Pidato Kenegaraan Jokowi Diyakini Berpeluang Kerek IHSG
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di sidang tahunan MPR/DPR/DPD jelang HUT Kemerdekaan RI pada hari ini diperkirakan bakal mendongkrak indeks harga saham gabungan (IHSG).

Demikian yang disampaikan oleh Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi dalam laporan hasil risetnya. Menurut dia, IHSG berpotensi menguat ke level 6.104-6.205.

“IHSG berada pada jalur tren positif. Secara teknikal peluang penguatan IHSG di awal pekan cukup terbuka dengan support resistance 6.104-6.205,” ujarnya, Senin, 16 Agustus.

Lanjar menambahkan, beberapa saham yang berpotensi menjadi pembeda hari awal pekan ini adalah AGII, BBRI, JPFA, TOWR, UNVR, MIKA, TBIG, ICBP.

Untuk diketahui, IHSG ditutup melemah 0,16 poin ke level 6.139. Minimnya katalis pada akhir pekan lalu disinyalir menjadi penyebab utama pergerakan yang moderate.

“Investor cenderung akan bersikap hati-hati menyambut libur Kemerdekaan RI dan akan menanti data neraca perdagangan pada hari rabu. Sehingga secara sentimen IHSG berpotensi menguat terbatas di awal pekan,” tuturnya.

Untuk diketahui, dalam sidang tahunan kali ini Presiden akan menyampaikan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 beserta Nota Keuangan.

Adapun, RAPBN 2022 membuat sejumlah gambaran keuangan negara pada tahun depan, seperti pertumbuhan ekonomi pada 5,2-5,8 persen, inflasi 2,0-4,0 persen, tingkat suku Bunga SUN 10 Tahun 6,32-7,27 persen.

Lalu, nilai tukar rupiah dipatok pada level Rp13.900-15.000 per dolar AS, harga minyak mentah Indonesia 55-65 dolar AS perbarel, lifting minyak bumi 686.000-726.000 barel per hari, dan lifting gas bumi 1.031-1.103 ribu barel setara minyak perhari.

Sedangkan untuk pendapatan negara pada kisaran 10,18-10,44 persen produk domestik bruto (PDB), belanja negara 14,69-15,30 persen PDB, keseimbangan primer diturunkan ke 2,3-2,65 persen PDB, defisit APBN 4,51-4,85 persen PDB.

Kemudian, rasio utang dikendalikan pada 43,76-44,28 persen PDB, tingkat pengangguran turun menjadi 5,5-6,2 persen, angka kemiskinan 8,5-9 persen, rasio gini 0,376-0,378, IPM 73,44-73,48, serta nilai tukar petani dan nilai tukar nelayan di kisaran 102-104 dan 102-105.