sebesar 9,8 miliar, dolar AS," ucapnya.