JAKARTA - Anggota Fraksi PAN DPRD DKI Lukmanul Hakim menganggap Pemprov DKI perlu memperketat izin usaha minimarket di Ibu Kota. Sebab, saat ini pemberian izin kepada toko modern tersebut sudah kebablasan.
"Saya lihat Indomaret dan Alfamart di Jakarta ini sudah terlalu banyak. Bahkan berdiri berhadapan atau berdampingan," kata Lukman kepada wartawan, Jumat, 23 Juli
Bahkan, ia menduga banyak ritel modern yang menyalahi aturan zonasi dalam membangun minimarket karena lokasinya terlalu dekat dengan pasar tradisional.
"Harus dievaluasi lagi perizinannya. Bahkan jika perlu dipertimbangkan untuk moratorium izin baru karena ini sudah kebablasan," ucap Lukman.
Ditambah lagi, saat ini pandemi COVID-19 masih berlangsung. Lukman khawatir minimarket yang jumlahnya terlalu banyak ini mengancam keberlangsungan ekonomi para pedagang kecil.
Karenanya, Lukman juga meminta Pemprov DKI memperhatikan kebutuhan rakyat selama PPKM Level 4 selain penyaluran bantuan sosial tunai (BST). Sebab, menurutnya, alokasi dana bansos yang dianggarkan saat ini dinilai belum mencukupi.
"Salah satu kelompok yang paling terdampak PPKM darurat adalah pedagang warung kelontong. Pembatasan mobilitas warga ke luar rumah membuat pendapatan mereka (pemilik warung kelontong) menurun,” ujar dia.
BACA JUGA:
Lukman pun mengajak warga Jakarta untuk belanja di warung terdekat untuk membantu membangkitkan perekonomian rakyat kecil. Karena dengan membeli kebutuhan harian di warung tetangga, roda perekonomian UMKM akan berputar kembali.
"Daripada kita memperkaya peritel modern kapitalis, lebih baik sejahterakan warung kecil tetangga dan pasar tradisional kita," pungkasnya.
Sebagai informasi, Indomaret atau PT Indomarco Prismatama adalah entitas usaha yang kepemilikannya dikuasai oleh PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET). Per 7 Juni 2021, Anthony Salim mengenggam 25,30 persen saham Indoritel. Adapun jumlah saham yang dimilikinya sebanyak 3.588.278.023 lembar.
Indoritel sendiri adalah perusahaan milik Salim Group yang mengempit 40 persen saham di Indomarco Prismatama, 35,84 persen saham di PT Fast Food Indonesia (FAST) yang merupakan pengelola KFC Indonesia, dan 25,77 persen saham di PT Nippon Indosari Corporindo (ROTI).