Tiga Perusahaan Teknologi Unicorn-Decacorn Indonesia Bakal IPO, Siapa Menyusul Bukalapak?
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membawa kabar gembira untuk investor pasar modal yang ingin membeli penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) dari perusahaan-perusahaan rintisan atau startup. Pasalnya, akan ada tiga perusahaan teknologi berstatus unicorn dan decacorn yang bakalan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen mengatakan bahwa total valuasi aset dari tiga perusahaan rintisan tersebut di atas 21 miliar dolar AS atau sekitar Rp311,75 triliun (asumsi kurs Rp14.500 per dolar).

"Saat ini terdapat beberapa perusahaan rintisan di Indonesia berencana lakukan IPO. Tiga perusahaan teknologi konglomerasi terbesar berstatus unicorn dan decacorn dengan valuasi 21 miliar dolar. Ini berdasarkan data yang kami dapat," katanya dalam acara Investor Daily Summit 2021, Kamis, 15 Juli.

Namun sayangnya, OJK tidak merinci nama-nama perusahaan startup yang dimaksud siap untuk IPO di BEI. Meski begitu, perusahaan rintisan unicorn dan decacorn yang akan melepas saham ke publik dinilai akan berdampak ke pasar modal Indonesia.

Lebih lanjut, Hoesen mengatakan masuknya unicorn dan decacorn juga akan meningkatkan kapitalisasi pasar dan menarik investor termasuk investor asing.

"Masuk perusahaan teknologi itu diprediksi gairahkan perdagangan di bursa saham dalam negeri," tuturnya.

Hoesen menilai saat ini perusahaan teknologi perlahan sudah mulai menghiasi emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar (big caps) di BEI.

"Saat ini jumlah market cap seluruh emiten teknologi masih 5 persen dari seluruh emiten di BEI. Tidak menutup kemungkinan, emiten di sektor teknologi akan menjadi top leading di pasar modal Indonesia," ujarnya.

Sebagai informasi, startup di Indonesia yang berstatus decacorn saat ini adalah Gojek. Sementara itu yang berstatus unicorn adalah Tokopedia, Bukalapak, OVO, Bukalapak, dan J&T Express.

Bukalapak sudah memastikan IPO dan akan melantai di bursa pada 6 Agustus 2021. Bukalapak menargetkan meraup dana Rp21,9 triliun dari aksinya tersebut. 

Jumlah investor pasar modal

Hoesen mengatakan jumlah investor pasar modal sehingga Juni 2002 1 mencapai 5,6 juta SID atau single investor identification. Angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 44,45 persen dibandingkan akhir tahun 2020 sebanyak 3,88 juta orang.

Lebih lanjut, berdasarkan data kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor reksa dana mendominasi jumlah investor pasar modal yakni sebanyak 4,93 juta orang. Adapun, investor reksa dana menunjukkan peningkatan hingga 55,27 persen dibandingkan akhir 2020 sebanyak 3,17 juta orang.

Sedangkan jumlah investor saham mencapai 2,51 juta SID atau meningkat sebesar 48,32 persen jika dibandingkan dengan akhir 2020 sebanyak 1,69 juta orang. Untuk investasi surat berharga negara (SBN) mencapai 538,78 ribu orang atau meningkat 17,03 persen dari akhir 2020.

Sementara jika dilihat dari jenis kelamin, laki-laki yang mendominasi jumlah investor pasar modal sebanyak 61,87 persen atau dengan nilai aset Rp623,72 triliun. Sedangkan perempuan menguasai 38,13 persen dengan nilai aset sebesar Rp202,82 triliun.

Jika dilihat dari usia investor yang berusia 30 tahun ke bawah mendominasi jumlah investor atau sebanyak 58,39 persen. Sedangkan investor berusia 31 sampai 40 tahun mencapai 21,61 persen dan sisanya berasal dari investor berusia 41 hingga 50 tahun, 51 hingga 60 tahun dan diatas 60 tahun.

Sementara jika dilihat dari jenis pekerjaan pegawai baik pegawai negeri maupun pegawai swasta mendominasi jumlah investor pasar modal yakni sebanyak 33,98 persen. Kemudian, pelajar 27,73 persen, pengusaha 13,59 persen dan ibu rumah tangga 4,64 persen.