Bagikan:

JAKARTA - BUMN pelayaran, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) berencana melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan skema initial public offering (IPO) alias penawaran saham perdana. Perusahaan menargetkan dapat meraup dana Rp3 triliun dari aksinya tersebut.

Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry Ira Puspadewi mengatakan, dana dari hasil IPO nantinya akan digunakan untuk mengembangkan infrastruktur layanan penyeberangan.

"Kami memerlukan dana sekitar Rp6 triliun untuk melakukan pengembangan infrastruktur serta juga pelayanan perusahaan, dan diharapkan setengah dana ini bisa didapatkan dengan IPO," kata Ira dalam paparannya kepada wartawan secara virtual, Kamis 22 Juli.

Lebih lanjut kata Ira, dalam proses IPO ini, pihaknya juga telah mengumpulkan informasi dari para konsultan yang diklaim berkelas dunia demi lancarnya aksi korporasi BUMN ini.

Sementara itu, Direktur Keuangan IT dan Manajemen Risiko ASDP, Djunia Satriawan menambahkan, rencana IPO ASDP ini sejalan dengan lima prioritas Kementerian BUMN yaitu memberikan nilai ekonomi dan sosial untuk Indonesia, melakukan inovasi model bisnis, kepemimpinan teknologi, peningkatan investasi serta pengembangan bakat sehingga sebagai BUMN mampu bersaing secara mandiri. 

Kondisi pemulihan pada masa resesi ini, kata dia, merupakan momentum yang dapat dimanfaatkan oleh ASDP untuk melakukan investasi pengembangan bisnis. Hal ini berdasarkan pengalaman saat resesi tahun 2008 terhadap perusahaan yang dapat memanfaatkan momentum pemulihan (recovery), dapat menjadi champion di industri.

"Karena itu, rencana IPO tahun 2022 merupakan langkah lanjutan bagi ASDP untuk menjadi salah satu pemenang dalam industri bisnis di Indonesia," tuturnya.

Melalui IPO, lanjut Djunia, ASDP diproyeksikan mencapai pertumbuhan usaha yang berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh proyeksi pendapatan ASDP sebesar Rp5 triliun pada tahun 2024, laba bersih sebesar Rp607 miliar, nilai aset sebesar Rp13,6 triliun dan ekuitas sebesar Rp12,4 triliun pada tahun 2024.

Adapun rencana investasi ASDP dan anak usaha mencapai Rp6,5 triliun yang diproyeksikan akan didanai sebagian besar oleh dana publik melalui IPO dan penerbitan instrumen keuangan lainnya.